Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, minyak goreng bekas atau minyak jelantah memungkinkan untuk dikembangkan menjadi bahan bakar pesawat atau avtur.
"Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," ujar SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso di Jakarta, Selasa.
Wisnu mengatakan, pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur masih dalam tahap diskusi.
Pertamina sendiri tengah mengkaji dan mengeksplorasi sejumlah opsi, termasuk cara pengumpulan minyak jelantah.
"Belum, ini baru diskusi bersama teman-teman karena kita lagi eksplorasi opsi-opsi, mengingat kita punya SPBU, agen-agen yang cukup banyak di seluruh Indonesia. Kita lagi diskusi bagaimana cara mengutilisasi itu untuk jadi tempat-tempat pengumpulan," katanya.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut masih dalam tahap diskusi dan belum firm.
"Belum, terutama belum firm. Kita baru eksplorasi, baru brainstorming saja. Tapi tanpa feedstock yang cukup memang agak sulit mengembangkan proyek itu," katanya.
Kendati demikian, Wisnu cukup yakin bahwa dari sisi teknologi Pertamina siap terkait pengembangan SAF dengan salah satunya memungkinkan minyak jelantah dikembangkan menjadi bioavtur.
"Sebenarnya kalau dari sisi teknologi kita sudah siap. Teman-teman riset kita itu bahkan cukup yakin kalau secara technology wise katalisnya tidak kalah dengan pihak lain dan sebagainya. Itu murni hanya soal feedstock saja. Kalau kita mendapatkan continuity feedstock-nya cukup meyakinkan, saya rasa kita sudah siap," katanya.
Sebagai informasi, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadikan limbah minyak jelantah sebagai bahan bakar jenis avtur mengingat potensi sumber jelantah mencapai satu juta liter per tahun.
Misi mengolah limbah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar pesawat terbang bergantung dengan harga avtur di pasar.
Menurut Handoko, bila harga avtur tinggi, maka limbah minyak jelantah dapat menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina: Minyak jelantah memungkinkan untuk dikembangkan jadi avtur
"Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," ujar SVP Business Development Pertamina Wisnu Medan Santoso di Jakarta, Selasa.
Wisnu mengatakan, pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur masih dalam tahap diskusi.
Pertamina sendiri tengah mengkaji dan mengeksplorasi sejumlah opsi, termasuk cara pengumpulan minyak jelantah.
"Belum, ini baru diskusi bersama teman-teman karena kita lagi eksplorasi opsi-opsi, mengingat kita punya SPBU, agen-agen yang cukup banyak di seluruh Indonesia. Kita lagi diskusi bagaimana cara mengutilisasi itu untuk jadi tempat-tempat pengumpulan," katanya.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut masih dalam tahap diskusi dan belum firm.
"Belum, terutama belum firm. Kita baru eksplorasi, baru brainstorming saja. Tapi tanpa feedstock yang cukup memang agak sulit mengembangkan proyek itu," katanya.
Kendati demikian, Wisnu cukup yakin bahwa dari sisi teknologi Pertamina siap terkait pengembangan SAF dengan salah satunya memungkinkan minyak jelantah dikembangkan menjadi bioavtur.
"Sebenarnya kalau dari sisi teknologi kita sudah siap. Teman-teman riset kita itu bahkan cukup yakin kalau secara technology wise katalisnya tidak kalah dengan pihak lain dan sebagainya. Itu murni hanya soal feedstock saja. Kalau kita mendapatkan continuity feedstock-nya cukup meyakinkan, saya rasa kita sudah siap," katanya.
Sebagai informasi, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadikan limbah minyak jelantah sebagai bahan bakar jenis avtur mengingat potensi sumber jelantah mencapai satu juta liter per tahun.
Misi mengolah limbah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar pesawat terbang bergantung dengan harga avtur di pasar.
Menurut Handoko, bila harga avtur tinggi, maka limbah minyak jelantah dapat menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pertamina: Minyak jelantah memungkinkan untuk dikembangkan jadi avtur