Palembang (ANTARA) -
Teater Potlot Palembang Sumatera Selatan didukung Dana Indonesia- Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menyajikan 11 video art kerusakan lahan basah, untuk membangun kesadaran publik dan Gen Z terhadap pentingnya menjaga lahan basah.
 
"Pemutaran video lahan basah ini bertujuan untuk membangun kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga lahan basah, karena lahan basah tidak hanya memiliki fungsi ekonomi tetapi juga memiliki fungsi lingkungan yang harus dijaga kelestariannya," kata Ketua Dewan Kesenian Sumatera Selatan Iqbal Rudianto usai menyaksikan video art teater Potlot di UIN Palembang, Kamis.
 
Ia mengapresiasi puisi video art yang ditampilkan dan dibahas merupakan karya seniman di Sumatera Selatan.
 
Salah satunya karya Ketua Umum Syarikat Hijau Indonesia Alexa Ade yang berjudul Syailendra, yang membicarakan legenda Sailandra dan Lengkushi yang gelisah dengan kerusakan lahan basah sebagai sumber mata pencaharian masyarakat yang mulai hilang, seperti berkurangnya tangkapan ikan dan rusaknya kawasan purun yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan lain sebagainya.
 
Menurutnya, pemutaran video lahan basah Sumsel yang juga didukung oleh Dana Indonesia tersebut merupakan sesuatu yang harus digencarkan dan dikenalkan kepada semua warga tanpa kecuali khususnya generasi Z.
Dengan pemutaran tersebut ia berharap para generasi Z dan mahasiswa mampu lebih mencintai dan merawat serta melestarikan lahan basah yang memang merupakan asal muasal Lebak Sumatera Selatan yang harus tetap lestari tanpa adanya gangguan dari perkembangan pembangunan dan lain-lain.
 
Dewan Penyantun Teater Potlot Taufik Wijaya mengatakan ,tutur lahan basah Sumatera Selatan itu dikemas oleh Teater Potlot sebagai penyelenggara proyek Bersenandung di Perahu Kajang menjaga pesan-pesan luhur.

Ia menambahkan, luas lahan basah Sungai Musi, di Sumatera Selatan mencapai tiga juta hektare. Terdiri atas perairan sungai 775.000 ha, danau 275.000 ha, rawa 375.000 ha, mangrove 142.681,40 ha, serta rawa gambut 1.475.165 ha, serta sebanyak 620 jenis ikan air tawar hidup di sana.

Berdasarkan data HaKI (Hutan Kita Institut), sekitar 1.123.119 hektare rawa gambut rusak atau berubah fungsi. Sebanyak 17 perusahaan HTI menguasai sekitar 559.220 hektare, 70 perusahaan sawit menguasai seluas 231.741 hektare. Sekitar 332.158 hektare dijadikan permukiman atau transmigran, perkebunan rakyat, pabrik, dan jalan.

Dengan pemutaran tersebut ia berharap para generasi Z dan mahasiswa mampu lebih mencintai dan merawat serta melestarikan lahan basah yang memang merupakan asal muasal Lebak Sumatera Selatan yang harus tetap lestari tanpa adanya gangguan dari perkembangan pembangunan dan lain-lain.
 
Ia menjelaskan, upaya melestarikan sastra lahan basah Sumatera Selatan itu melibatkan generasi Z sebagai penyair muda dan karya puisinya diambil untuk menciptakan 10 karya berupa video art yang melibatkan pemusik dan pemain teater.
 
"Video art-nya diambil dari karya gen Z yang melibatkan pemusik, teater, dan tentunya berbeda dengan sebuah video klip biasa," katanya pula.
 
Ia menambahkan, pembuatan karya untuk melestarikan sastra lahan basah Sumsel tersebut melibatkan warga asli Lebak pedalaman Sumatera Selatan yang memiliki rasa kebanggaan dan kecintaan akan asal usulnya.
 
Ia berharap melalui upaya melestarikan pesan-pesan luhur tersebut para generasi mampu mencintai asal usulnya dengan kebanggaannya sebagai luhur lahan basah Sumatera Selatan.
 
Selain itu para generasi lebih mampu dalam menjaga serta merawat alam karena dalam mencintai pesan-pesan luhur kecintaan terhadap alam menjadi sangat penting.
 
"Program ini merupakan program yang ketiga setelah sebelumnya digelar rutin tahunan, pertama tentang Sungai Musi dan kemudian Pindang (kuliner khas ikan yang didapatkan dari lahan basah), dan tahun ini Bersenandung di Perahu Kajang," ujarnya.
 

Pewarta : M. Imam Pramana
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024