Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Prof DR dr Rini Sekartini, SpAK mengatakan penggunaan gawai atau gadget oleh anak-anak dapat meningkatkan risiko "speech delay" atau keterlambatan kemampuan bicara yang tidak sesuai umurnya.
"Bila anak terpapar gadget, stimulasi hanya bersifat satu arah. Tidak ada komunikasi dengan lingkungan sekitar," ujar Rini ketika dihubungi di Jakarta pada Rabu.
Dia menjelaskan, stimulasi yang baik adalah yang bersifat dua arah. Oleh karena itu perlu ada peran penting dari orang tua untuk memberikan stimulasi bagi anak.
"Gadget itu harusnya sampai dua tahun tidak boleh diberikan," kata guru besar sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tersebut.
Dia menjelaskan, seorang anak memiliki tahapan tertentu dalam masa perkembangannya. Misalnya, pada umur tertentu, ada suatu kemampuan yang harus dimiliki anak tersebut. Hal tersebut dapat diketahui melalui skrining perkembangan anak.
Rini mengatakan, ada dua kemampuan berbicara, yaitu mengerti dan mengucap. Terdapat dua jenis "speech delay", yaitu ketika anak mengerti dan dapat mengucap, dan ketika anak tidak mengerti dan tidak mengucap, contohnya pada anak-anak yang punya spektrum autisme.
Dia menyebut bahwa gadget atau gawai merupakan satu dari sejumlah faktor penyebab keterlambatan kemampuan bicara pada anak-anak. Adapun faktor-faktor lain seperti gangguan pada sumber penerimaan suara. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa tidak ada gangguan di telinga sang anak.
"Terus ada juga masalah di oral motor. Misalnya gangguan artikulasi atau sering disebut cadel itu namanya. Gangguannya disebutkan oral motor di bagian mulut gitu ya. Rongga mulut," katanya.
Dia mengatakan, terdapat sejumlah dampak apabila seorang anak mengalami keterlambatan dalam kemampuan berbicara.
"Kalau anak nggak bisa bicara, pasti komunikasinya sulit. Kemudian bisa mempengaruhi sosialisasi. Bisa mempengaruhi juga tingkat kesiapan sekolah, untuk berkemampuan, intelektualnya juga berkurang gitu," katanya.
Untuk mengatasinya, kata Rini, perlu diberikan penanganan yang sesuai. "Misalnya, sebagian besar, kalau ada keterlambatan bicara di atas dua tahun itu harus mengikuti terapi. Tapi kalau setahun, satu setengah tahun, di bawah dua tahun, kita benarkan dulu stimulasinya. Kalau itu tidak optimal, baru dimasukkan terapi," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli: Pemakaian gawai berisiko sebabkan "speech delay" pada anak
"Bila anak terpapar gadget, stimulasi hanya bersifat satu arah. Tidak ada komunikasi dengan lingkungan sekitar," ujar Rini ketika dihubungi di Jakarta pada Rabu.
Dia menjelaskan, stimulasi yang baik adalah yang bersifat dua arah. Oleh karena itu perlu ada peran penting dari orang tua untuk memberikan stimulasi bagi anak.
"Gadget itu harusnya sampai dua tahun tidak boleh diberikan," kata guru besar sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tersebut.
Dia menjelaskan, seorang anak memiliki tahapan tertentu dalam masa perkembangannya. Misalnya, pada umur tertentu, ada suatu kemampuan yang harus dimiliki anak tersebut. Hal tersebut dapat diketahui melalui skrining perkembangan anak.
Rini mengatakan, ada dua kemampuan berbicara, yaitu mengerti dan mengucap. Terdapat dua jenis "speech delay", yaitu ketika anak mengerti dan dapat mengucap, dan ketika anak tidak mengerti dan tidak mengucap, contohnya pada anak-anak yang punya spektrum autisme.
Dia menyebut bahwa gadget atau gawai merupakan satu dari sejumlah faktor penyebab keterlambatan kemampuan bicara pada anak-anak. Adapun faktor-faktor lain seperti gangguan pada sumber penerimaan suara. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa tidak ada gangguan di telinga sang anak.
"Terus ada juga masalah di oral motor. Misalnya gangguan artikulasi atau sering disebut cadel itu namanya. Gangguannya disebutkan oral motor di bagian mulut gitu ya. Rongga mulut," katanya.
Dia mengatakan, terdapat sejumlah dampak apabila seorang anak mengalami keterlambatan dalam kemampuan berbicara.
"Kalau anak nggak bisa bicara, pasti komunikasinya sulit. Kemudian bisa mempengaruhi sosialisasi. Bisa mempengaruhi juga tingkat kesiapan sekolah, untuk berkemampuan, intelektualnya juga berkurang gitu," katanya.
Untuk mengatasinya, kata Rini, perlu diberikan penanganan yang sesuai. "Misalnya, sebagian besar, kalau ada keterlambatan bicara di atas dua tahun itu harus mengikuti terapi. Tapi kalau setahun, satu setengah tahun, di bawah dua tahun, kita benarkan dulu stimulasinya. Kalau itu tidak optimal, baru dimasukkan terapi," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli: Pemakaian gawai berisiko sebabkan "speech delay" pada anak