Palembang, Sumsel (ANTARA) - Kebakaran berulang pada lahan gambut yang terjadi di tiga wilayah yaitu, Desa Jungkal, Kelurahan Kedaton, dan Desa Rambai, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, merugikan masyarakat setempat baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Kebakaran berulang di tiga lokasi ini membuat Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove untuk mendiskusikan isu kebakaran hutan dan lahan berulang di wilayah tersebut.
Setelah melakukan analisa di lapangan, penyebab kebakaran di Desa Jungkal berkaitan erat dengan budaya masyarakat. Pembuangan puntung rokok secara tidak sengaja selama kemarau panjang menjadi pemicu utama. Keadaan muka air lahan yang menurun akibat kemarau membuat bagian atas lahan menjadi kering, memudahkan terjadinya kebakaran.
Faktor lain adalah perpindahan "Latu" atau api yang berpindah ke lahan lain karena terbawa angin. Kepala Dusun Desa Jungkal, Asra Andika menyampaikan, “Kami berterima kasih atas kedatangan tim Unsri bersama BRGM. Kebakaran hutan dan lahan di Desa ini sudah terjadi berulang, kami berharap dengan adanya sinergi antara Unsri dan BRGM memberikan solusi pencegahan kebakaran di Desa Jungkal ini,” kata Asra.
Berbeda halnya dengan pemicu kebakaran berulang di Kelurahan Kedaton, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Faktor cuaca ekstrim, terutama musim kemarau panjang menyebabkan kekeringan di lahan gambut dan membuatnya rentan terbakar. Selain itu, kelalaian masyarakat dalam membuang puntung rokok sembarangan di lahan gambut juga mempercepat penyebaran kebakaran. Masyarakat di Kelurahan Kedaton mengeluhkan adanya kebakaran ini, pasalnya kebakaran pada lahan gambut ini terus berulang.
Ketua Lingkungan Kelurahan Kedaton, Yanto menuturkan, “Masyarakat di Kelurahan ini membutuhkan bimbingan melalui sarana prasarana untuk meningkatkan kesadaran akan dampak negatif kebakaran lahan. Selain itu, kami juga kurang paham tanaman apa saja yang cocok untuk tumbuh di lahan gambut, dan pengelolaan tanpa bakar yang ramah lingkungan. Oleh karenanya, kami berterima kasih atas kedatangan UNSRI dan BRGM. Semoga program ini dapat terus berlanjut,” ucap Yanto.
Kondisi serupa juga dialami di Desa Rambai, selain faktor alam dan kelalaian manusia, budaya sonor di desa setempat menjadi penyebab terjadinya kebakaran berulang di desa tersebut. Budaya sonor merupakan tradisi pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar, yang dilakukan pada musim kemarau. Warga setempat, mengusulkan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, rekomendasi tanaman yang cocok di lahan gambut, serta pembuatan kanal untuk memastikan ketersediaan air dalam pemadaman kebakaran, serta bantuan alsintan seperti TR4 dan hand tractor untuk menghindari pengolahan lahan dengan cara dibakar.
Kepala Desa Rambai, Sukri menyambut baik kunjungan tim Unsri dan BRGM untuk menanggulangi bencana kebakaran di daerahnya. Ia menyampaikan, "Lahan di Desa Rambai kurang dikelola, dan masyarakat perlu lebih peduli untuk menjaga agar tidak terbakar ataupun melakukan pembakaran,” kata Sukri.
Kondisi serupa juga dialami di Desa Rambai, selain faktor alam dan kelalaian manusia, budaya sonor di desa setempat menjadi penyebab terjadinya kebakaran berulang di desa tersebut. Budaya sonor merupakan tradisi pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar, yang dilakukan pada musim kemarau. Warga setempat, mengusulkan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, rekomendasi tanaman yang cocok di lahan gambut, serta pembuatan kanal untuk memastikan ketersediaan air dalam pemadaman kebakaran, serta bantuan alsintan seperti TR4 dan hand tractor untuk menghindari pengolahan lahan dengan cara dibakar. Kepala Desa Rambai, Sukri menyambut baik kunjungan tim Unsri dan BRGM untuk menanggulangi bencana kebakaran di daerahnya. Ia menyampaikan, "Lahan di Desa Rambai kurang dikelola, dan masyarakat perlu lebih peduli untuk menjaga agar tidak terbakar ataupun melakukan pembakaran,” kata Sukri.
Prof. Dr. Momon Sodik Imanudin, S.P., M.Sc, Guru Besar Ilmu Irigasi dan Drainase Pertanian Unsri sekaligus Ketua FGD Kebakaran Berulang ini dalam keterangannya menyampaikan, "Kerjasama bersama BRGM menjadi langkah penting dalam menangani kebakaran lahan gambut. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan solusi konkret dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat." Menurutnya, di tiga lokasi ini memerlukan pendekatan yang berbeda mulai dari pemantapan sistem pengelolaan air, rekomendasi tanaman yang sesuai. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda disesuaikan dengan budaya dan kondisi di daerah setempat.
Seperti halnya pada Desa Jungkal, diperlukan pemantapan sistem pengelolaan air, pembangunan embung sebagai sumber air untuk melawan dampak kemarau panjang. Selain itu, pembangunan sekat kanal dan perbaikan muka air dapat membantu menjaga kelembaban lahan gambut, mengurangi risiko kebakaran, dan memperkuat ketahanan lingkungan.Selanjutnya, kampanye kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran lahan dan peran mereka dalam pencegahan. Melibatkan komunitas dalam pengembangan solusi lokal, seperti sistem pengawasan bersama terhadap pembuangan puntung rokok, dapat membantu mengurangi faktor penyebab kebakaran.
Selain itu, program Plasma untuk kesejahteraan masyarakat, juga membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tahunan dan dapat menjalin kemitraan dengan perusahaan setempat, lalu dapat menjalin kerja sama dalam pemasok kebutuhan harian seperti beras, telur, dan bahan hasil pengelolaan lahan lainnya.
Kondisi yang berbeda dialami di Kelurahan Kedaton memerlukan pendekatan secara sosial, melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran berulang. Yaswan Karimuddin, S.P., M.Si., Dosen Fakultas Pertanian Unsri sekaligus koordinator FGD di Kelurahan Kedaton mengungkapkan “Keterlibatan dalam menyerap aspirasi masyarakat terkait kebakaran lahan gambut dan pemberdayaan masyarakat sangat penting. Fokusnya adalah pada peningkatan kesadaran masyarakat dan pengelolaan lahan yang baik”, Ucap Yaswan.
Selanjutnya, pada Kelurahan Kedaton dapat dibangun Museum Rawa Gambut untuk sarana Eko Edu Wisata karena tidak jauh dari lingkup daerah padat penduduk dan jalan TOL, sehingga berpotensi untuk menjadi sarana lokasi konservasi, edukasi dan wisata lahan gambut yang strategis. Selain itu pada Kelurahan Kedaton, diperlukan kajian mendalam terhadap kedalaman gambut di wilayah ini untuk memberikan rekomendasi tanaman yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat membantu mengidentifikasi jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut, mengurangi risiko kebakaran, dan mendukung keberlanjutan pertanian lokal.
Desa Rambai, Kemitraan Swasta dan alsintan, Mengajak perusahaan perkebunan dan pihak swasta untuk berkolaborasi dalam menyediakan alsintan, seperti TR4 dan hand tractor, sebagai solusi pengolahan lahan yang lebih aman. Kemitraan ini dapat memberikan sumber daya dan dukungan yang cukup untuk membantu masyarakat beralih ke metode yang lebih berkelanjutan, Kreativitas Masyarakat dalam Pembangunan, Mendorong kreativitas masyarakat dalam pembangunan desa, terutama dalam pengelolaan lingkungan dan pencegahan kebakaran.
Program partisipatif dapat menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap upaya-upaya pencegahan, sehingga menjaga keberlanjutan program dan keberhasilan implementasinya. Distribusi Bantuan yang Merata,Memastikan distribusi bantuan dan hasil program secara merata di seluruh lapisan masyarakat Desa Rambai. Fokus pada keadilan dalam pemberian bantuan dan manfaat agar setiap warga dapat merasakannya, menciptakan ikatan sosial yang kuat dan dukungan bersama dalam menjaga lingkungan dan mencegah kebakaran.
Dr. Ir. Maryadi, M.Si., selaku dosen Fakultas Pertanian Unsri menyoroti konsekuensi negatif dari kebakaran, seperti polusi udara yang menyebabkan asap pekat. Mariyadi mencatat bahwa aktivitas sehari-hari, seperti menyadap karet terhambat karena tebalnya asap, menyebabkan masalah kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat. Beliau menyampaikan urgensi penanganan serius terhadap kebakaran hutan dan lahan untuk menjaga kesehatan dan mata pencaharian masyarakat setempat. Akses jalan juga sangat penting untuk menunjang faktor mobilitas, tidak hanya Desa Rambai, tetapi kedua lokasi lainnya juga membutuhkan peningkatan jalan yang disesuaikan dengan lokasi tanggung jawab Instansi terkait, baik daerah, pusat maupun swasta.
Dengan menggali informasi penyebab kebakaran hutan dan lahan berulang di areal gambut Desa Jungkal, Kelurahan Kedaton, dan Desa Rambai, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kita dihadapkan pada tanggung jawab bersama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan ekosistem gambut. Melalui pemahaman mendalam terhadap akar masalah, mari bersama-sama berkomitmen untuk mengatasi tantangan ini.
Dengan kerja sama yang kokoh, kita dapat melahirkan solusi berkelanjutan, mencegah bencana, dan melindungi warisan alam untuk generasi mendatang. Mari bersatu dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, karena masa depan gambut ada di tangan kita bersama.
Kebakaran berulang di tiga lokasi ini membuat Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, akademisi, serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove untuk mendiskusikan isu kebakaran hutan dan lahan berulang di wilayah tersebut.
Setelah melakukan analisa di lapangan, penyebab kebakaran di Desa Jungkal berkaitan erat dengan budaya masyarakat. Pembuangan puntung rokok secara tidak sengaja selama kemarau panjang menjadi pemicu utama. Keadaan muka air lahan yang menurun akibat kemarau membuat bagian atas lahan menjadi kering, memudahkan terjadinya kebakaran.
Faktor lain adalah perpindahan "Latu" atau api yang berpindah ke lahan lain karena terbawa angin. Kepala Dusun Desa Jungkal, Asra Andika menyampaikan, “Kami berterima kasih atas kedatangan tim Unsri bersama BRGM. Kebakaran hutan dan lahan di Desa ini sudah terjadi berulang, kami berharap dengan adanya sinergi antara Unsri dan BRGM memberikan solusi pencegahan kebakaran di Desa Jungkal ini,” kata Asra.
Berbeda halnya dengan pemicu kebakaran berulang di Kelurahan Kedaton, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Faktor cuaca ekstrim, terutama musim kemarau panjang menyebabkan kekeringan di lahan gambut dan membuatnya rentan terbakar. Selain itu, kelalaian masyarakat dalam membuang puntung rokok sembarangan di lahan gambut juga mempercepat penyebaran kebakaran. Masyarakat di Kelurahan Kedaton mengeluhkan adanya kebakaran ini, pasalnya kebakaran pada lahan gambut ini terus berulang.
Ketua Lingkungan Kelurahan Kedaton, Yanto menuturkan, “Masyarakat di Kelurahan ini membutuhkan bimbingan melalui sarana prasarana untuk meningkatkan kesadaran akan dampak negatif kebakaran lahan. Selain itu, kami juga kurang paham tanaman apa saja yang cocok untuk tumbuh di lahan gambut, dan pengelolaan tanpa bakar yang ramah lingkungan. Oleh karenanya, kami berterima kasih atas kedatangan UNSRI dan BRGM. Semoga program ini dapat terus berlanjut,” ucap Yanto.
Kondisi serupa juga dialami di Desa Rambai, selain faktor alam dan kelalaian manusia, budaya sonor di desa setempat menjadi penyebab terjadinya kebakaran berulang di desa tersebut. Budaya sonor merupakan tradisi pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar, yang dilakukan pada musim kemarau. Warga setempat, mengusulkan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, rekomendasi tanaman yang cocok di lahan gambut, serta pembuatan kanal untuk memastikan ketersediaan air dalam pemadaman kebakaran, serta bantuan alsintan seperti TR4 dan hand tractor untuk menghindari pengolahan lahan dengan cara dibakar.
Kepala Desa Rambai, Sukri menyambut baik kunjungan tim Unsri dan BRGM untuk menanggulangi bencana kebakaran di daerahnya. Ia menyampaikan, "Lahan di Desa Rambai kurang dikelola, dan masyarakat perlu lebih peduli untuk menjaga agar tidak terbakar ataupun melakukan pembakaran,” kata Sukri.
Kondisi serupa juga dialami di Desa Rambai, selain faktor alam dan kelalaian manusia, budaya sonor di desa setempat menjadi penyebab terjadinya kebakaran berulang di desa tersebut. Budaya sonor merupakan tradisi pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar, yang dilakukan pada musim kemarau. Warga setempat, mengusulkan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, rekomendasi tanaman yang cocok di lahan gambut, serta pembuatan kanal untuk memastikan ketersediaan air dalam pemadaman kebakaran, serta bantuan alsintan seperti TR4 dan hand tractor untuk menghindari pengolahan lahan dengan cara dibakar. Kepala Desa Rambai, Sukri menyambut baik kunjungan tim Unsri dan BRGM untuk menanggulangi bencana kebakaran di daerahnya. Ia menyampaikan, "Lahan di Desa Rambai kurang dikelola, dan masyarakat perlu lebih peduli untuk menjaga agar tidak terbakar ataupun melakukan pembakaran,” kata Sukri.
Prof. Dr. Momon Sodik Imanudin, S.P., M.Sc, Guru Besar Ilmu Irigasi dan Drainase Pertanian Unsri sekaligus Ketua FGD Kebakaran Berulang ini dalam keterangannya menyampaikan, "Kerjasama bersama BRGM menjadi langkah penting dalam menangani kebakaran lahan gambut. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan solusi konkret dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat." Menurutnya, di tiga lokasi ini memerlukan pendekatan yang berbeda mulai dari pemantapan sistem pengelolaan air, rekomendasi tanaman yang sesuai. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda disesuaikan dengan budaya dan kondisi di daerah setempat.
Seperti halnya pada Desa Jungkal, diperlukan pemantapan sistem pengelolaan air, pembangunan embung sebagai sumber air untuk melawan dampak kemarau panjang. Selain itu, pembangunan sekat kanal dan perbaikan muka air dapat membantu menjaga kelembaban lahan gambut, mengurangi risiko kebakaran, dan memperkuat ketahanan lingkungan.Selanjutnya, kampanye kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran lahan dan peran mereka dalam pencegahan. Melibatkan komunitas dalam pengembangan solusi lokal, seperti sistem pengawasan bersama terhadap pembuangan puntung rokok, dapat membantu mengurangi faktor penyebab kebakaran.
Selain itu, program Plasma untuk kesejahteraan masyarakat, juga membantu masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tahunan dan dapat menjalin kemitraan dengan perusahaan setempat, lalu dapat menjalin kerja sama dalam pemasok kebutuhan harian seperti beras, telur, dan bahan hasil pengelolaan lahan lainnya.
Kondisi yang berbeda dialami di Kelurahan Kedaton memerlukan pendekatan secara sosial, melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran berulang. Yaswan Karimuddin, S.P., M.Si., Dosen Fakultas Pertanian Unsri sekaligus koordinator FGD di Kelurahan Kedaton mengungkapkan “Keterlibatan dalam menyerap aspirasi masyarakat terkait kebakaran lahan gambut dan pemberdayaan masyarakat sangat penting. Fokusnya adalah pada peningkatan kesadaran masyarakat dan pengelolaan lahan yang baik”, Ucap Yaswan.
Selanjutnya, pada Kelurahan Kedaton dapat dibangun Museum Rawa Gambut untuk sarana Eko Edu Wisata karena tidak jauh dari lingkup daerah padat penduduk dan jalan TOL, sehingga berpotensi untuk menjadi sarana lokasi konservasi, edukasi dan wisata lahan gambut yang strategis. Selain itu pada Kelurahan Kedaton, diperlukan kajian mendalam terhadap kedalaman gambut di wilayah ini untuk memberikan rekomendasi tanaman yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat membantu mengidentifikasi jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di lahan gambut, mengurangi risiko kebakaran, dan mendukung keberlanjutan pertanian lokal.
Desa Rambai, Kemitraan Swasta dan alsintan, Mengajak perusahaan perkebunan dan pihak swasta untuk berkolaborasi dalam menyediakan alsintan, seperti TR4 dan hand tractor, sebagai solusi pengolahan lahan yang lebih aman. Kemitraan ini dapat memberikan sumber daya dan dukungan yang cukup untuk membantu masyarakat beralih ke metode yang lebih berkelanjutan, Kreativitas Masyarakat dalam Pembangunan, Mendorong kreativitas masyarakat dalam pembangunan desa, terutama dalam pengelolaan lingkungan dan pencegahan kebakaran.
Program partisipatif dapat menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap upaya-upaya pencegahan, sehingga menjaga keberlanjutan program dan keberhasilan implementasinya. Distribusi Bantuan yang Merata,Memastikan distribusi bantuan dan hasil program secara merata di seluruh lapisan masyarakat Desa Rambai. Fokus pada keadilan dalam pemberian bantuan dan manfaat agar setiap warga dapat merasakannya, menciptakan ikatan sosial yang kuat dan dukungan bersama dalam menjaga lingkungan dan mencegah kebakaran.
Dr. Ir. Maryadi, M.Si., selaku dosen Fakultas Pertanian Unsri menyoroti konsekuensi negatif dari kebakaran, seperti polusi udara yang menyebabkan asap pekat. Mariyadi mencatat bahwa aktivitas sehari-hari, seperti menyadap karet terhambat karena tebalnya asap, menyebabkan masalah kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat. Beliau menyampaikan urgensi penanganan serius terhadap kebakaran hutan dan lahan untuk menjaga kesehatan dan mata pencaharian masyarakat setempat. Akses jalan juga sangat penting untuk menunjang faktor mobilitas, tidak hanya Desa Rambai, tetapi kedua lokasi lainnya juga membutuhkan peningkatan jalan yang disesuaikan dengan lokasi tanggung jawab Instansi terkait, baik daerah, pusat maupun swasta.
Dengan menggali informasi penyebab kebakaran hutan dan lahan berulang di areal gambut Desa Jungkal, Kelurahan Kedaton, dan Desa Rambai, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kita dihadapkan pada tanggung jawab bersama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan ekosistem gambut. Melalui pemahaman mendalam terhadap akar masalah, mari bersama-sama berkomitmen untuk mengatasi tantangan ini.
Dengan kerja sama yang kokoh, kita dapat melahirkan solusi berkelanjutan, mencegah bencana, dan melindungi warisan alam untuk generasi mendatang. Mari bersatu dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, karena masa depan gambut ada di tangan kita bersama.