Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA) - Pekerja lembaga bantuan kemanusiaan tidak memiliki akses ke wilayah utara Jalur Gaza, kata Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland.
“Wilayah utara Jalur Gaza sebagian besar masih belum dapat diakses oleh relawan kemanusiaan karena kondisinya tidak aman dan diberlakukan pembatasan akses oleh Israel,” ujar Wennesland pada pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Timur Tengah.
Dia juga mengatakan bahwa pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina masih “menghadapi tantangan yang hampir tak teratasi.”
“Di tengah pengungsian dan permusuhan sengit, sistem tanggap kemanusiaan berada di ambang kehancuran. Langkah terbatas Israel, seperti memperbolehkan masuk bahan bakar lebih banyak, makanan, dan gas untuk memasak serta membuka Kerem Shalom untuk distribusi pasokan bantuan kemanusiaan menjadi hal positif," kata koordinator khusus PBB itu.
Akan tetapi, lanjut Wennesland, kondisi itu masih jauh dari apa yang diperlukan untuk mengatasi bencana kemanusiaan di lapangan.
Dalam pidatonya, Wennesland menyebutkan bahwa akhir 2023 menjadi salah satu era paling mematikan dalam sejarah konflik Palestina-Israel, dengan "situasi yang memburuk di hampir semua lini".
Sumber: TASS
“Wilayah utara Jalur Gaza sebagian besar masih belum dapat diakses oleh relawan kemanusiaan karena kondisinya tidak aman dan diberlakukan pembatasan akses oleh Israel,” ujar Wennesland pada pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Timur Tengah.
Dia juga mengatakan bahwa pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina masih “menghadapi tantangan yang hampir tak teratasi.”
“Di tengah pengungsian dan permusuhan sengit, sistem tanggap kemanusiaan berada di ambang kehancuran. Langkah terbatas Israel, seperti memperbolehkan masuk bahan bakar lebih banyak, makanan, dan gas untuk memasak serta membuka Kerem Shalom untuk distribusi pasokan bantuan kemanusiaan menjadi hal positif," kata koordinator khusus PBB itu.
Akan tetapi, lanjut Wennesland, kondisi itu masih jauh dari apa yang diperlukan untuk mengatasi bencana kemanusiaan di lapangan.
Dalam pidatonya, Wennesland menyebutkan bahwa akhir 2023 menjadi salah satu era paling mematikan dalam sejarah konflik Palestina-Israel, dengan "situasi yang memburuk di hampir semua lini".
Sumber: TASS