Jakarta (ANTARA) - Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah mengatakan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Ganjar Pranowo-Mahfud MD ingin mengembalikan gagasan revolusi mental yang 10 tahun lalu diserukan sebagai fondasi pembangunan Indonesia.
"Kini, kami pakai sebagai modal kami menuju Indonesia Emas 2045. Kami pakai fondasi 'Menuju Indonesia Unggul'," kata Said dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Hal itu dapat dilihat dalam visi dan misi Ganjar-Mahfud, di mana sebagian besar urusannya membangun manusia Indonesia agar menjadi manusia unggul. Menurut Said, menjadi manusia unggul adalah pesan utama dalam pembangunan.
Dia menegaskan jati diri kepribadian bangsa perlu dinyatakan secara lugas.
Sebab, menurut dia, semua nilai-nilai luhur bangsa harus dihadirkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong, antikorupsi, produktif, inovatif, mandiri, patuh pada etika dan hukum, menghargai perbedaan dan kebebasan, emansipasi perempuan, serta melindungi minoritas.
Semua nilai itu, lanjut Said, harus menjadi roh bagi setiap gerak pembangunan Indonesia di semua bidang tanpa disimpan. Dia juga menilai kondisi tersebut merupakan jalan kebudayaan menuju manusia unggul.
"Paling mula harus menjadi praktik hidup dan contoh nyata bagi seluruh para penyelenggara negara. Kami yakin jika seluruh penyelenggara negara bisa melaksanakan nilai-nilai tersebut pada gerak hidupnya sehari-hari, maka hal itu akan memantul lebih luas menjadi jiwa bangsa," jelasnya.
Dengan penghayatan total atas nilai-nilai luhur itu, maka seluruh potensi pembangunan nasional akan lebih mudah diorganisasi untuk menopang cita-cita pembangunan.
Oleh karena itu, keteladanan pemimpin nasional yang menyebar ke seluruh level penyelenggara negara akan menjadi energi penggerak penting bagi pembangunan.
Said menambahkan kekuatan gotong royong dengan penghayatan atas jiwa bangsa akan mampu menopang upaya untuk menaikkan pendapatan per kapita, menurunkan tingkat kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan partisipasi pendidikan, meningkatkan harapan hidup rakyat, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, talenta anak anak bangsa yang hebat, menempuh jalan ekonomi hijau, serta menjadikan poros maritim dunia.
Gerakan pembangunan bukan semata-mata agenda dan urusan Pemerintah, melainkan rakyat akan merasa memiliki cita-cita itu.
Nalar itulah, menurut Said, yang luput pada pembangunan Indonesia selama ini, karena semua agenda pembangunan dipahami dan hanya diformulasikan secara teknokrasi.
"Teknokrasi sangat penting karena memandu kalkulasi dan mitigasi. Namun, sama pentingnya adalah rasa kepemilikan rakyat atas agenda pembangunan," ujar Said.
"Kini, kami pakai sebagai modal kami menuju Indonesia Emas 2045. Kami pakai fondasi 'Menuju Indonesia Unggul'," kata Said dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Hal itu dapat dilihat dalam visi dan misi Ganjar-Mahfud, di mana sebagian besar urusannya membangun manusia Indonesia agar menjadi manusia unggul. Menurut Said, menjadi manusia unggul adalah pesan utama dalam pembangunan.
Dia menegaskan jati diri kepribadian bangsa perlu dinyatakan secara lugas.
Sebab, menurut dia, semua nilai-nilai luhur bangsa harus dihadirkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong, antikorupsi, produktif, inovatif, mandiri, patuh pada etika dan hukum, menghargai perbedaan dan kebebasan, emansipasi perempuan, serta melindungi minoritas.
Semua nilai itu, lanjut Said, harus menjadi roh bagi setiap gerak pembangunan Indonesia di semua bidang tanpa disimpan. Dia juga menilai kondisi tersebut merupakan jalan kebudayaan menuju manusia unggul.
"Paling mula harus menjadi praktik hidup dan contoh nyata bagi seluruh para penyelenggara negara. Kami yakin jika seluruh penyelenggara negara bisa melaksanakan nilai-nilai tersebut pada gerak hidupnya sehari-hari, maka hal itu akan memantul lebih luas menjadi jiwa bangsa," jelasnya.
Dengan penghayatan total atas nilai-nilai luhur itu, maka seluruh potensi pembangunan nasional akan lebih mudah diorganisasi untuk menopang cita-cita pembangunan.
Oleh karena itu, keteladanan pemimpin nasional yang menyebar ke seluruh level penyelenggara negara akan menjadi energi penggerak penting bagi pembangunan.
Said menambahkan kekuatan gotong royong dengan penghayatan atas jiwa bangsa akan mampu menopang upaya untuk menaikkan pendapatan per kapita, menurunkan tingkat kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan partisipasi pendidikan, meningkatkan harapan hidup rakyat, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, talenta anak anak bangsa yang hebat, menempuh jalan ekonomi hijau, serta menjadikan poros maritim dunia.
Gerakan pembangunan bukan semata-mata agenda dan urusan Pemerintah, melainkan rakyat akan merasa memiliki cita-cita itu.
Nalar itulah, menurut Said, yang luput pada pembangunan Indonesia selama ini, karena semua agenda pembangunan dipahami dan hanya diformulasikan secara teknokrasi.
"Teknokrasi sangat penting karena memandu kalkulasi dan mitigasi. Namun, sama pentingnya adalah rasa kepemilikan rakyat atas agenda pembangunan," ujar Said.