Blitar (ANTARA) - Siang itu, Muryani (64), seorang petugas kebersihan warga Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bersiap menghancurkan sejumlah gelas minuman berbahan plastik ke mesin penghancur. Limbah itu dicacah dengan mesin menjadi ukuran lebih kecil, sehingga mudah untuk dimasukkan ke mesin pengolah bahan bakar alternatif.
Muryani memang "hanya" seorang petugas kebersihan, namun berbekal dari rasa ingin tahu yang besar ia berusaha keras untuk bisa mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.
Usaha Muryani mengolah limbah menjadi BBM ini terinspirasi dari menumpuknya sampah plastik. Sampah jenis itu membutuhkan waktu lama untuk terurai, sehingga lama-kelamaan bisa menggunung.
Berawal dari hal itu dirinya berupaya keras menciptakan alat khusus yang bisa mengolah sampah plastik. Usaha itu membuahkan hasil. Alat pengolah sampah plastik berupa mesin destilator mampu dibuatnya pada 2009.
Untuk membuat alat itu, ia pelajari secara otodidak. Dari berbagai pengalaman serta riset yang dilakukannya, ia bisa memahami bahwa sampah plastik bisa menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif.
Sebagai "pasukan kuning", memang sudah menjadi tugasnya untuk menjaga lingkungan. Berburu sampah plastik dilakoninya saban hari. Awalnya, sampah-sampah dikumpulkan, dihancurkan menjadi ukuran kecil lalu dikeringkan dan dimasukkan ke mesin.
Awal membuat mesin pengolah limbah plastik itu, Muryani mengeluarkan uang pribadi hingga Rp2,5 juta. Alat pertamanya dibuat dengan kapasitas 3 kilogram. Namun, waktu yang dihabiskan untuk pemrosesan sangat lama. Sampah plastik diolah mulai pukul 07.00 WIB dan selesai proses hingga pukul 19.00 WIB. Hasilnya pun masih jauh dari harapan.
Pria yang pernah ikut program transmigrasi ke Lampung Selatan ini mengaku tak putus asa. Berbagai cara ditelitinya hingga kemudian ia memahami bahwa tidak semua limbah plastik dengan mudah diolah. Ada beberapa limbah yang sulit diolah sehingga pemrosesannya perlu waktu cukup lama.
Berbekal itu, ia akhirnya fokus untuk mengumpulkan limbah dari kantong kresek, gelas minuman, botol oli bekas. Sampah-sampah itu lebih mudah diolah menjadi BBM alternatif. Sedangkan yang sulit diolah di antaranya adalah botol minuman kemasan, jas hujan karena kandungan asam tinggi, aluminium foil, baju bekas hingga alas kaki.
Mesin pengolah kemudian dibuat dengan ukuran produksi lebih besar, mampu menampung hingga 10 kilogram sampah plastik. Sampah plastik yang sudah hancur digilas mesin pencacah yang juga telah disiapkan. Plastik juga harus dalam kondisi benar-benar kering, sehingga bisa menghasilkan BBM yang baik serta mesin tidak mengeluarkan uap.
Setelah memastikan cacahan plastik kering, selanjutnya siap masuk mesin destilator . Bahan bakar yang digunakan untuk pemrosesan adalah elpiji.
Tak butuh waktu lama mengolah sampah plastik itu. Setiap kali proses mengolah limbah plastik, hanya butuh satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram saja. Durasi pengolahan juga relatif lebih pendek, hanya butuh waktu sekitar empat jam hingga semua limbah plastik selesai diproses.
Mesin itu bisa langsung memproses limbah plastik menjadi BBM alternatif. Ada tiga BBM yang bisa dihasilkan dari limbah plastik itu yakni BBM setara solar, setara premium serta setara minyak tanah.
Semua bahan tersebut otomatis keluar dari mesin. Tetes demi tetes hingga seluruh limbah selesai diproses. Dari kapasitas mesin 10 kilogram, bisa menghasilkan BBM alternatif 10 liter dengan berbagai jenis tersebut.
Banyak diminati
Muryani mengakui dirinya memang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Ia tak pernah mengecap bangku pendidikan lebih tinggi, apalagi hingga perguruan tinggi. Namun, hal itu tak membuatnya putus asa.
Hasilnya, ia bisa membuat mesin pengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif. BBM yang dihasilkan mempunyai bau yang khas ketimbang BBM yang diproduksi Pertamina, yakni bau plastik.
Sejak dirinya bisa membuat mesin pengolah plastik, banyak pihak yang melirik hasil karyanya itu. Bahkan, dia pernah diundang dalam sebuah program acara televisi swasta. Berbagai penghargaan juga diterimanya sebagai tokoh yang berinovasi.
Mesin yang dibuat Muryani banyak diminati masyarakat. Mereka memesan agar dibuatkan mesin pengolah sampah, dan tak jarang pula para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Tanah Air berbondong-bondong melakukan penelitian tentang mesin pembuat BBM alternatif miliknya.
Pria yang kini tinggal di kawasan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), Jalan Joyoboyo, Kelurahan Majegan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, tersebut menjelaskan bahwa mesin produksinya dibuat secara khusus agar bisa mengolah limbah plastik. Bahan pembuat mesin harus tebal sehingga tahan dari tekanan panas.
Mesin dibuat dengan kapasitas beragam yakni 10 kilogram, 25 kilogram, 50 kilogram hingga maksimal satu kuintal. Harga mesin pengolah dengan kapasitas 10 kilogram dijual seharga Rp42 juta. Pesanan datang dari berbagai instansi baik pemerintah, swasta hingga lembaga pendidikan.
Mesin pengolah limbah plastik karya Muryani itu pun laris manis. Dari 2009 hingga saat ini, setidaknya sudah 2.200 mesin telah dibuatnya dengan pengiriman hingga seluruh Indonesia. Pesanan hingga kini datang dari berbagai tempat. Saat ini, tiga unit mesin kapasitas satu kuintal masih dibuatnya untuk pengiriman ke Kalimantan.
Dengan dibantu tujuh orang, ia bisa mengerjakan pembuatan mesin-mesin tersebut dan setelahnya dikirim. Kendati sudah menyeluruh ke wilayah Indonesia, mesin itu belum pernah ekspor, sebab masih terkendala dengan berbagai persyaratan.
Kendati mesin sudah sampai ke lokasi tujuan, ia tak segan untuk memberikan konsultasi pengoperasiannya. Misalnya, ketika pemrosesan tiba-tiba muncul uap. Menurut dia, uap di mesin terjadi karena limbah plastik yang dimasukkan ada yang masih basah. "Pokoknya harus benar-benar kering. Tidak mungkin mengeluarkan uap jika plastik dalam keadaan kering," ucapnya.
Hasil BBM alternatif yang dibuatnya juga telah diteliti laboratorium di perguruan tinggi dan Pertamina. Menurut Muryani, dari hasil pengujian itu sudah setara dengan BBM alternatif.
Namun demikian, ia tak berniat untuk menjadikan BBM alternatif ini bisnis murni dengan kapasitas pengolahan lebih besar. Dirinya menekuni yang ada dengan pengabdian membuat mesin BBM alternatif.
Muryani pernah mencoba untuk menjadikan hak paten mesin yang dibuatnya itu. Namun, ia terkendala masalah teknis seperti desain. Karena dia membuat berdasarkan produk pengolah limbah plastik tersebut secara otodidak dan tidak memahami soal gambar, soal fisika dan lainnya, maka hal itu menjadi kendala tersendiri.
Kendati begitu, ia tetap berencana untuk memberikan merek kepada mesin yang dibuatnya, sehingga memiliki ciri khas. Hal ini masih dalam proses.
TPS mandiri
Muryani saat ini tinggal di kawasan TPS3R Jalan Joyoboyo, Kelurahan Majegan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Lokasi tinggal sementara tersebut masuk kategori TPS mandiri, karena sudah berdaya, bahkan mampu menghasilkan pendapatan sendiri.
Muryani tak menampik, pendapatan dari pembuatan alat pengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif juga dapat menghidupi keluarganya serta para pekerja. Bahkan, honor yang diterima para pekerjanya bisa di atas upah minimum kabupaten (UMK). Dari hasil itu, pajak bangunan lokasi TPS3R juga dibayarnya.
Kecintaan pada lingkungan menjadi alasan Muryani menggeluti profesi ini. Dari lingkungan juga tercetus ide membuat mesin destilator sampah plastik yang bisa membuat BBM alternatif.
Ke depan, ia sudah merencanakan untuk membuat alat yang bisa multifungsi. Selain dapat mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif juga bisa mengolah limbah oli serta minyak goreng.
Sementara itu, dari hasil pengolahan BBM alternatif yang dilakukannya, selain digunakan sendiri juga banyak pelanggan yang membelinya. Mereka mayoritas petani. Para pelanggan memesan BBM alternatif dari tempat produksi Muryani, karena harganya relatif terjangkau, yakni Rp8.000 per liter.
BBM setara premium digunakan untuk kendaraan operasional TPS3R. Terdapat kendaraan roda tiga yang dimanfaatkan untuk mengangkut limbah plastik. Limbah-limbah itu dengan mudah didapatkannya, sebab sudah punya langganan yang biasa memasoknya.
Sementara untuk solar dipesan oleh petani pembajak sawah. Biasanya, setiap tiga bulan sekali petani pembajak sawah memesan hingga 25 liter untuk keperluan operasional mesin pembajaknya. "Saya punya pelanggan 177 pembajak sawah. Jadi, harus menyiapkan 25 liter dikalikan 177, setara solar," jelasnya.
Muryani merasa bangga karena usahanya tersebut bermanfaat untuk orang lain. Dengan mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif maka dapat menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan sampah plastik.
Fungsional Penyuluh Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, Ediyono, mengakui bahwa limbah plastik memang masih menjadi masalah cukup signifikan untuk dicarikan solusinya.
Di Kabupaten Blitar, produksi sampah per hari rata-rata 445 ton yang dihasilkan dari sampah rumah tangga, pasar hingga perusahaan. Sampah tersebut terdiri dari berbagai jenis baik organik, kertas hingga plastik.
Sampah-sampah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi. Dengan luasan tanah hingga 1,4 hektare, tempat itu diperkirakan lima tahun lagi akan penuh dengan sampah.
Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi langkah yang dilakukan Muryani untuk mengolah sampah plastik menjadi BBM alternatif. Langkah yang dilakukannya bermanfaat guna mengurangi volume sampah plastik di daerah ini.
Pemkab Blitar berupaya keras untuk memroses sampah termasuk membentuk bank sampah. DLH Kabupaten Blitar membuat kebijakan satu desa satu bank sampah yang diharapkan sebagai filter awal sampah.
Selanjutnya, pembangunan TPS3R yang bersumber dari dana alokasi khusus maupun dari pemerintah provinsi. Di Kabupaten Blitar saat ini memiliki 12 TPS3R yang semuanya berbasis masyarakat dengan pelaksana kelompok swadaya masyarakat (KSM) termasuk di Kecamatan Wlingi tersebut.
Seluruh aktivitas di KSM sudah mandiri sehingga tidak ada bantuan operasional di tempat tersebut. Namun, untuk pendampingan masih terus dilakukan.
Mesin pemroses limbah plastik menjadi BBM alternatif karya Muryani terbukti mampu memberikan manfaat nyata bagi penanganan masalah lingkungan akibat sampah plastik, meski dengan kapasitas belum terlalu besar.
Muryani telah melakukan langkah penanganan sampah seperti dikembangkan dalam konsep 3R, yakni Reuse (menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan atau bisa berfungsi lainnya), Reduce (mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan atau memunculkan sampah), serta Recycle (mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu produk atau barang yang dapat bermanfaat).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif
Muryani memang "hanya" seorang petugas kebersihan, namun berbekal dari rasa ingin tahu yang besar ia berusaha keras untuk bisa mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.
Usaha Muryani mengolah limbah menjadi BBM ini terinspirasi dari menumpuknya sampah plastik. Sampah jenis itu membutuhkan waktu lama untuk terurai, sehingga lama-kelamaan bisa menggunung.
Berawal dari hal itu dirinya berupaya keras menciptakan alat khusus yang bisa mengolah sampah plastik. Usaha itu membuahkan hasil. Alat pengolah sampah plastik berupa mesin destilator mampu dibuatnya pada 2009.
Untuk membuat alat itu, ia pelajari secara otodidak. Dari berbagai pengalaman serta riset yang dilakukannya, ia bisa memahami bahwa sampah plastik bisa menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif.
Sebagai "pasukan kuning", memang sudah menjadi tugasnya untuk menjaga lingkungan. Berburu sampah plastik dilakoninya saban hari. Awalnya, sampah-sampah dikumpulkan, dihancurkan menjadi ukuran kecil lalu dikeringkan dan dimasukkan ke mesin.
Awal membuat mesin pengolah limbah plastik itu, Muryani mengeluarkan uang pribadi hingga Rp2,5 juta. Alat pertamanya dibuat dengan kapasitas 3 kilogram. Namun, waktu yang dihabiskan untuk pemrosesan sangat lama. Sampah plastik diolah mulai pukul 07.00 WIB dan selesai proses hingga pukul 19.00 WIB. Hasilnya pun masih jauh dari harapan.
Pria yang pernah ikut program transmigrasi ke Lampung Selatan ini mengaku tak putus asa. Berbagai cara ditelitinya hingga kemudian ia memahami bahwa tidak semua limbah plastik dengan mudah diolah. Ada beberapa limbah yang sulit diolah sehingga pemrosesannya perlu waktu cukup lama.
Berbekal itu, ia akhirnya fokus untuk mengumpulkan limbah dari kantong kresek, gelas minuman, botol oli bekas. Sampah-sampah itu lebih mudah diolah menjadi BBM alternatif. Sedangkan yang sulit diolah di antaranya adalah botol minuman kemasan, jas hujan karena kandungan asam tinggi, aluminium foil, baju bekas hingga alas kaki.
Mesin pengolah kemudian dibuat dengan ukuran produksi lebih besar, mampu menampung hingga 10 kilogram sampah plastik. Sampah plastik yang sudah hancur digilas mesin pencacah yang juga telah disiapkan. Plastik juga harus dalam kondisi benar-benar kering, sehingga bisa menghasilkan BBM yang baik serta mesin tidak mengeluarkan uap.
Setelah memastikan cacahan plastik kering, selanjutnya siap masuk mesin destilator . Bahan bakar yang digunakan untuk pemrosesan adalah elpiji.
Tak butuh waktu lama mengolah sampah plastik itu. Setiap kali proses mengolah limbah plastik, hanya butuh satu tabung elpiji ukuran 3 kilogram saja. Durasi pengolahan juga relatif lebih pendek, hanya butuh waktu sekitar empat jam hingga semua limbah plastik selesai diproses.
Mesin itu bisa langsung memproses limbah plastik menjadi BBM alternatif. Ada tiga BBM yang bisa dihasilkan dari limbah plastik itu yakni BBM setara solar, setara premium serta setara minyak tanah.
Semua bahan tersebut otomatis keluar dari mesin. Tetes demi tetes hingga seluruh limbah selesai diproses. Dari kapasitas mesin 10 kilogram, bisa menghasilkan BBM alternatif 10 liter dengan berbagai jenis tersebut.
Banyak diminati
Muryani mengakui dirinya memang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Ia tak pernah mengecap bangku pendidikan lebih tinggi, apalagi hingga perguruan tinggi. Namun, hal itu tak membuatnya putus asa.
Hasilnya, ia bisa membuat mesin pengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif. BBM yang dihasilkan mempunyai bau yang khas ketimbang BBM yang diproduksi Pertamina, yakni bau plastik.
Sejak dirinya bisa membuat mesin pengolah plastik, banyak pihak yang melirik hasil karyanya itu. Bahkan, dia pernah diundang dalam sebuah program acara televisi swasta. Berbagai penghargaan juga diterimanya sebagai tokoh yang berinovasi.
Mesin yang dibuat Muryani banyak diminati masyarakat. Mereka memesan agar dibuatkan mesin pengolah sampah, dan tak jarang pula para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta di Tanah Air berbondong-bondong melakukan penelitian tentang mesin pembuat BBM alternatif miliknya.
Pria yang kini tinggal di kawasan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), Jalan Joyoboyo, Kelurahan Majegan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, tersebut menjelaskan bahwa mesin produksinya dibuat secara khusus agar bisa mengolah limbah plastik. Bahan pembuat mesin harus tebal sehingga tahan dari tekanan panas.
Mesin dibuat dengan kapasitas beragam yakni 10 kilogram, 25 kilogram, 50 kilogram hingga maksimal satu kuintal. Harga mesin pengolah dengan kapasitas 10 kilogram dijual seharga Rp42 juta. Pesanan datang dari berbagai instansi baik pemerintah, swasta hingga lembaga pendidikan.
Mesin pengolah limbah plastik karya Muryani itu pun laris manis. Dari 2009 hingga saat ini, setidaknya sudah 2.200 mesin telah dibuatnya dengan pengiriman hingga seluruh Indonesia. Pesanan hingga kini datang dari berbagai tempat. Saat ini, tiga unit mesin kapasitas satu kuintal masih dibuatnya untuk pengiriman ke Kalimantan.
Dengan dibantu tujuh orang, ia bisa mengerjakan pembuatan mesin-mesin tersebut dan setelahnya dikirim. Kendati sudah menyeluruh ke wilayah Indonesia, mesin itu belum pernah ekspor, sebab masih terkendala dengan berbagai persyaratan.
Kendati mesin sudah sampai ke lokasi tujuan, ia tak segan untuk memberikan konsultasi pengoperasiannya. Misalnya, ketika pemrosesan tiba-tiba muncul uap. Menurut dia, uap di mesin terjadi karena limbah plastik yang dimasukkan ada yang masih basah. "Pokoknya harus benar-benar kering. Tidak mungkin mengeluarkan uap jika plastik dalam keadaan kering," ucapnya.
Hasil BBM alternatif yang dibuatnya juga telah diteliti laboratorium di perguruan tinggi dan Pertamina. Menurut Muryani, dari hasil pengujian itu sudah setara dengan BBM alternatif.
Namun demikian, ia tak berniat untuk menjadikan BBM alternatif ini bisnis murni dengan kapasitas pengolahan lebih besar. Dirinya menekuni yang ada dengan pengabdian membuat mesin BBM alternatif.
Muryani pernah mencoba untuk menjadikan hak paten mesin yang dibuatnya itu. Namun, ia terkendala masalah teknis seperti desain. Karena dia membuat berdasarkan produk pengolah limbah plastik tersebut secara otodidak dan tidak memahami soal gambar, soal fisika dan lainnya, maka hal itu menjadi kendala tersendiri.
Kendati begitu, ia tetap berencana untuk memberikan merek kepada mesin yang dibuatnya, sehingga memiliki ciri khas. Hal ini masih dalam proses.
TPS mandiri
Muryani saat ini tinggal di kawasan TPS3R Jalan Joyoboyo, Kelurahan Majegan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Lokasi tinggal sementara tersebut masuk kategori TPS mandiri, karena sudah berdaya, bahkan mampu menghasilkan pendapatan sendiri.
Muryani tak menampik, pendapatan dari pembuatan alat pengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif juga dapat menghidupi keluarganya serta para pekerja. Bahkan, honor yang diterima para pekerjanya bisa di atas upah minimum kabupaten (UMK). Dari hasil itu, pajak bangunan lokasi TPS3R juga dibayarnya.
Kecintaan pada lingkungan menjadi alasan Muryani menggeluti profesi ini. Dari lingkungan juga tercetus ide membuat mesin destilator sampah plastik yang bisa membuat BBM alternatif.
Ke depan, ia sudah merencanakan untuk membuat alat yang bisa multifungsi. Selain dapat mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif juga bisa mengolah limbah oli serta minyak goreng.
Sementara itu, dari hasil pengolahan BBM alternatif yang dilakukannya, selain digunakan sendiri juga banyak pelanggan yang membelinya. Mereka mayoritas petani. Para pelanggan memesan BBM alternatif dari tempat produksi Muryani, karena harganya relatif terjangkau, yakni Rp8.000 per liter.
BBM setara premium digunakan untuk kendaraan operasional TPS3R. Terdapat kendaraan roda tiga yang dimanfaatkan untuk mengangkut limbah plastik. Limbah-limbah itu dengan mudah didapatkannya, sebab sudah punya langganan yang biasa memasoknya.
Sementara untuk solar dipesan oleh petani pembajak sawah. Biasanya, setiap tiga bulan sekali petani pembajak sawah memesan hingga 25 liter untuk keperluan operasional mesin pembajaknya. "Saya punya pelanggan 177 pembajak sawah. Jadi, harus menyiapkan 25 liter dikalikan 177, setara solar," jelasnya.
Muryani merasa bangga karena usahanya tersebut bermanfaat untuk orang lain. Dengan mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif maka dapat menjadi salah satu solusi mengatasi persoalan sampah plastik.
Fungsional Penyuluh Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, Ediyono, mengakui bahwa limbah plastik memang masih menjadi masalah cukup signifikan untuk dicarikan solusinya.
Di Kabupaten Blitar, produksi sampah per hari rata-rata 445 ton yang dihasilkan dari sampah rumah tangga, pasar hingga perusahaan. Sampah tersebut terdiri dari berbagai jenis baik organik, kertas hingga plastik.
Sampah-sampah itu dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada di Desa Tegalasri, Kecamatan Wlingi. Dengan luasan tanah hingga 1,4 hektare, tempat itu diperkirakan lima tahun lagi akan penuh dengan sampah.
Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi langkah yang dilakukan Muryani untuk mengolah sampah plastik menjadi BBM alternatif. Langkah yang dilakukannya bermanfaat guna mengurangi volume sampah plastik di daerah ini.
Pemkab Blitar berupaya keras untuk memroses sampah termasuk membentuk bank sampah. DLH Kabupaten Blitar membuat kebijakan satu desa satu bank sampah yang diharapkan sebagai filter awal sampah.
Selanjutnya, pembangunan TPS3R yang bersumber dari dana alokasi khusus maupun dari pemerintah provinsi. Di Kabupaten Blitar saat ini memiliki 12 TPS3R yang semuanya berbasis masyarakat dengan pelaksana kelompok swadaya masyarakat (KSM) termasuk di Kecamatan Wlingi tersebut.
Seluruh aktivitas di KSM sudah mandiri sehingga tidak ada bantuan operasional di tempat tersebut. Namun, untuk pendampingan masih terus dilakukan.
Mesin pemroses limbah plastik menjadi BBM alternatif karya Muryani terbukti mampu memberikan manfaat nyata bagi penanganan masalah lingkungan akibat sampah plastik, meski dengan kapasitas belum terlalu besar.
Muryani telah melakukan langkah penanganan sampah seperti dikembangkan dalam konsep 3R, yakni Reuse (menggunakan kembali sampah yang masih bisa digunakan atau bisa berfungsi lainnya), Reduce (mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan atau memunculkan sampah), serta Recycle (mengolah kembali sampah atau daur ulang menjadi suatu produk atau barang yang dapat bermanfaat).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengolah limbah plastik menjadi BBM alternatif