Jakarta (ANTARA) - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo mengungkapkan bahwa Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa masih berpeluang terpilih menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Ganjar Pranowo juga tak menampik kabar bahwa nama Khofifah yang masuk ke dalam bursa cawapresnya.
"Masih (Khofifah, berpeluang jadi cawapres), semua masih. Semua punya kesempatan yang sama, tinggal komunikasinya saja," kata Ganjar saat dikonfirmasi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kemungkinan besar cawapresnya berasal dari kalangan agamis. Pasalnya, pada pilpres sebelumnya PDI Perjuangan kerap mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan perpaduan nasionalis dan religius.
"Ya, sangat mungkin (cawapresnya dari tokoh religius), tetapi religiositas dari tokoh-tokoh yang pernah disebut, 'kan bagus," ujarnya.
Selain itu, mantan Gubernur Jawa Tengah ini juga tidak menampik belakangan nama Menko Polhukam Mahfud Md. juga membuat menjadi kandidat cawapresnya. Kendati demikian, dia belum bisa memberi kepastian terkait dengan sosok yang akan menjadi cawapresnya.
Ganjar menyatakan sosok cawapres akan ditentukan oleh para ketua umum partai pendukung pencapresannya, yaitu PDI Perjuangan, PPP, Hanura, dan Perindo.
Ia meminta setiap pihak bersabar sebab pendaftaran bakal pasangan calon presiden/wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai 19 hingga 25 Oktober 2023.
"Tidak apa-apa berkembang (nama Mahfud), 'kan ada waktu, nanti sampai tanggal 25 (Oktober). Biarkan para pengambil keputusan yang sudah diberikan kewenangan berbincang terlebih dahulu. Nanti akan diumumkan," tegas dia.
Sebelumnya, pada Selasa (26/9), Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai sosok Mr. X dan Mrs. X yang disebutkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo adalah Mahfud Md. dan Khofifah Indar Parawansa.
Saidiman Ahmad menilai kedua tokoh tersebut adalah kader Nahdlatul Ulama (NU) dan berasal dari Jawa Timur.
Menurut dia, jika melihat sejarah PDI Perjuangan dalam kontestasi pemilu presiden, partai tersebut selalu menggandeng tokoh NU menjadi cawapres, kecuali pada Pilpres 2009, saat Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Prabowo Subianto.
"Mahfud pertimbangannya adalah representasi NU dan Jawa Timur. NU dan Jatim selama ini suaranya condong kepada Ganjar sehingga dengan memunculkan Mahfud, kemungkinan untuk menjaga basis massa," ujar Saidiman di Jakarta, Selasa.
Saidiman menjelaskan bahwa PDI Perjuangan berkepentingan menjaga basis massa, jangan sampai pindah karena ada upaya dari Anies Baswedan untuk menarik massa NU dan Jatim dengan merekrut Muhaimin Iskandar.
Ketika mau memilih Ridwan Kamil (RK) yang berasal dari Jawa Barat, kata dia, itu bertujuan untuk memperluas basis massa di wilayah tersebut. Selama ini Jabar lepas dari Ganjar dan PDI Perjuangan sehingga menggaet RK bertujuan untuk mempersempit gap atau jarak.
"Ternyata dari dua pilihan antara memperluas dan menjaga basis massa maka yang dominan adalah menjaga basis massa," ujarnya.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pun mengatakan bahwa pihaknya masih menentukan momen yang tepat untuk mengumumkan pendamping bakal capres Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
Hasto mengatakan bahwa partainya masih akan mempertajam narasi tentang masa depan Indonesia yang nantinya akan diusung oleh Ganjar dan pendampingnya.
Ia menyebut bahwa pendamping Ganjar pada Pilpres 2024 mungkin saja bisa perempuan.
"Jadi, skala prioritas sekarang adalah mempertajam narasi tentang masa depan Indonesia yang akan diusung oleh Pak Ganjar dan Mister X-nya, kemudian juga bisa Miss X, gitu 'kan," kata Hasto di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (25/9).
Ganjar Pranowo juga tak menampik kabar bahwa nama Khofifah yang masuk ke dalam bursa cawapresnya.
"Masih (Khofifah, berpeluang jadi cawapres), semua masih. Semua punya kesempatan yang sama, tinggal komunikasinya saja," kata Ganjar saat dikonfirmasi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kemungkinan besar cawapresnya berasal dari kalangan agamis. Pasalnya, pada pilpres sebelumnya PDI Perjuangan kerap mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan perpaduan nasionalis dan religius.
"Ya, sangat mungkin (cawapresnya dari tokoh religius), tetapi religiositas dari tokoh-tokoh yang pernah disebut, 'kan bagus," ujarnya.
Selain itu, mantan Gubernur Jawa Tengah ini juga tidak menampik belakangan nama Menko Polhukam Mahfud Md. juga membuat menjadi kandidat cawapresnya. Kendati demikian, dia belum bisa memberi kepastian terkait dengan sosok yang akan menjadi cawapresnya.
Ganjar menyatakan sosok cawapres akan ditentukan oleh para ketua umum partai pendukung pencapresannya, yaitu PDI Perjuangan, PPP, Hanura, dan Perindo.
Ia meminta setiap pihak bersabar sebab pendaftaran bakal pasangan calon presiden/wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai 19 hingga 25 Oktober 2023.
"Tidak apa-apa berkembang (nama Mahfud), 'kan ada waktu, nanti sampai tanggal 25 (Oktober). Biarkan para pengambil keputusan yang sudah diberikan kewenangan berbincang terlebih dahulu. Nanti akan diumumkan," tegas dia.
Sebelumnya, pada Selasa (26/9), Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai sosok Mr. X dan Mrs. X yang disebutkan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping Ganjar Pranowo adalah Mahfud Md. dan Khofifah Indar Parawansa.
Saidiman Ahmad menilai kedua tokoh tersebut adalah kader Nahdlatul Ulama (NU) dan berasal dari Jawa Timur.
Menurut dia, jika melihat sejarah PDI Perjuangan dalam kontestasi pemilu presiden, partai tersebut selalu menggandeng tokoh NU menjadi cawapres, kecuali pada Pilpres 2009, saat Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Prabowo Subianto.
"Mahfud pertimbangannya adalah representasi NU dan Jawa Timur. NU dan Jatim selama ini suaranya condong kepada Ganjar sehingga dengan memunculkan Mahfud, kemungkinan untuk menjaga basis massa," ujar Saidiman di Jakarta, Selasa.
Saidiman menjelaskan bahwa PDI Perjuangan berkepentingan menjaga basis massa, jangan sampai pindah karena ada upaya dari Anies Baswedan untuk menarik massa NU dan Jatim dengan merekrut Muhaimin Iskandar.
Ketika mau memilih Ridwan Kamil (RK) yang berasal dari Jawa Barat, kata dia, itu bertujuan untuk memperluas basis massa di wilayah tersebut. Selama ini Jabar lepas dari Ganjar dan PDI Perjuangan sehingga menggaet RK bertujuan untuk mempersempit gap atau jarak.
"Ternyata dari dua pilihan antara memperluas dan menjaga basis massa maka yang dominan adalah menjaga basis massa," ujarnya.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto pun mengatakan bahwa pihaknya masih menentukan momen yang tepat untuk mengumumkan pendamping bakal capres Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.
Hasto mengatakan bahwa partainya masih akan mempertajam narasi tentang masa depan Indonesia yang nantinya akan diusung oleh Ganjar dan pendampingnya.
Ia menyebut bahwa pendamping Ganjar pada Pilpres 2024 mungkin saja bisa perempuan.
"Jadi, skala prioritas sekarang adalah mempertajam narasi tentang masa depan Indonesia yang akan diusung oleh Pak Ganjar dan Mister X-nya, kemudian juga bisa Miss X, gitu 'kan," kata Hasto di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (25/9).