Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik menyebutkan kelompok pengeluaran transportasi menjadi penyumbang terbesar deflasi di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) pada periode Mei 2023.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto di Palembang, Selasa, mengatakan Provinsi berdasarkan gabungan dua kota yakni IHK Kota Palembang dan Kota Prabumulih tercatat mengalami deflasi sebesar 0,04 persen secara month to month (mtm) untuk periode Mei 2023.
”Berdasarkan data kelompok pengeluaran terbesar penyumbang deflasi Sumsel yakni transportasi dengan deflasi sebesar -1,90 persen dan andil -0,22 persen,” katanya.
Ia menjelaskan komoditas utama yang menarik deflasi adalah tarif angkutan udara dan angkutan antar kota, yang perlahan pulih atau kembali ke kondisi normal usai lebaran.
“Selain itu, kelompok yang menekan laju deflasi dan mengalami inflasi adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dengan andil 0,18 persen,” jelasnya.
Lalu, kelompok pengeluaran lain yang mengalami deflasi yaitu perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan deflasi sebesar -0,03 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga -0,02 persen dan kelompok pakaian dan alas kaki yang mengalami deflasi -0,01 persen.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021 dan 2022 inflasi tertinggi di bulan Mei terjadi pada tahun 2022.
“ Hal itu lantaran pada bulan Mei tahun sebelumnya bertepatan dengan momen Idul Fitri 1444 H, sementara deflasi bulan Mei 2023 ini terjadi karena sudah melewati momen Idul fitri,” ucapnya.
Untuk komoditas yang menyumbang deflasi yaitu angkutan udara -17,55 persen, angkutan antar kota -17,84 persen, lalu komoditas makanan yakni cabai merah -13,78 persen, cabai rawit -6,80 persen, dan pepaya -2,31 persen, kata Wahyu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto di Palembang, Selasa, mengatakan Provinsi berdasarkan gabungan dua kota yakni IHK Kota Palembang dan Kota Prabumulih tercatat mengalami deflasi sebesar 0,04 persen secara month to month (mtm) untuk periode Mei 2023.
”Berdasarkan data kelompok pengeluaran terbesar penyumbang deflasi Sumsel yakni transportasi dengan deflasi sebesar -1,90 persen dan andil -0,22 persen,” katanya.
Ia menjelaskan komoditas utama yang menarik deflasi adalah tarif angkutan udara dan angkutan antar kota, yang perlahan pulih atau kembali ke kondisi normal usai lebaran.
“Selain itu, kelompok yang menekan laju deflasi dan mengalami inflasi adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dengan andil 0,18 persen,” jelasnya.
Lalu, kelompok pengeluaran lain yang mengalami deflasi yaitu perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan deflasi sebesar -0,03 persen, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga -0,02 persen dan kelompok pakaian dan alas kaki yang mengalami deflasi -0,01 persen.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021 dan 2022 inflasi tertinggi di bulan Mei terjadi pada tahun 2022.
“ Hal itu lantaran pada bulan Mei tahun sebelumnya bertepatan dengan momen Idul Fitri 1444 H, sementara deflasi bulan Mei 2023 ini terjadi karena sudah melewati momen Idul fitri,” ucapnya.
Untuk komoditas yang menyumbang deflasi yaitu angkutan udara -17,55 persen, angkutan antar kota -17,84 persen, lalu komoditas makanan yakni cabai merah -13,78 persen, cabai rawit -6,80 persen, dan pepaya -2,31 persen, kata Wahyu.