Jakarta (ANTARA) - Dokter Hewan dari Universitas Gadjah Mada yang juga merupakan Senior Technical Advisor for Value Chain and AMR FAO ECTAD Indonesia drh. Gunawan Budi Utomo mengatakan bahwa salah satu cara untuk mencegah flu burung dapat dilakukan dengan menerapkan biosekuriti 3-zona di peternakan.
"FAO dengan Kementerian Pertanian sudah memperkenalkan salah satu konsep atau metode yang murah, mudah, dan efektif, yaitu Biosekuriti 3-zona, di mana kita membagi peternakan dengan tiga zona, ada zona merah, kuning, dan hijau," kata Gunawan dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Gunawan menjelaskan bahwa yang termasuk zona merah misalnya tempat parkir kendaraan atau bagian paling luar dari peternakan.
Di zona merah, barang apapun atau orang yang baru datang harus dianggap terkontaminasi virus. Sehingga, jika ada karyawan yang baru datang dan ingin masuk kandang, ia harus mengganti alas kaki dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebagai upaya sanitasi awal.
"Karyawan wajib mengganti alas kaki saat di zona merah, karena di alas kaki inilah terbukti banyaknya kontaminasi virus-virus dari lapangan," ujarnya.
Setelah melewati zona merah, maka karyawan akan memasuki zona kuning. Di sini, mereka wajib mandi dengan air dan sabun lalu ganti baju khusus kandang.
Kemudian di zona hijau, wajib untuk mengganti alas kaki khusus kandang dan pastikan hanya karyawan yang boleh masuk ke dalam kandang.
"Analoginya bahwa peternakan ini seperti ruang bedah. Di mana sebelum memasuki ruang bedah itu dokter harus mandi, harus desinfeksi, harus pakai baju khusus yang steril sehingga di ruang operasi itu tidak ada kontaminasi kepada pasien atau yang dibedah. Dalam hal ini, ayam atau unggas adalah pasien kita, jadi jangan ada virus atau patogen yang bersentuhan dengan ayam itu," ujar Gunawan.
Meski mudah, Biosekuriti 3-zona dikatakan Gunawan membutuhkan komitmen yang tinggi dari pemilik dan pekerja di peternakan.
"Salah satu yang penting dalam implementasinya adalah komitmen yang tinggi. Ini adalah salah satu kunci keberhasilannya," katanya.
"FAO dengan Kementerian Pertanian sudah memperkenalkan salah satu konsep atau metode yang murah, mudah, dan efektif, yaitu Biosekuriti 3-zona, di mana kita membagi peternakan dengan tiga zona, ada zona merah, kuning, dan hijau," kata Gunawan dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Gunawan menjelaskan bahwa yang termasuk zona merah misalnya tempat parkir kendaraan atau bagian paling luar dari peternakan.
Di zona merah, barang apapun atau orang yang baru datang harus dianggap terkontaminasi virus. Sehingga, jika ada karyawan yang baru datang dan ingin masuk kandang, ia harus mengganti alas kaki dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebagai upaya sanitasi awal.
"Karyawan wajib mengganti alas kaki saat di zona merah, karena di alas kaki inilah terbukti banyaknya kontaminasi virus-virus dari lapangan," ujarnya.
Setelah melewati zona merah, maka karyawan akan memasuki zona kuning. Di sini, mereka wajib mandi dengan air dan sabun lalu ganti baju khusus kandang.
Kemudian di zona hijau, wajib untuk mengganti alas kaki khusus kandang dan pastikan hanya karyawan yang boleh masuk ke dalam kandang.
"Analoginya bahwa peternakan ini seperti ruang bedah. Di mana sebelum memasuki ruang bedah itu dokter harus mandi, harus desinfeksi, harus pakai baju khusus yang steril sehingga di ruang operasi itu tidak ada kontaminasi kepada pasien atau yang dibedah. Dalam hal ini, ayam atau unggas adalah pasien kita, jadi jangan ada virus atau patogen yang bersentuhan dengan ayam itu," ujar Gunawan.
Meski mudah, Biosekuriti 3-zona dikatakan Gunawan membutuhkan komitmen yang tinggi dari pemilik dan pekerja di peternakan.
"Salah satu yang penting dalam implementasinya adalah komitmen yang tinggi. Ini adalah salah satu kunci keberhasilannya," katanya.