Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) menjelaskan gempa bumi magnitudo 5,7 yang mengguncang Kota Melonguane, Sulawesi Utara jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan dalam Lempeng Laut Maluku.
 
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan mendatar-naik atau oblique-thrust fault.
 
"Berdasarkan estimasi peta guncangan, gempa bumi itu menimbulkan guncangan di daerah Damau, Kepulauan Talaud, Loloda Kepulauan, Halmahera Utara, Kabaruan, Kepulauan Talaud dengan skala intensitas III-IV MMI," ujarnya .

Ia menyampaikan saat ini belum ada laporan dampak kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan gempa bumi itu tidak berpotensi tsunami.
 
Gempa bumi tektonik itu terjadi Kamis, pukul 11.23 WIB, mengguncang wilayah Laut Maluku. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,79 derajat Lintang Utara dan 127,06 derajat Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 140 kilometer arah tenggara Kota Melonguane, Sulawesi Utara pada kedalaman 10 kilometer.
 
Ia mengungkapkan gempa bumi tersebut rangkaian gempa bumi magnitudo 7,1 yang mengguncang Maluku pada 18 Januari 2023.

"Hingga pukul 11.40 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 205 aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar 5,9 dan terkecil 2,9," katanya.
 
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

BMKG juga merekomendasikan masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
 
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," kata Daryono.

Pewarta : Sugiharto Purnama
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024