Natuna, Kepri (ANTARA) - Limbah berupa sampah plastik asal negara kawasan Asia kembali ditemukan mendarat di beberapa pantai wilayah Pulau Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
"Kebanyakan berupa sampah botol plastik bekas minuman dari berbagai negara, ini terjadi rutin setiap tahun jika masuk musim utara," kata pegiat lingkungan dari Komunitas Jelajah Bahari Natuna (JBN), Eddy di Natuna, Kamis.
Ia menjelaskan hasil temuan di lapangan menunjukkan sampah botol plastik tersebut berasal dari berbagai negara di antaranya, Vietnam, Thailand, China, Malaysia dan dari kawasan Hong Kong .
"Ini kami duga dari limbah kapal-kapal yang melintas di Laut Natuna, dan barang ini bukan hasil impor tapi murni produk asal negara - negara tersebut, dan tidak tercantum diimpor oleh Indonesia," katanya.
Ia juga menjelaskan tidak hanya sampah plastik, sampah jenis lain termasuk limbah gumpalan minyak yang menyerupai aspal juga kerap dijumpai sepanjang pantai dan itu ditemukan sepanjang tahun.
"Sangat mudah kita jumpai limbah tersebut menempel di pasir, kayu dan sampah sampah plastik, lengket hitam kental seperti aspal," katanya.
Dikemukakannya bahwa tiga tahun terakhir JBN telah menjadikan kegiatan bersih pantai sebagai agenda rutin sebelum melakukan kegiatan menyelam atau snorkeling.
"Awalnya kita setiap akhir pekan melakukan trip jelajah pulau, snorkeling dan diving, namun kita cukup prihatin dengan kondisi sampah selalu kita tekukan di setiap pulau pulau dan pantai, karena itu kita identifikasi, ternyata bukan sampah asal Indonesia atau limbah pengunjung, tetapi memang sampah dari luar negeri, lebih dominan," katanya.
Ia juga mengatakan asal pasti sampah apakah dari limbah kapal atau dari sumber lainnya, namun tertera jelas asal produk bukan dari Indonesia.
"Itu bisa kita pastikan bukan produk Indonesia dan bukan juga barang luar negeri yang kita impor ke Indonesia," katanya.
Ia berharap pengawasan atas limbah tersebut juga harus menjadi pertimbangan oleh pihak terkait menginagat jumlah sampah dari luar negeri tersebut semakin tahun semakin bertambah.
"Kita telah menelusuri setiap tahun di beberapa titik yang sama, mulai dari utara, selatan bahkan pulau pulau kecil sekitar Pulau Bunguran setiap tahun semakin bertambah, terakhir pekan lalu kita temukan tumpukan sampah di Pulau Jantai, Bunguran Selatan," demikian Eddy.
"Kebanyakan berupa sampah botol plastik bekas minuman dari berbagai negara, ini terjadi rutin setiap tahun jika masuk musim utara," kata pegiat lingkungan dari Komunitas Jelajah Bahari Natuna (JBN), Eddy di Natuna, Kamis.
Ia menjelaskan hasil temuan di lapangan menunjukkan sampah botol plastik tersebut berasal dari berbagai negara di antaranya, Vietnam, Thailand, China, Malaysia dan dari kawasan Hong Kong .
"Ini kami duga dari limbah kapal-kapal yang melintas di Laut Natuna, dan barang ini bukan hasil impor tapi murni produk asal negara - negara tersebut, dan tidak tercantum diimpor oleh Indonesia," katanya.
Ia juga menjelaskan tidak hanya sampah plastik, sampah jenis lain termasuk limbah gumpalan minyak yang menyerupai aspal juga kerap dijumpai sepanjang pantai dan itu ditemukan sepanjang tahun.
"Sangat mudah kita jumpai limbah tersebut menempel di pasir, kayu dan sampah sampah plastik, lengket hitam kental seperti aspal," katanya.
Dikemukakannya bahwa tiga tahun terakhir JBN telah menjadikan kegiatan bersih pantai sebagai agenda rutin sebelum melakukan kegiatan menyelam atau snorkeling.
"Awalnya kita setiap akhir pekan melakukan trip jelajah pulau, snorkeling dan diving, namun kita cukup prihatin dengan kondisi sampah selalu kita tekukan di setiap pulau pulau dan pantai, karena itu kita identifikasi, ternyata bukan sampah asal Indonesia atau limbah pengunjung, tetapi memang sampah dari luar negeri, lebih dominan," katanya.
Ia juga mengatakan asal pasti sampah apakah dari limbah kapal atau dari sumber lainnya, namun tertera jelas asal produk bukan dari Indonesia.
"Itu bisa kita pastikan bukan produk Indonesia dan bukan juga barang luar negeri yang kita impor ke Indonesia," katanya.
Ia berharap pengawasan atas limbah tersebut juga harus menjadi pertimbangan oleh pihak terkait menginagat jumlah sampah dari luar negeri tersebut semakin tahun semakin bertambah.
"Kita telah menelusuri setiap tahun di beberapa titik yang sama, mulai dari utara, selatan bahkan pulau pulau kecil sekitar Pulau Bunguran setiap tahun semakin bertambah, terakhir pekan lalu kita temukan tumpukan sampah di Pulau Jantai, Bunguran Selatan," demikian Eddy.