Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan menguat tipis, menyusul ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), akan mengurangi agresivitas dalam menaikkan suku bunga.
Rupiah pagi ini menguat lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.490 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.495 per dolar AS.
"Seiring dengan mulai turunnya nilai inflasi AS, ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga AS juga sudah mulai mereda," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Kenaikan suku bunga AS, lanjut Revandra, mulai masuk pada fase yang lebih lambat dari sebelumnya. Ekspektasi tersebut memberikan tekanan pada dolar AS.
Indeks dolar AS yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS berada di kisaran 106, mulai menjauhi titik tertingginya di kisaran 114.
"Hal ini memberikan ruang bagi mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar untuk menguat, termasuk rupiah," ujar Revandra.
Angka inflasi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed akan menjadi kurang agresif dengan kenaikan suku bunganya.
Data yang dirilis Kamis (10/11) lalu menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) inti dan utama untuk Oktober naik lebih rendah dari yang diperkirakan, mendorong inflasi tingkat tahunan turun dari bulan sebelumnya.
Tingkat inflasi melambat menjadi 7,7 persen (yoy) dari 8,2 persen (yoy) pada September. Tingkat inflasi inti melambat menjadi 6,3 persen (yoy) pada Oktober dari 6,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Investor memperkirakan peluang 81 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember dan peluang 19 persen untuk kenaikan 75 basis poin, menurut alat CME Fedwatch.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.380 per dolar AS hingga Rp15.530 per dolar AS.
Pada Jumat (11/11) lalu rupiah ditutup menguat 199 poin atau 1,26 persen ke posisi Rp15.495 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.694 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat tipis, terkerek ekspektasi The Fed kurangi agresivitas
Rupiah pagi ini menguat lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp15.490 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.495 per dolar AS.
"Seiring dengan mulai turunnya nilai inflasi AS, ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga AS juga sudah mulai mereda," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Kenaikan suku bunga AS, lanjut Revandra, mulai masuk pada fase yang lebih lambat dari sebelumnya. Ekspektasi tersebut memberikan tekanan pada dolar AS.
Indeks dolar AS yang digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS berada di kisaran 106, mulai menjauhi titik tertingginya di kisaran 114.
"Hal ini memberikan ruang bagi mata uang lain yang dipasangkan dengan dolar untuk menguat, termasuk rupiah," ujar Revandra.
Angka inflasi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed akan menjadi kurang agresif dengan kenaikan suku bunganya.
Data yang dirilis Kamis (10/11) lalu menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) inti dan utama untuk Oktober naik lebih rendah dari yang diperkirakan, mendorong inflasi tingkat tahunan turun dari bulan sebelumnya.
Tingkat inflasi melambat menjadi 7,7 persen (yoy) dari 8,2 persen (yoy) pada September. Tingkat inflasi inti melambat menjadi 6,3 persen (yoy) pada Oktober dari 6,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Investor memperkirakan peluang 81 persen untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember dan peluang 19 persen untuk kenaikan 75 basis poin, menurut alat CME Fedwatch.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.380 per dolar AS hingga Rp15.530 per dolar AS.
Pada Jumat (11/11) lalu rupiah ditutup menguat 199 poin atau 1,26 persen ke posisi Rp15.495 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.694 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat tipis, terkerek ekspektasi The Fed kurangi agresivitas