Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad menyatakan Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun potensial memproduksi 32.000 ton rumput laut dalam sekali panen.
"Setahun bisa empat kali panen. Tentu ini bisnis yang menarik," kata Ansar di Tanjungpinang, Selasa.
Ia mengemukakan budidaya rumput laut harus memberi manfaat kepada warga pesisir, terutama kelompok nelayan. Produksi rumput laut yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di Lingga dan Karimun.
"Kami berharap kerja sama dengan dibangun dengan perusahaan di Singapura dalam pengelolaan rumput laut dapat memberi manfaat yang besar bagi kelompok nelayan di Lingga dan Karimun," ucapnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri Tengku Said Arif Fadillah menambahkan lahan seluas 32.000 hektare disiapkan untuk budidaya rumput laut di Lingga dan Karimun. Berdasarkan analisis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare, salah satunya berada di pesisir Kepri.
Proyeksi permintaan rumput laut dari negara-negara di Asia Pasifik, yang merupakan pasar terbesar komoditas itu mencapai 23,4 miliar dolar Amerika hingga tahun 2027.
"Saat ini harga rumput laut kering Rp25.000 per kilogram. 1 hektare potensial menghasilkan 1 ton rumput laut. Bisa dibayangkan berapa besar pendapatan yang diperoleh dari penjualan rumput laut kering yang berasal dari 32.000 hektare lahan di pesisir Lingga dan Karimun," katanya.
Arif mengatakan Gubernur Ansar Ahmad dan Direktur Eksekutif Green Pickles PTE. LTD Cheng Liang Kheng, hari ini menandatangani nota kesepahaman dalam pengembangan industri rumput laut di Lingga dan Karimun. Kesepakatan itu akan melahirkan kerja sama dalam pengelolaan rumput laut di Lingga dan Karimun.
"Selama ini kawasan budidaya rumput laut itu sudah dikelola kelompok nelayan, namun produksinya masih rendah," tuturnya.
"Setahun bisa empat kali panen. Tentu ini bisnis yang menarik," kata Ansar di Tanjungpinang, Selasa.
Ia mengemukakan budidaya rumput laut harus memberi manfaat kepada warga pesisir, terutama kelompok nelayan. Produksi rumput laut yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di Lingga dan Karimun.
"Kami berharap kerja sama dengan dibangun dengan perusahaan di Singapura dalam pengelolaan rumput laut dapat memberi manfaat yang besar bagi kelompok nelayan di Lingga dan Karimun," ucapnya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri Tengku Said Arif Fadillah menambahkan lahan seluas 32.000 hektare disiapkan untuk budidaya rumput laut di Lingga dan Karimun. Berdasarkan analisis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare, salah satunya berada di pesisir Kepri.
Proyeksi permintaan rumput laut dari negara-negara di Asia Pasifik, yang merupakan pasar terbesar komoditas itu mencapai 23,4 miliar dolar Amerika hingga tahun 2027.
"Saat ini harga rumput laut kering Rp25.000 per kilogram. 1 hektare potensial menghasilkan 1 ton rumput laut. Bisa dibayangkan berapa besar pendapatan yang diperoleh dari penjualan rumput laut kering yang berasal dari 32.000 hektare lahan di pesisir Lingga dan Karimun," katanya.
Arif mengatakan Gubernur Ansar Ahmad dan Direktur Eksekutif Green Pickles PTE. LTD Cheng Liang Kheng, hari ini menandatangani nota kesepahaman dalam pengembangan industri rumput laut di Lingga dan Karimun. Kesepakatan itu akan melahirkan kerja sama dalam pengelolaan rumput laut di Lingga dan Karimun.
"Selama ini kawasan budidaya rumput laut itu sudah dikelola kelompok nelayan, namun produksinya masih rendah," tuturnya.