Palembang (ANTARA) - Pengurus Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sumatera Selatan menyatakan, Hari Pariwisata Dunia yang dirayakan setiap tanggal 27 September, merupakan momentum untuk mengembangkan destinasi objek wisata baru.
"Untuk menggali objek wisata yang menarik dikembangkan, melalui momentum hari ini kami mengajak pegiat dan seluruh pelaku industri pariwisata di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi ini bersinergi," kata Sekretaris Masata Sumsel Syarhan Syarofi pada acara silaturahmi dengan pelaku industri pariwisata, di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.
Ia mengemukakan, setiap tahun pada 27 September, pelaku atau penggiat pariwisata di seluruh dunia memperingati Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) yang dicanangkan oleh organisasi pariwisata dunia 'United Nations World Tourism Organization (UNWTO)'.
Hari yang istimewa itu diperingati setiap tahunnya untuk mendorong perkembangan pariwisata di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia khususnya Sumatera Selatan.
Provinsi tersebut, lanjutnya, memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan menjadi objek/destinasi wisata menarik wisatawan nusantara dan mancanegara.
Potensi pariwisata mulai dari keindahan alam, warisan seni dan budaya nenek moyang, serta peninggalan sejarah, katanya.
Dia menjelaskan, akhir-akhir ini mulai ada masyarakat melakukan pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan potensi yang ada di kawasan desa.
"Pengembangan desa wisata memanfaatkan potensi alam, seni dan budaya lokal dapat menjadi magnet menarik wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung ke provinsi ini," ujarnya.
Dengan pengembangan desa wisata diharapkan ke depan akan muncul banyak objek wisata baru yang bisa menjadi unggulan suatu daerah. Sebagai gambaran sekarang ini ada desa wisata kampung warna-warni di Desa Burai, Kabupaten Ogan Ilir, yang lokasinya sekitar 40 Kilometer (km) dari Kota Palembang.
Kemudian Danau Shuji, di Desa Lembak, Kabupaten Muara Enim yang lokasinya sekitar 70 Kilometer (km) dari Kota Palembang. Selanjutnya Kota Pagaralam yang lokasinya sekitar 300 km dari Palembang, dengan potensi perkebunan kopi dan teh, serta terdapat gunung Dempo, juga banyak mengembangkan desa wisata.
Bahkan, ujar dia, Desa Wisata Tebat Lereh di Pagaralam, sekarang ini menjadi satu-satunya desa wisata di Sumsel yang masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang perlu didukung semua pihak dan lapisan masyarakat agar menjadi yang terbaik nasional.
Apalagi, lanjutnya, Desa Wisata Tebat Lereh dinilai tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki daya tarik utama wisata alam dan budaya.
Desa Wisata Tebat Lereh memiliki air terjun Cughup Napal Kuning dengan ketinggian delapan meter dari permukaan sungai. Sedangkan pemilihan nama air terjun Napal Kuning karena jalanan yang dilalui untuk mencapai tempat itu terbuat dari napal dan tanah liat sehingga terjal serta licin.
Desa wisata di daerah tersebut, sekarang ini menjadi destinasi wisata yang cukup diminati masyarakat Sumsel dan provinsi tetangga seperti Lampung, Jambi, dan Bengkulu, bahkan dari beberapa daerah di Pulau Jawa, kata Syarhan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal mengatakan pihaknya terus mendorong masyarakat dan kepala desa di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi setempat mengembangkan ekowisata sebagai destinasi wisata baru dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing potensi lokal suatu daerah.
Ekowisata atau 'ekoturisme' merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
"Desa yang tersebar di sejumlah daerah dalam provinsi ini memiliki banyak potensi wisata, jika dikembangkan atau dikemas menjadi ekowisata bisa menjadi daya tarik wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara berkunjung ke desa," ujarnya.
Menurut dia, untuk mengembangkan ekowisata, bisa mencontoh desa wisata warna warni Burai, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel yang meraih juara II kategori Ekowisata Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2020.
Untuk mendorong pengembangan ekowisata, pihaknya bersama dinas pariwisata kabupaten/kota di provinsi setempat melakukan edukasi dan pembinaan kepada masyarakat terutama pemuda desa, kata Aufa Syahrizal.
"Untuk menggali objek wisata yang menarik dikembangkan, melalui momentum hari ini kami mengajak pegiat dan seluruh pelaku industri pariwisata di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi ini bersinergi," kata Sekretaris Masata Sumsel Syarhan Syarofi pada acara silaturahmi dengan pelaku industri pariwisata, di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.
Ia mengemukakan, setiap tahun pada 27 September, pelaku atau penggiat pariwisata di seluruh dunia memperingati Hari Pariwisata Dunia (World Tourism Day) yang dicanangkan oleh organisasi pariwisata dunia 'United Nations World Tourism Organization (UNWTO)'.
Hari yang istimewa itu diperingati setiap tahunnya untuk mendorong perkembangan pariwisata di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia khususnya Sumatera Selatan.
Provinsi tersebut, lanjutnya, memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan menjadi objek/destinasi wisata menarik wisatawan nusantara dan mancanegara.
Potensi pariwisata mulai dari keindahan alam, warisan seni dan budaya nenek moyang, serta peninggalan sejarah, katanya.
Dia menjelaskan, akhir-akhir ini mulai ada masyarakat melakukan pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan potensi yang ada di kawasan desa.
"Pengembangan desa wisata memanfaatkan potensi alam, seni dan budaya lokal dapat menjadi magnet menarik wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung ke provinsi ini," ujarnya.
Dengan pengembangan desa wisata diharapkan ke depan akan muncul banyak objek wisata baru yang bisa menjadi unggulan suatu daerah. Sebagai gambaran sekarang ini ada desa wisata kampung warna-warni di Desa Burai, Kabupaten Ogan Ilir, yang lokasinya sekitar 40 Kilometer (km) dari Kota Palembang.
Kemudian Danau Shuji, di Desa Lembak, Kabupaten Muara Enim yang lokasinya sekitar 70 Kilometer (km) dari Kota Palembang. Selanjutnya Kota Pagaralam yang lokasinya sekitar 300 km dari Palembang, dengan potensi perkebunan kopi dan teh, serta terdapat gunung Dempo, juga banyak mengembangkan desa wisata.
Bahkan, ujar dia, Desa Wisata Tebat Lereh di Pagaralam, sekarang ini menjadi satu-satunya desa wisata di Sumsel yang masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 yang perlu didukung semua pihak dan lapisan masyarakat agar menjadi yang terbaik nasional.
Apalagi, lanjutnya, Desa Wisata Tebat Lereh dinilai tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki daya tarik utama wisata alam dan budaya.
Desa Wisata Tebat Lereh memiliki air terjun Cughup Napal Kuning dengan ketinggian delapan meter dari permukaan sungai. Sedangkan pemilihan nama air terjun Napal Kuning karena jalanan yang dilalui untuk mencapai tempat itu terbuat dari napal dan tanah liat sehingga terjal serta licin.
Desa wisata di daerah tersebut, sekarang ini menjadi destinasi wisata yang cukup diminati masyarakat Sumsel dan provinsi tetangga seperti Lampung, Jambi, dan Bengkulu, bahkan dari beberapa daerah di Pulau Jawa, kata Syarhan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal mengatakan pihaknya terus mendorong masyarakat dan kepala desa di 17 kabupaten dan kota dalam provinsi setempat mengembangkan ekowisata sebagai destinasi wisata baru dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing potensi lokal suatu daerah.
Ekowisata atau 'ekoturisme' merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
"Desa yang tersebar di sejumlah daerah dalam provinsi ini memiliki banyak potensi wisata, jika dikembangkan atau dikemas menjadi ekowisata bisa menjadi daya tarik wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara berkunjung ke desa," ujarnya.
Menurut dia, untuk mengembangkan ekowisata, bisa mencontoh desa wisata warna warni Burai, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel yang meraih juara II kategori Ekowisata Terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2020.
Untuk mendorong pengembangan ekowisata, pihaknya bersama dinas pariwisata kabupaten/kota di provinsi setempat melakukan edukasi dan pembinaan kepada masyarakat terutama pemuda desa, kata Aufa Syahrizal.