Palembang (ANTARA) - Dewan Kesenian Palembang (DKP) mengajak masyarakat di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu melestarikan wayang kulit khas kota setempat yang tidak kalah menarik dengan wayang Jawa.
"Untuk melestarikan wayang kulit Palembang, digalakkan pertunjukan dan pelatihan dalang wayang kepada masyarakat terutama generasi muda," kata Ketua DKP MS Iqbal Rudianto, di Palembang, Ahad.
Dia menjelaskan, wayang kulit Palembang adalah sebuah bentuk pewayangan dengan visi dan versi dari masyarakat di kota yang dikenal dengan makanan khas pempek itu.
Jenis kesenian itu diperkirakan tumbuh pada sekitar abad 19 (tahun 1800-an) yakni pada masa pemerintahan Arya Damar.
Bentuk fisik wayang Palembang sama dengan yang ada pada wayang purwa milik suku Jawa sehingga yang membedakan di antara keduanya adalah bahasa pengantarnya dimana wayang kulit Palembang menggunakan bahasa Melayu kota setempat.
Kesenian wayang , menurut dia, selama ini lebih dikenal di Jawa, namun ternyata di Palembang juga memiliki kesenian wayang.
Perbedaan wayang Palembang dengan wayang Jawa (Purwa) dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas.
Sementara, wayang purwa menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem klasik.
Selain itu bisa dilihat dari durasi waktu atau lamanya pertunjukan, wayang Palembang pertunjukannya sekitar 1-3 jam sedangkan wayang Jawa bisa semalam suntuk.
Melihat wayang Palembang hampir punah, DKP memasukkan kegiatan pelestariannya sebagai salah satu program andalan.
Kemudian kegiatan pementasan akan lebih digalakkan, untuk mengenalkan kepada masyarakat Palembang dan daerah lainnya terutama generasi muda atau milenial.
Penutupan pekan seni DKP Sabtu (27/8) malam, dimeriahkan pertunjukan wayang Palembang yang menampilkan lakon Jaladri.
Pertunjukan wayang oleh dalang Wirawan itu membuat tamu undangan dan masyarakat yang menikmati wisata di kawasan Benteng Kuto Besak memadati pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yang lokasinya berdampingan.
Sebelumnya dalang Kiagus Wirawan Rusdi melakukan pertunjukan wayang di mal Palembang Trade Center, Sabtu (6/8).
"Kami dari DKP akan memasyarakatkan wayang Palembang yang hampir punah, untuk itu diharapkan dukungan dari semua pihak dan lapisan masyarakat," ujar Igbal.
Sementara Sekda Palembang Ratu Dewa mendukung kegiatan DKP untuk melestarikan wayang dan seni budaya lokal lainnya.
Kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara terus menerus dan diikuti oleh organisasi atau kelompok masyarakat lainnya.
"Saya mengajak semua pihak dan warga kota ini berpartisipasi menjaga dan melestarikan seni budaya asli Palembang, dan mempromosikannya agar dikenal luas secara nasional bahkan internasional," ujar Sekda.
"Untuk melestarikan wayang kulit Palembang, digalakkan pertunjukan dan pelatihan dalang wayang kepada masyarakat terutama generasi muda," kata Ketua DKP MS Iqbal Rudianto, di Palembang, Ahad.
Dia menjelaskan, wayang kulit Palembang adalah sebuah bentuk pewayangan dengan visi dan versi dari masyarakat di kota yang dikenal dengan makanan khas pempek itu.
Jenis kesenian itu diperkirakan tumbuh pada sekitar abad 19 (tahun 1800-an) yakni pada masa pemerintahan Arya Damar.
Bentuk fisik wayang Palembang sama dengan yang ada pada wayang purwa milik suku Jawa sehingga yang membedakan di antara keduanya adalah bahasa pengantarnya dimana wayang kulit Palembang menggunakan bahasa Melayu kota setempat.
Kesenian wayang , menurut dia, selama ini lebih dikenal di Jawa, namun ternyata di Palembang juga memiliki kesenian wayang.
Perbedaan wayang Palembang dengan wayang Jawa (Purwa) dimainkan dengan menggunakan bahasa Melayu dan perilaku tokoh-tokohnya lebih bebas.
Sementara, wayang purwa menggunakan bahasa Jawa dan perwatakan tokohnya ketat dengan pakem-pakem klasik.
Selain itu bisa dilihat dari durasi waktu atau lamanya pertunjukan, wayang Palembang pertunjukannya sekitar 1-3 jam sedangkan wayang Jawa bisa semalam suntuk.
Melihat wayang Palembang hampir punah, DKP memasukkan kegiatan pelestariannya sebagai salah satu program andalan.
Kemudian kegiatan pementasan akan lebih digalakkan, untuk mengenalkan kepada masyarakat Palembang dan daerah lainnya terutama generasi muda atau milenial.
Penutupan pekan seni DKP Sabtu (27/8) malam, dimeriahkan pertunjukan wayang Palembang yang menampilkan lakon Jaladri.
Pertunjukan wayang oleh dalang Wirawan itu membuat tamu undangan dan masyarakat yang menikmati wisata di kawasan Benteng Kuto Besak memadati pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II yang lokasinya berdampingan.
Sebelumnya dalang Kiagus Wirawan Rusdi melakukan pertunjukan wayang di mal Palembang Trade Center, Sabtu (6/8).
"Kami dari DKP akan memasyarakatkan wayang Palembang yang hampir punah, untuk itu diharapkan dukungan dari semua pihak dan lapisan masyarakat," ujar Igbal.
Sementara Sekda Palembang Ratu Dewa mendukung kegiatan DKP untuk melestarikan wayang dan seni budaya lokal lainnya.
Kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara terus menerus dan diikuti oleh organisasi atau kelompok masyarakat lainnya.
"Saya mengajak semua pihak dan warga kota ini berpartisipasi menjaga dan melestarikan seni budaya asli Palembang, dan mempromosikannya agar dikenal luas secara nasional bahkan internasional," ujar Sekda.