Palembang (ANTARA) - Sejumlah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) melakukan penyuluhan dan edukasi pertanian perkotaan (urban farming) di komplek perumahan kawasan Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu.
Dosen yang melakukan kegiatan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat itu dipimpin Ketua Prof Ir H. Benyamin Lakitan MSc PhD dengan anggota Dr.Ir.Andi Wijaya MSc, Ir Siti Nurul Aidilfitri MSi, dan Fitra Gustiar SP MSi.
Kegiatan tersebut dihadiri puluhan masyarakat umum, ibu-ibu perumahan sekitar kawasan Jakabaring, dan mahasiswa Fakultas Pertanian Unsri Palembang.
Dosen Unsri Prof Benyamin pada kesempatan itu mengenalkan pengembangan optimalisasi lahan perkarangan yang sempit untuk kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) kepada masyarakat di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu guna meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dengan pola tiga kegiatan dalam satu petak lahan (3 in 1).
Optimalisasi lahan perkarangan "3 in 1' merupakan teknologi budidaya sayuran dan ikan untuk sumber vitamin serta protein tambahan bagi masyarakat urban dengan lahan terbatas.
Baca juga: Dosen Unsri kembangkan optimalisasi pertanian perkotaan pola 3 in 1
"Perkembangan pembangunan di Palembang mengakibatkan lahan untuk budidaya pertanian semakin terbatas, oleh karena itu perlu disiasati dengan pengembangan kegiatan optimalisasi lahan untuk pertanian perkotaan (urban farming)," ujar dosen yang pernah menjadi Sekretaris Kementerian Ristek pada 2007 itu.
Lahan perkotaan yang luasnya terus berkurang dampak pesatnya pembangunan gedung untuk berbagai aktivitas, perlu disiasati dengan mengoptimalkan lahan yang ada membuat beberapa kegiatan di satu petak lahan.
Lahan perkarangan rumah yang sempit atau luasannya yang terbatas tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk satu kegiatan seperti hanya membuat kolam untuk budidaya ikan, menanam sayuran, obat-obatan (apotik hidup), dan buah-buahan.
Namun kegiatannya bisa dikembangkan dan lahan yang terbatas dapat dioptimalkan dengan cara sebagian lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budi daya ikan seperti lele, nila, dan betok yang di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran, obat-obatan herbal, dan cabai dengan teknologi rakit apung memanfaatkan botol bekas dan bambu yang bisa dengan mudah ditemukan di kawasan permukiman.
Kemudian kegiatan 'urban farming' itu sekarang ini dikembangkan dengan cara tiga lapis/kegiatan dalam satu tempat (3 in 1) yakni lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budidaya ikan di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan cabai dengan teknologi rakit apung dan dibuat kerangka rambat sehingga bisa digunakan untuk budidaya tanaman sayuran seperti oyong dan buah-buahan seperti anggur dan melon yang pertumbuhannya merambat.
Baca juga: Mahasiswa Jepang kunjungi lahan penelitian "urban farming" Unsri
Tanaman sayuran yang sudah diuji coba dibudidayakan di lahan perkarangan seperti caya, kale, talas, bayam merah, pakcoy, 'swiss chard' tanaman satu famili dengan bayam, bayam brazil, tomat, serta ada juga ginseng dan porang.
Melalui optimalisasi lahan pertanian perkotaan itu, diharapkan lahan yang luasnya terbatas tetap bisa menghasilkan bahan pangan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari bahkan dapat dijual ke tetangga dan pasar sebagai usaha sampingan keluarga.
Masyarakat perkotaan diharapkan dapat mengembangkan budidaya pertanian '3 in 1' di perkarangan rumah meskipun luasnya terbatas dengan membuat kolam ikan dan menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman bermanfaat lainnya di atasnya.
Dengan pengembangan kegiatan pertanian perkotaan diharapkan masyarakat bisa mengurangi ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar daerah yang harganya pada kondisi tertentu melonjak, kata dosen Unsri yang juga pernah menjabat Kepala Bappeda Sumsel tahun 1998 itu.
Sementara sebelumnya Gubernur Sumsel Herman Deru mendorong semua pihak dan lapisan masyarakat melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan produksi pangan untuk mewujudkan mandiri pangan dengan memanfaatkan lahan yang tersedia di kawasan permukiman dan desa.
'Untuk meningkatkan produksi pangan dengan melakukan intensifikasi, ekstensifikasi atau perluasan areal pertanian memanfaatkan lahan tidur atau yang tidak produktif, serta optimalisasi lahan, termasuk pemanfaatan lahan perkarangan rumah " ujar Gubernur Herman Deru.
Baca juga: Pakar: Pertanian perkotaan dapat meningkatkan kualitas lingkungan
Dosen yang melakukan kegiatan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat itu dipimpin Ketua Prof Ir H. Benyamin Lakitan MSc PhD dengan anggota Dr.Ir.Andi Wijaya MSc, Ir Siti Nurul Aidilfitri MSi, dan Fitra Gustiar SP MSi.
Kegiatan tersebut dihadiri puluhan masyarakat umum, ibu-ibu perumahan sekitar kawasan Jakabaring, dan mahasiswa Fakultas Pertanian Unsri Palembang.
Dosen Unsri Prof Benyamin pada kesempatan itu mengenalkan pengembangan optimalisasi lahan perkarangan yang sempit untuk kegiatan pertanian perkotaan (urban farming) kepada masyarakat di Ibu kota Provinsi Sumatera Selatan itu guna meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dengan pola tiga kegiatan dalam satu petak lahan (3 in 1).
Optimalisasi lahan perkarangan "3 in 1' merupakan teknologi budidaya sayuran dan ikan untuk sumber vitamin serta protein tambahan bagi masyarakat urban dengan lahan terbatas.
Baca juga: Dosen Unsri kembangkan optimalisasi pertanian perkotaan pola 3 in 1
"Perkembangan pembangunan di Palembang mengakibatkan lahan untuk budidaya pertanian semakin terbatas, oleh karena itu perlu disiasati dengan pengembangan kegiatan optimalisasi lahan untuk pertanian perkotaan (urban farming)," ujar dosen yang pernah menjadi Sekretaris Kementerian Ristek pada 2007 itu.
Lahan perkotaan yang luasnya terus berkurang dampak pesatnya pembangunan gedung untuk berbagai aktivitas, perlu disiasati dengan mengoptimalkan lahan yang ada membuat beberapa kegiatan di satu petak lahan.
Lahan perkarangan rumah yang sempit atau luasannya yang terbatas tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk satu kegiatan seperti hanya membuat kolam untuk budidaya ikan, menanam sayuran, obat-obatan (apotik hidup), dan buah-buahan.
Namun kegiatannya bisa dikembangkan dan lahan yang terbatas dapat dioptimalkan dengan cara sebagian lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budi daya ikan seperti lele, nila, dan betok yang di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran, obat-obatan herbal, dan cabai dengan teknologi rakit apung memanfaatkan botol bekas dan bambu yang bisa dengan mudah ditemukan di kawasan permukiman.
Kemudian kegiatan 'urban farming' itu sekarang ini dikembangkan dengan cara tiga lapis/kegiatan dalam satu tempat (3 in 1) yakni lahan yang ada kolam ikannya digunakan untuk budidaya ikan di atasnya juga dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan cabai dengan teknologi rakit apung dan dibuat kerangka rambat sehingga bisa digunakan untuk budidaya tanaman sayuran seperti oyong dan buah-buahan seperti anggur dan melon yang pertumbuhannya merambat.
Baca juga: Mahasiswa Jepang kunjungi lahan penelitian "urban farming" Unsri
Tanaman sayuran yang sudah diuji coba dibudidayakan di lahan perkarangan seperti caya, kale, talas, bayam merah, pakcoy, 'swiss chard' tanaman satu famili dengan bayam, bayam brazil, tomat, serta ada juga ginseng dan porang.
Melalui optimalisasi lahan pertanian perkotaan itu, diharapkan lahan yang luasnya terbatas tetap bisa menghasilkan bahan pangan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari bahkan dapat dijual ke tetangga dan pasar sebagai usaha sampingan keluarga.
Masyarakat perkotaan diharapkan dapat mengembangkan budidaya pertanian '3 in 1' di perkarangan rumah meskipun luasnya terbatas dengan membuat kolam ikan dan menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman bermanfaat lainnya di atasnya.
Dengan pengembangan kegiatan pertanian perkotaan diharapkan masyarakat bisa mengurangi ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar daerah yang harganya pada kondisi tertentu melonjak, kata dosen Unsri yang juga pernah menjabat Kepala Bappeda Sumsel tahun 1998 itu.
Sementara sebelumnya Gubernur Sumsel Herman Deru mendorong semua pihak dan lapisan masyarakat melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan produksi pangan untuk mewujudkan mandiri pangan dengan memanfaatkan lahan yang tersedia di kawasan permukiman dan desa.
'Untuk meningkatkan produksi pangan dengan melakukan intensifikasi, ekstensifikasi atau perluasan areal pertanian memanfaatkan lahan tidur atau yang tidak produktif, serta optimalisasi lahan, termasuk pemanfaatan lahan perkarangan rumah " ujar Gubernur Herman Deru.
Baca juga: Pakar: Pertanian perkotaan dapat meningkatkan kualitas lingkungan