Palembang (ANTARA) - Pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, hingga Juni 2022 ini memantau pertumbuhan dan perkembangan 1.000 anak usia di bawah lima tahun (balita) yang berpotensi menjadi stunting.

Untuk terus melakukan pemantauan balita kasus kekerdilan atau gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis (stunting), petugas puskesmas dan posyandu diperintahkan aktif turun ke lapangan, kata Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda, di Palembang, Rabu.

Menurut dia, dengan pemantauan secara intensif dan pemberian asupan pangan sehat dan bergizi, balita yang terpantau stunting bisa dikontrol kondisi kesehatannya serta dapat hidup normal seperti anak-anak lainnya.

Baca juga: Mahasiswa dan pemda keroyok stunting

"Untuk usia lima tahun baru mereka bisa dibebaskan dari stunting, jadi balita pertumbuhan dan perkembangannya harus benar-benar dipantau secara intensif sehingga jika ada masalah gizi buruk bisa ditanggulangi dengan cepat," ujarnya.

Guna memastikan kegiatan pemantauan tersebut berjalan sesuai harapan, Fitrianti menjelaskan dirinya melakukan pengawalan secara langsung.

Kegiatan pemantauan anak stunting yang dilakukan baru-baru ini yakni di rumah warga kawasan Kelurahan 2 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I Palembang.

Dalam kesempatan melakukan kegiatan pemantauan anak yang terkena stunting itu, diberikan bantuan berupa makanan sehat bergizi dan buah-buahan.

Dengan bantuan pangan sehat dan bergizi itu serta pemantauan intensif pertumbuhan dan perkembangannya, diharapkan anak-anak stunting hingga berusia di atas lima tahun bisa tumbuh secara normal dan sehat, kata Wakil Wali Kota.
Baca juga: Unsri arahkan KKN mahasiswa dukung pengentasan stunting
Baca juga: Enam juta anak Indonesia terancam kehilangan IQ hingga 15 poin akibat kekerdilan

Pewarta : Yudi Abdullah
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024