Sorong (ANTARA) - Hasil kajian dan penelitian sejumlah lembaga menyebutkan bahwa kawasan konservasi Kepulauan Fam Raja Ampat merupakan kawasan tumbuh kembang pari manta spesies laut yang sangat digemari wisatawan saat menyelam.
Sejumlah temuan dari kajian yang berfokus pada pari manta di Kepulauan Fam menunjukkan bahwa perairan di sana merupakan habitat penting bagi populasi pari manta yang menyediakan banyak tempat makan dan stasiun pembersihan, demikian rilis yang diterima dari Humas Yayasan Konservasi Indonesia di Sorong, Kamis.
Selain itu, kajian yang dimaksud juga memperkuat dugaan bahwa perairan Kepulauan Fam dimanfaatkan sebagai daerah pembesaran bagi bayi dan anakan pari manta karang.
Semenjak tahun 2016 hingga tahun 2021, Kelompok Kerja (Pokja) Manta Raja Ampat di bawah kepemimpinan dari Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Kepulauan Raja Ampat mengkaji habitat dan populasi pari manta karang (Mobula alfredi) di Kepulauan Fam.
Kepulauan Fam merupakan salah satu KK di Raja Ampat dengan luasan mencapai 369.000 hektare dengan ekosistem terumbu karang yang relatif masih utuh, dan merupakan habitat bagi berbagai macam ikan karang, pelagis, beberapa jenis mamalia laut, dan tentunya pari manta.
Kajian secara komprehensif ini dilakukan selama 6 tahun melalui survei kapal, bawah air, dan udara untuk memantau populasi pari manta karang dan memetakan habitat-habitat pentingnya di Kepulauan Fam.
Sensus populasi pari manta karang dilakukan dengan menggunakan identifikasi fotografis yang memanfaatkan perbedaan pola totol-totol pada bagian bawah tubuh pari manta layaknya sidik jari pada manusia untuk membedakan antara pari manta yang satu dengan yang lainnya.
Data dan informasi yang berhasil diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran rinci mengenai populasi dan habitat pari manta karang di Kepulauan Fam, serta keterkaitan populasi pari manta karang di daerah ini dengan populasi pari manta di daerah-daerah lainnya di Raja Ampat pada umumnya.
Secara garis besar, kajian selama enam tahun di Kepulauan Fam ini berhasil mendokumentasikan 223 individu pari manta yakni hanya sekitar 13 persen dari seluruh populasi pari manta karang (1.682 individu) yang pernah diidentifikasi di Raja Ampat hingga 2022.
Namun demikian, sebanyak 40 persen hingga 69 persen dari populasi pari manta di Kepulauan Fam termasuk bayi dan anakan. Hasil inilah yang memperkuat indikasi bahwa Kepulauan Fam merupakan habitat pembesaran anakan pari manta.
“Perairan Kepulauan Fam memenuhi tiga kriteria sebagai daerah pembesaran pari manta karang. Pertama populasi pari manta karang didominasi oleh bayi dan anakan dibandingkan populasi lainnya seperti di Selat Dampier yang didominasi oleh individu-individu dewasa, " kata Edy Setyawan, peneliti utama pada kajian pari manta di Kepulauan Fam.
"Selanjutnya, bayi dan anakan pari manta berada dan mendiami perairan Kepulauan Fam dalam waktu yang cukup lama bahkan sampai 28 bulan. Bayi dan anakan pari manta dapat ditemukan di perairan Kepulauan Fam selama bertahun-tahun," jelasnya.
Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri yang memberikan keterangan terpisah, menilai bahwa kajian ini bernilai sangat strategis daerah pembesaran pari manta di Kepulauan Fam.
"Daerah ini sangatlah sensitif sehingga harus dikelola dan dimanfaatkan dengan pendekatan yang sangat hati-hati. Sangat penting untuk melindungi pari manta, namun di saat yang sama penting juga untuk memastikan manfaat bagi masyarakat di Kepulauan Fam," ujarnya.
Dikatakan bahwa kawasan konservasi tersebut harus dikelola dengan baik. Perlindungan khusus melalui pembuatan zona habitat pembesaran pari manta dan penerapan aturan yang sangat ketat dalam pelaksanaan wisata berbasis manta serta kolaborasi yang kuat dengan masyarakat dan pelaku wisata diharapkan menjadi langkah strategis di Kepulauan Fam.
Sekretaris Kampung Pam Kepulauan Fam, Yakobus Mambrasar mengharapkan masyarakat setempat mesti sama-sama menjaga spesies tersebut agar tetap lestari sehingga pendapatan ekonomi masyarakat bisa bertambah dari jasa wisatawan yang mau menikmati pari manta.
Sementara itu Elasmobranch and Charismatic Species Conservation Strategy Manager dari Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata menyampaikan bahwa kajian ekstensif selama enam tahun ini telah menunjukkan bahwa Kepulauan Fam menjadi habitat krusial untuk menopang populasi pari manta di Raja Ampat.
"Untuk itu, kedepannya kami bersama BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat dan para mitra lainnya ingin memastikan keberlanjutan upaya pemantauan populasi pari manta di Kepulauan Fam, dan umumnya di Raja Ampat melalui program citizen science,” tambah dia.
Sejumlah temuan dari kajian yang berfokus pada pari manta di Kepulauan Fam menunjukkan bahwa perairan di sana merupakan habitat penting bagi populasi pari manta yang menyediakan banyak tempat makan dan stasiun pembersihan, demikian rilis yang diterima dari Humas Yayasan Konservasi Indonesia di Sorong, Kamis.
Selain itu, kajian yang dimaksud juga memperkuat dugaan bahwa perairan Kepulauan Fam dimanfaatkan sebagai daerah pembesaran bagi bayi dan anakan pari manta karang.
Semenjak tahun 2016 hingga tahun 2021, Kelompok Kerja (Pokja) Manta Raja Ampat di bawah kepemimpinan dari Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) di Perairan Kepulauan Raja Ampat mengkaji habitat dan populasi pari manta karang (Mobula alfredi) di Kepulauan Fam.
Kepulauan Fam merupakan salah satu KK di Raja Ampat dengan luasan mencapai 369.000 hektare dengan ekosistem terumbu karang yang relatif masih utuh, dan merupakan habitat bagi berbagai macam ikan karang, pelagis, beberapa jenis mamalia laut, dan tentunya pari manta.
Kajian secara komprehensif ini dilakukan selama 6 tahun melalui survei kapal, bawah air, dan udara untuk memantau populasi pari manta karang dan memetakan habitat-habitat pentingnya di Kepulauan Fam.
Sensus populasi pari manta karang dilakukan dengan menggunakan identifikasi fotografis yang memanfaatkan perbedaan pola totol-totol pada bagian bawah tubuh pari manta layaknya sidik jari pada manusia untuk membedakan antara pari manta yang satu dengan yang lainnya.
Data dan informasi yang berhasil diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran rinci mengenai populasi dan habitat pari manta karang di Kepulauan Fam, serta keterkaitan populasi pari manta karang di daerah ini dengan populasi pari manta di daerah-daerah lainnya di Raja Ampat pada umumnya.
Secara garis besar, kajian selama enam tahun di Kepulauan Fam ini berhasil mendokumentasikan 223 individu pari manta yakni hanya sekitar 13 persen dari seluruh populasi pari manta karang (1.682 individu) yang pernah diidentifikasi di Raja Ampat hingga 2022.
Namun demikian, sebanyak 40 persen hingga 69 persen dari populasi pari manta di Kepulauan Fam termasuk bayi dan anakan. Hasil inilah yang memperkuat indikasi bahwa Kepulauan Fam merupakan habitat pembesaran anakan pari manta.
“Perairan Kepulauan Fam memenuhi tiga kriteria sebagai daerah pembesaran pari manta karang. Pertama populasi pari manta karang didominasi oleh bayi dan anakan dibandingkan populasi lainnya seperti di Selat Dampier yang didominasi oleh individu-individu dewasa, " kata Edy Setyawan, peneliti utama pada kajian pari manta di Kepulauan Fam.
"Selanjutnya, bayi dan anakan pari manta berada dan mendiami perairan Kepulauan Fam dalam waktu yang cukup lama bahkan sampai 28 bulan. Bayi dan anakan pari manta dapat ditemukan di perairan Kepulauan Fam selama bertahun-tahun," jelasnya.
Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri yang memberikan keterangan terpisah, menilai bahwa kajian ini bernilai sangat strategis daerah pembesaran pari manta di Kepulauan Fam.
"Daerah ini sangatlah sensitif sehingga harus dikelola dan dimanfaatkan dengan pendekatan yang sangat hati-hati. Sangat penting untuk melindungi pari manta, namun di saat yang sama penting juga untuk memastikan manfaat bagi masyarakat di Kepulauan Fam," ujarnya.
Dikatakan bahwa kawasan konservasi tersebut harus dikelola dengan baik. Perlindungan khusus melalui pembuatan zona habitat pembesaran pari manta dan penerapan aturan yang sangat ketat dalam pelaksanaan wisata berbasis manta serta kolaborasi yang kuat dengan masyarakat dan pelaku wisata diharapkan menjadi langkah strategis di Kepulauan Fam.
Sekretaris Kampung Pam Kepulauan Fam, Yakobus Mambrasar mengharapkan masyarakat setempat mesti sama-sama menjaga spesies tersebut agar tetap lestari sehingga pendapatan ekonomi masyarakat bisa bertambah dari jasa wisatawan yang mau menikmati pari manta.
Sementara itu Elasmobranch and Charismatic Species Conservation Strategy Manager dari Konservasi Indonesia, Iqbal Herwata menyampaikan bahwa kajian ekstensif selama enam tahun ini telah menunjukkan bahwa Kepulauan Fam menjadi habitat krusial untuk menopang populasi pari manta di Raja Ampat.
"Untuk itu, kedepannya kami bersama BLUD UPTD Pengelolaan KK di Perairan Kepulauan Raja Ampat dan para mitra lainnya ingin memastikan keberlanjutan upaya pemantauan populasi pari manta di Kepulauan Fam, dan umumnya di Raja Ampat melalui program citizen science,” tambah dia.