Hanoi (ANTARA) - Anda mungkin merasa Jakarta kota yang lalu lintasnya semrawut. Berkendara di Ibu Kota juga mungkin menguras emosi karena kondisi jalanan yang padat ditambah dengan orang-orang yang berlomba dengan waktu ingin dapat mencapai tempat tujuan dengan cepat.
Namun, tampaknya Anda masih bisa bernapas lega berada di jalanan Jakarta dibandingkan jika Anda berada di tengah lalu lintas kota Hanoi.
Ibu kota Vietnam itu memiliki jalanan yang relatif lebar. Di sejumlah ruas juga terdapat jalan layang untuk menguraikan kepadatan kendaraan yang mengular panjang dan cenderung menumpuk pada jam sibuk.
Pukul 08.00 hingga 09.00 pagi menjadi waktu tersibuk. Jalanan seperti disulap menjadi area parkir -- pemandangan yang sebenarnya familiar bagi mereka yang tinggal di kota Jakarta.
Mobil mendominasi jalanan, banyak di antaranya kendaraan pabrikan Korea Selatan, beberapa di antara mobil mewah berasal dari perusahaan otomotif Jerman. Namun motor juga tak kalah banyak. Motor berusia tua banyak ditemui di jalanan kota Hanoi, seperti Astrea, motor pabrikan Jepang yang pertama kali dirilis pada 1981.
Selain jumlahnya yang banyak, motor juga tak mau kalah. Jika di Indonesia Anda hanya harus khawatir pada "emak-emak bawa motor," di Hanoi tampaknya hampir semua pengemudi memiliki "style" seperti itu: potong jalan kanan-kiri, "was wes wos" yang membuat jantung berdebar kencang.
Tak berhenti hanya di situ, jantung seakan diajak bermain roller-coaster ketika menemui beberapa ruas jalan yang tidak ada lampu merah. Padahal, jalan itu adalah jalan luas dan lebar dengan simpang lima.
Mata tak terasa terpejam dan napas tertahan saat kendaraan dari sejumlah arah bertemu. Ajaibnya, tidak ada satu pun dari kendaraan tersebut yang bertabrakan.
Namun, bukan berarti jalanan kota Hanoi bebas kecelakaan. Antara sudah melihat dua kali kecelakaan lalu lintas -- mobil versus motor dan mobil hantam mobil.
Salah satu hal yang menjadi persoalan adalah menyeberang di jalanan ibu kota jajahan Prancis itu. Sebab, zebra cross tidak banyak ditemukan apalagi jembatan penyeberangan. Alhasil, Antara meminta tolong polisi untuk menerobos padatnya arus kendaraan yang melintas kencang.
Hal lain yang menambah jantung deg-deg-an adalah banyak marka jalan yang warna cat-nya tak lagi terlihat jelas, yang seakan memberi peluang mobil dan motor untuk memakan jalan pengguna arus berlawanan.
Ajaibnya lagi motor bisa masuk ke jalan tol. Ini beberapa kali dijumpai ketika Antara meliput keluar kota Hanoi. Supir mobil yang disewa Antara hanya dapat melemparkan "senyum sepet" saat ditanya soal hal itu.
Jalanan Hanoi memang bikin takjub dan jantung berdegup. Jadi, masih merasa lalu lintas Jakarta paling semrawut?
Namun, tampaknya Anda masih bisa bernapas lega berada di jalanan Jakarta dibandingkan jika Anda berada di tengah lalu lintas kota Hanoi.
Ibu kota Vietnam itu memiliki jalanan yang relatif lebar. Di sejumlah ruas juga terdapat jalan layang untuk menguraikan kepadatan kendaraan yang mengular panjang dan cenderung menumpuk pada jam sibuk.
Pukul 08.00 hingga 09.00 pagi menjadi waktu tersibuk. Jalanan seperti disulap menjadi area parkir -- pemandangan yang sebenarnya familiar bagi mereka yang tinggal di kota Jakarta.
Mobil mendominasi jalanan, banyak di antaranya kendaraan pabrikan Korea Selatan, beberapa di antara mobil mewah berasal dari perusahaan otomotif Jerman. Namun motor juga tak kalah banyak. Motor berusia tua banyak ditemui di jalanan kota Hanoi, seperti Astrea, motor pabrikan Jepang yang pertama kali dirilis pada 1981.
Selain jumlahnya yang banyak, motor juga tak mau kalah. Jika di Indonesia Anda hanya harus khawatir pada "emak-emak bawa motor," di Hanoi tampaknya hampir semua pengemudi memiliki "style" seperti itu: potong jalan kanan-kiri, "was wes wos" yang membuat jantung berdebar kencang.
Tak berhenti hanya di situ, jantung seakan diajak bermain roller-coaster ketika menemui beberapa ruas jalan yang tidak ada lampu merah. Padahal, jalan itu adalah jalan luas dan lebar dengan simpang lima.
Mata tak terasa terpejam dan napas tertahan saat kendaraan dari sejumlah arah bertemu. Ajaibnya, tidak ada satu pun dari kendaraan tersebut yang bertabrakan.
Namun, bukan berarti jalanan kota Hanoi bebas kecelakaan. Antara sudah melihat dua kali kecelakaan lalu lintas -- mobil versus motor dan mobil hantam mobil.
Salah satu hal yang menjadi persoalan adalah menyeberang di jalanan ibu kota jajahan Prancis itu. Sebab, zebra cross tidak banyak ditemukan apalagi jembatan penyeberangan. Alhasil, Antara meminta tolong polisi untuk menerobos padatnya arus kendaraan yang melintas kencang.
Hal lain yang menambah jantung deg-deg-an adalah banyak marka jalan yang warna cat-nya tak lagi terlihat jelas, yang seakan memberi peluang mobil dan motor untuk memakan jalan pengguna arus berlawanan.
Ajaibnya lagi motor bisa masuk ke jalan tol. Ini beberapa kali dijumpai ketika Antara meliput keluar kota Hanoi. Supir mobil yang disewa Antara hanya dapat melemparkan "senyum sepet" saat ditanya soal hal itu.
Jalanan Hanoi memang bikin takjub dan jantung berdegup. Jadi, masih merasa lalu lintas Jakarta paling semrawut?