Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan hilirisasi industri batu bara lokal terutama diperuntukkan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Bahlil rencana pembangunan industri dari hulu ke hilir khususnya untuk petrokimia menjadi salah satu bahan diskusi saat Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Chairman sekaligus CEO Air Products & Chemicals Seifi Ghasemi di sela-sela kunjungan kerja di Hotel Ritz, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5) waktu setempat.
"Karena kami berpendapat, dalam diskusi tersebut, hilirisasi harus dibangun dalam rangka bagaimana memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama menyangkut dengan DME (dimetil eter) ya," kata Bahlil dalam wawancara seusai mendampingi Presiden Jokowi di pertemuan tersebut seperti disimak dari kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden, Jumat.
Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengimpor kebutuhan DME dalam negeri sekira 6-7 ton per tahunnya.
"Ini perlahan-lahan harus kita selesaikan, agar kewajiban kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bisa kita wujudkan lewat hilirisasi batubara lokal ini," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut menyampaikan pentingnya tindak lanjut dari Air Products & Chemicals atas nota kesepahaman (MoU) investasi gasifikasi batu bara dan turunannya di Indonesia senilai 15 miliar dolar AS (sekira Rp219,5 triliun) yang sudah disepakati sejak November 2021.
Bahlil mengatakan bahwa Air Products sebelumnya telah merealisasikan tahap pertama investasi tersebut sebesar 7 miliar dolar AS (sekira Rp102,4 triliun) yang antara lain ditandai dengan peletakan batu pertama proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatera Selatan, pada 24 Januari 2022.
Dalam proyek tersebut Air Products menggandeng PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).
Menurut Bahlil rencana pembangunan industri dari hulu ke hilir khususnya untuk petrokimia menjadi salah satu bahan diskusi saat Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Chairman sekaligus CEO Air Products & Chemicals Seifi Ghasemi di sela-sela kunjungan kerja di Hotel Ritz, Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (12/5) waktu setempat.
"Karena kami berpendapat, dalam diskusi tersebut, hilirisasi harus dibangun dalam rangka bagaimana memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama menyangkut dengan DME (dimetil eter) ya," kata Bahlil dalam wawancara seusai mendampingi Presiden Jokowi di pertemuan tersebut seperti disimak dari kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden, Jumat.
Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia masih mengimpor kebutuhan DME dalam negeri sekira 6-7 ton per tahunnya.
"Ini perlahan-lahan harus kita selesaikan, agar kewajiban kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bisa kita wujudkan lewat hilirisasi batubara lokal ini," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut menyampaikan pentingnya tindak lanjut dari Air Products & Chemicals atas nota kesepahaman (MoU) investasi gasifikasi batu bara dan turunannya di Indonesia senilai 15 miliar dolar AS (sekira Rp219,5 triliun) yang sudah disepakati sejak November 2021.
Bahlil mengatakan bahwa Air Products sebelumnya telah merealisasikan tahap pertama investasi tersebut sebesar 7 miliar dolar AS (sekira Rp102,4 triliun) yang antara lain ditandai dengan peletakan batu pertama proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatera Selatan, pada 24 Januari 2022.
Dalam proyek tersebut Air Products menggandeng PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).