Palembang (ANTARA) - PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional III Palembang, Sumatera Selatan, menyiagakan sejumlah alat berat di lokasi rawan longsor untuk memastikan jalur kereta api tetap lancar.
Kabag Humas PT KAI Divre III Palembang Aida Suryanti di Palembang, Kamis, mengatakan, perusahaannya telah memetakan titik rawan longsor di Sumsel pada musim penghujan ini.
Di antaranya petak jalur Niru-Penimur (Muara Enim), Banjarsari - Sukacinta ( Lahat) , Saungnaga-Tebing Tinggi (Empat Lawang), karena melintasi perbukitan.
“Tanah sangat rentan amblas di musim hujan,” kata Aida.
Baca juga: KAI Palembang operasikan tiga unit kereta api rute jarak jauh
Sebagai antisipasi, selain perawatan rutin yang telah dilaksanakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah yang perlu dilakukan, seperti menyiapkan AMUS (alat material untuk siaga) di titik-titik rawan.
Kemudian, petugas memeriksa rel secara manual dengan berjalan kaki dari dan menuju setiap stasiun.
Pemeriksaan secara kontinyu sudah disiapkan petugas ekstra untuk di jalur rawan dan petugas flying gang atau regu terbang/siaga, dan alat evakuasi apabila hal yang tidak diinginkan dampak dari kondisi cuaca, jelas Aida.
Selain itu, juga memasang dinding penahan longsor/amblas di daerah yang memang secara geografis berada di wilayah rawan dampak hujan.
"Jika longsor mengenai rel otomatis akan menggangu operasional kereta, hal itu yang perlu kami minimalisir," kata dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan potensi bencana hidrometeorologi di Sumsel meningkat akibat fenomena La Nina atau perubahan suhu permukaan laut telah melewati ambang batas terbesar.
Baca juga: PT KAI: Syarat PCR naik KA jarak jauh maksimal 3x24 jam
Kepala Stasiun Klimatologi dan Geofisika Kelas 1 Palembang Wandayantolis mengatakan berdasarkan monitoring data suhu permukaan laut di samudra pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina sebesar -0.61 pada terhitung sejak dasarian I Oktober 2021.
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah Sumsel akan diguyur hujan dengan skala menengah 200-300 mm per hari dibarengi angin yang kencang sehingga bisa menjadi penyebab bencana seperti banjir, longsor, bandang angin kencang, puting beliung ataupun badai tropis berpotensi meningkat dan terus berkembang.
Fenomena tersebut berlangsung sejak Oktober dan diprakirakan berlangsung hingga Maret 2022, Maret ini puncaknya hujan yang berpotensi berujung bencana, kata dia.
Baca juga: KAI operasikan kembali KA Sindang Marga rute Kertapati-Lubuklinggau mulai 8 Oktober
Baca juga: KAI dan Semen Indonesia luncurkan KA Angkutan Semen 400 Ton
Kabag Humas PT KAI Divre III Palembang Aida Suryanti di Palembang, Kamis, mengatakan, perusahaannya telah memetakan titik rawan longsor di Sumsel pada musim penghujan ini.
Di antaranya petak jalur Niru-Penimur (Muara Enim), Banjarsari - Sukacinta ( Lahat) , Saungnaga-Tebing Tinggi (Empat Lawang), karena melintasi perbukitan.
“Tanah sangat rentan amblas di musim hujan,” kata Aida.
Baca juga: KAI Palembang operasikan tiga unit kereta api rute jarak jauh
Sebagai antisipasi, selain perawatan rutin yang telah dilaksanakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah yang perlu dilakukan, seperti menyiapkan AMUS (alat material untuk siaga) di titik-titik rawan.
Kemudian, petugas memeriksa rel secara manual dengan berjalan kaki dari dan menuju setiap stasiun.
Pemeriksaan secara kontinyu sudah disiapkan petugas ekstra untuk di jalur rawan dan petugas flying gang atau regu terbang/siaga, dan alat evakuasi apabila hal yang tidak diinginkan dampak dari kondisi cuaca, jelas Aida.
Selain itu, juga memasang dinding penahan longsor/amblas di daerah yang memang secara geografis berada di wilayah rawan dampak hujan.
"Jika longsor mengenai rel otomatis akan menggangu operasional kereta, hal itu yang perlu kami minimalisir," kata dia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan potensi bencana hidrometeorologi di Sumsel meningkat akibat fenomena La Nina atau perubahan suhu permukaan laut telah melewati ambang batas terbesar.
Baca juga: PT KAI: Syarat PCR naik KA jarak jauh maksimal 3x24 jam
Kepala Stasiun Klimatologi dan Geofisika Kelas 1 Palembang Wandayantolis mengatakan berdasarkan monitoring data suhu permukaan laut di samudra pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina sebesar -0.61 pada terhitung sejak dasarian I Oktober 2021.
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah Sumsel akan diguyur hujan dengan skala menengah 200-300 mm per hari dibarengi angin yang kencang sehingga bisa menjadi penyebab bencana seperti banjir, longsor, bandang angin kencang, puting beliung ataupun badai tropis berpotensi meningkat dan terus berkembang.
Fenomena tersebut berlangsung sejak Oktober dan diprakirakan berlangsung hingga Maret 2022, Maret ini puncaknya hujan yang berpotensi berujung bencana, kata dia.
Baca juga: KAI operasikan kembali KA Sindang Marga rute Kertapati-Lubuklinggau mulai 8 Oktober
Baca juga: KAI dan Semen Indonesia luncurkan KA Angkutan Semen 400 Ton