Jakarta (ANTARA) - Obesitas bisa Anda cegah antara lain melalui pengaturan asupan gula, garam dan lemak (GGL) serta melakukan aktivitas fisik, menurut Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid.
Asupan gula harian maksimal yang disarankan yakni 4 sendok makan, garam 1 sendok teh dan lemak 5 sendok makan. Sementara aktivitas fisik atau kegiatan tubuh yang menggerakkan otot rangka dan menghasilkan energi serta tenaga misalnya menyapu, berkebun, mengepel, mencuci dan bermain dengan anak perlu dilakukan setidaknya 3-5 kali per minggu.
"Obesitas dapat dicegah, perlu adanya deteksi dini dan pola hidup sehat sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat," kata Elvieda dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis.
Deteksi dini obesitas bisa dengan pemantauan dan mencapai berat badan ideal dengan pengukuran lingkar pinggang secara rutin (maksimal 90 cm pada pria dan 80 cm pada wnaita), indeks massa tubuh (IMT) (seseorang dikatakan obesitas jika IMT di atas 27) dan memanfaatkan carta obesitas.
Elvieda mengatakan, obesitas atau penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh menjadi pintu masuknya berbagai penyakit tidak menular (PTM) dan sindroma metabolik seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes dan hipertensi.
Di Indonesia, daa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, sebanyak 21,8 persen atau 37,5 persen orang mengalami obesitas serta 31 persen atau 60,3 persen orang dengan obesitas sentral. Pada anak, tingkat obesitasnya 20 persen atau 1 dari 5 pada anak usia 5-12 tahun. Sementara pada dewasa angkanya 1 dari 3.
Elvieda mengatakan, pemerintah dalam kebijakan penanggulangan PTM melakukan sejumlah cara antara lain promosi kesehatan pada mereka yang belum sakit melalui edukasi perilaku hidup sehat (GERMAS) dan perilaku CERDIK.
Kemudian deteksi dini untuk mencegah dari awal dengan mengukur lingkar pinggang dan IMT, diikuti perlindungan khususnya terkait obesitas yakni pengaturan konsumsi gula, garam dan lemak.
Selain itu, dari sisi penanganan kasus, bila sudah ditemukan di pos pelayanan terpadu maka pasien bisa dirujuk ke puskesmas untuk ditangani. Apabila pasien tidak bisa dilayani di tingkat layanan pertama, maka bisa dirujuk.
Asupan gula harian maksimal yang disarankan yakni 4 sendok makan, garam 1 sendok teh dan lemak 5 sendok makan. Sementara aktivitas fisik atau kegiatan tubuh yang menggerakkan otot rangka dan menghasilkan energi serta tenaga misalnya menyapu, berkebun, mengepel, mencuci dan bermain dengan anak perlu dilakukan setidaknya 3-5 kali per minggu.
"Obesitas dapat dicegah, perlu adanya deteksi dini dan pola hidup sehat sehingga perlu adanya pemberdayaan masyarakat," kata Elvieda dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis.
Deteksi dini obesitas bisa dengan pemantauan dan mencapai berat badan ideal dengan pengukuran lingkar pinggang secara rutin (maksimal 90 cm pada pria dan 80 cm pada wnaita), indeks massa tubuh (IMT) (seseorang dikatakan obesitas jika IMT di atas 27) dan memanfaatkan carta obesitas.
Elvieda mengatakan, obesitas atau penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh menjadi pintu masuknya berbagai penyakit tidak menular (PTM) dan sindroma metabolik seperti penyakit jantung, pembuluh darah, diabetes dan hipertensi.
Di Indonesia, daa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, sebanyak 21,8 persen atau 37,5 persen orang mengalami obesitas serta 31 persen atau 60,3 persen orang dengan obesitas sentral. Pada anak, tingkat obesitasnya 20 persen atau 1 dari 5 pada anak usia 5-12 tahun. Sementara pada dewasa angkanya 1 dari 3.
Elvieda mengatakan, pemerintah dalam kebijakan penanggulangan PTM melakukan sejumlah cara antara lain promosi kesehatan pada mereka yang belum sakit melalui edukasi perilaku hidup sehat (GERMAS) dan perilaku CERDIK.
Kemudian deteksi dini untuk mencegah dari awal dengan mengukur lingkar pinggang dan IMT, diikuti perlindungan khususnya terkait obesitas yakni pengaturan konsumsi gula, garam dan lemak.
Selain itu, dari sisi penanganan kasus, bila sudah ditemukan di pos pelayanan terpadu maka pasien bisa dirujuk ke puskesmas untuk ditangani. Apabila pasien tidak bisa dilayani di tingkat layanan pertama, maka bisa dirujuk.