Palembang (ANTARA) - Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumatera Selatan Ramlan Holdan menyesalkan banyak masyarakat yang mulai melupakan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober 2021.
"Hari ini diperingati Hari Kesaktian Pancasila, namun banyak masyarakat yang terkesan melupakan hari bersejarah itu karena terbukti hanya sebagian kecil yang memasang bendera merah putih di halaman rumahnya sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan nasional," kata Ramlan Holdan di Palembang, Jumat.
Dia menjelaskan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diselenggarakan setiap tahun sebagai bagian dari bentuk pengakuan atas keberhasilan bangsa Indonesia mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa di era 1960-an.
Masyarakat dan pemuda di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu akhir-akhir ini dirasakan semakin banyak yang melupakan Hari Kesaktian Pancasila,
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan tidak boleh dibiarkan terus terjadi, sehingga perlu dilakukan berbagai kegiatan yang dapat mengingatkan mereka atas peristiwa bersejarah itu.
Bagaimana masyarakat terutama pemuda bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat, jika mereka tidak mengetahui peristiwa bukti sejarah mengenai kesaktian Pancasila.
Peristiwa 30 September 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S) merupakan usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
"Tujuan memperingati Hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang Gerakan 30 September oleh PKI pada 1965 yang akan mengambil alih kekuasaan dan akan menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis," ujarnya.
Berbagai peristiwa yang timbul akibat G30S tersebut termasuk pembunuhan terhadap enam jendral terbaik saat itu berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Enam jenderal dan satu letnan di Jakarta tewas karena penculikan dan pembunuhan akibat gerakan tersebut dimasukkan dalam Lubang Buaya, tak jauh dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Ketujuh korban G30S itu ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi yakni Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI MT Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu F Tandean.
Gerakan yang diawali dengan penculikan para jenderal Angkatan Darat pada 30 September 1965 itu dapat digagalkan dan ditumpas.
Melihat pentingnya mengenang peristiwa tersebut, perlu segera dicarikan solusi yang tepat agar kesaktian Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar negara itu dapat diaplikasikan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat terjalin kehidupan yang harmonis, menjaga persatuan, toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama.
Kemudian bisa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, terwujudnya keadilan sosial, dan mencegah usaha pihak atau kelompok manapun menghidupkan kembali paham komunis gaya baru yang dapat mengancam kesaktian Pancasila sebagai ideologi bangsa, kata Ramlan.
"Hari ini diperingati Hari Kesaktian Pancasila, namun banyak masyarakat yang terkesan melupakan hari bersejarah itu karena terbukti hanya sebagian kecil yang memasang bendera merah putih di halaman rumahnya sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan nasional," kata Ramlan Holdan di Palembang, Jumat.
Dia menjelaskan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diselenggarakan setiap tahun sebagai bagian dari bentuk pengakuan atas keberhasilan bangsa Indonesia mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa di era 1960-an.
Masyarakat dan pemuda di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu akhir-akhir ini dirasakan semakin banyak yang melupakan Hari Kesaktian Pancasila,
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan tidak boleh dibiarkan terus terjadi, sehingga perlu dilakukan berbagai kegiatan yang dapat mengingatkan mereka atas peristiwa bersejarah itu.
Bagaimana masyarakat terutama pemuda bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat, jika mereka tidak mengetahui peristiwa bukti sejarah mengenai kesaktian Pancasila.
Peristiwa 30 September 1965 yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S) merupakan usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
"Tujuan memperingati Hari Kesaktian Pancasila untuk mengenang Gerakan 30 September oleh PKI pada 1965 yang akan mengambil alih kekuasaan dan akan menggantikan Pancasila dengan ideologi komunis," ujarnya.
Berbagai peristiwa yang timbul akibat G30S tersebut termasuk pembunuhan terhadap enam jendral terbaik saat itu berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Enam jenderal dan satu letnan di Jakarta tewas karena penculikan dan pembunuhan akibat gerakan tersebut dimasukkan dalam Lubang Buaya, tak jauh dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Ketujuh korban G30S itu ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi yakni Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI MT Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu F Tandean.
Gerakan yang diawali dengan penculikan para jenderal Angkatan Darat pada 30 September 1965 itu dapat digagalkan dan ditumpas.
Melihat pentingnya mengenang peristiwa tersebut, perlu segera dicarikan solusi yang tepat agar kesaktian Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar negara itu dapat diaplikasikan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat terjalin kehidupan yang harmonis, menjaga persatuan, toleransi atau saling hormat menghormati di antara umat beragama.
Kemudian bisa menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, terwujudnya keadilan sosial, dan mencegah usaha pihak atau kelompok manapun menghidupkan kembali paham komunis gaya baru yang dapat mengancam kesaktian Pancasila sebagai ideologi bangsa, kata Ramlan.