Bamako (ANTARA) - Tiga warga negara China dan dua warga Mauritania diculik dari sebuah lokasi konstruksi di Mali utara pada Sabtu (17/7) ketika orang-orang bersenjata menyerbu lokasi itu untuk mendapatkan peralatan dan menyandera, kata tentara.
Serangan itu terjadi 55 kilometer dari kota Kwala, titik transit reguler bagi perusahaan yang melintasi gurun utara Mali, kata militer dalam sebuah pernyataan.
Belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Beberapa bagian Mali telah terperosok dalam kekerasan sejak 2012, ketika beberapa kelompok pemberontak meluncurkan kampanye antipemerintah untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar.
Konflik, yang sejak itu telah dikooptasi oleh gerilyawan jihad yang terkait dengan al Qaeda dan Negara Islam, telah membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Mereka yang diculik pada Sabtu adalah karyawan perusahaan konstruksi China Covec dan perusahaan pembangunan jalan Mauritania ATTM, yang telah mengembangkan lokasi tersebut di bawah perlindungan perusahaan keamanan swasta, kata pernyataan militer.
Para penyerang juga kabur dengan lima truk angkut sebelum membakar sebagian besar lokasi, menghancurkan sebuah derek, truk sampah dan peralatan lain milik kedua perusahaan itu, kata pernyataan itu.
Penculikan adalah hal yang biasa terjadi dalam perang di Mali, di mana warga negara asing secara khusus menjadi sasaran militan yang berharap mendapatkan uang tebusan untuk pembebasan mereka.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta Dewan Keamanan mengizinkan pasukan tambahan untuk misi penjaga perdamaian Mali sebagai respons atas meningkatnya kekerasan oleh militan, menurut sebuah laporan yang dilihat oleh Reuters pada Jumat.
Sementara itu, bekas kekuatan kolonial Prancis telah mengumumkan rencana untuk mulai menarik 5.100 tentaranya yang melawan militan di seluruh wilayah Sahel di Afrika Barat.
Sumber: Reuters
Serangan itu terjadi 55 kilometer dari kota Kwala, titik transit reguler bagi perusahaan yang melintasi gurun utara Mali, kata militer dalam sebuah pernyataan.
Belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Beberapa bagian Mali telah terperosok dalam kekerasan sejak 2012, ketika beberapa kelompok pemberontak meluncurkan kampanye antipemerintah untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar.
Konflik, yang sejak itu telah dikooptasi oleh gerilyawan jihad yang terkait dengan al Qaeda dan Negara Islam, telah membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Mereka yang diculik pada Sabtu adalah karyawan perusahaan konstruksi China Covec dan perusahaan pembangunan jalan Mauritania ATTM, yang telah mengembangkan lokasi tersebut di bawah perlindungan perusahaan keamanan swasta, kata pernyataan militer.
Para penyerang juga kabur dengan lima truk angkut sebelum membakar sebagian besar lokasi, menghancurkan sebuah derek, truk sampah dan peralatan lain milik kedua perusahaan itu, kata pernyataan itu.
Penculikan adalah hal yang biasa terjadi dalam perang di Mali, di mana warga negara asing secara khusus menjadi sasaran militan yang berharap mendapatkan uang tebusan untuk pembebasan mereka.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres meminta Dewan Keamanan mengizinkan pasukan tambahan untuk misi penjaga perdamaian Mali sebagai respons atas meningkatnya kekerasan oleh militan, menurut sebuah laporan yang dilihat oleh Reuters pada Jumat.
Sementara itu, bekas kekuatan kolonial Prancis telah mengumumkan rencana untuk mulai menarik 5.100 tentaranya yang melawan militan di seluruh wilayah Sahel di Afrika Barat.
Sumber: Reuters