Hulu Sungai Tengah (ANTARA) - Masyarakat adat Dayak di Pantai Mangkiling, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan memberikan peluang untuk investor untuk membuka obyek wisata di daerah Pegunungan Meratus.
Tokoh masyarakat dayak setempat Kasman di Barabai, Minggu, mengatakan wilayah mereka sangat potensial dijadikan tempat wisata.
"Di sini lengkap, ada wisata alam dan budaya. Kalau ada yang mau investasi di sini kami persilahkan," ujarnya.
Di wilayah terpencil di Kecamatan Hantakan itu menawarkan wisata sungai, air terjun, gunung yang masih hutan, pemandangan alam khas meratus.
"Untuk budaya, di sini kita ada kebudayaan orang dayak yang sudah ada sejak dahulu kala," ujarnya.
Sumiati (65) aktivis bahari era 1980-an yang menyelamatkan kawasan hutan berpesan bahwa pembukaan wisata harus bisa menjaga kelestarian alam di sana.
"Kalau bisa di Pantai Mangkiling jadi wisata nasional, dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," ujarnya.
Perkampungan dayak yang berada di kaki gunung pada 1980 pernah menjadi tempat kunjungan wisatawan dari berbagi negara, dikatakan Sumiati di zaman itu Pantai Mangkiling memiliki daya tarik bagi wisatawan asing.
"Mereka yang datang adalah pencinta lingkungan, mereka datang untuk liburan dan juga melakukan penelitian di sana," ujarnya.
Wanita yang pernah menjadi kepala Desa Pantai Mangkiling (sekarang Desa Datar Ajab) periode 1982-1999 itu menerangkan wisata di sana terhenti semenjak dia purnatugas.
"Tidak ada yang melanjutkan saat itu," ujarnya pejuang lingkungan hidup itu.
Lokasinya bisa ditempuh dari Barabai ( ibu kota Hulu Sungai Tengah) menuju ke Dusun Pantai Mangkiling sekitar 38 KM. Namun sayang sekitar 5 KM menuju lokasi itu akses hanya jalan setapak yang saat ini kondisinya rusak parah.
"Harapan kita tentunya ada perbaikan untuk jalan. Selain untuk wisata tentunya juga untuk mobilitas masyarakat setempat," ujar Sumiati.
Tokoh masyarakat dayak setempat Kasman di Barabai, Minggu, mengatakan wilayah mereka sangat potensial dijadikan tempat wisata.
"Di sini lengkap, ada wisata alam dan budaya. Kalau ada yang mau investasi di sini kami persilahkan," ujarnya.
Di wilayah terpencil di Kecamatan Hantakan itu menawarkan wisata sungai, air terjun, gunung yang masih hutan, pemandangan alam khas meratus.
"Untuk budaya, di sini kita ada kebudayaan orang dayak yang sudah ada sejak dahulu kala," ujarnya.
Sumiati (65) aktivis bahari era 1980-an yang menyelamatkan kawasan hutan berpesan bahwa pembukaan wisata harus bisa menjaga kelestarian alam di sana.
"Kalau bisa di Pantai Mangkiling jadi wisata nasional, dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," ujarnya.
Perkampungan dayak yang berada di kaki gunung pada 1980 pernah menjadi tempat kunjungan wisatawan dari berbagi negara, dikatakan Sumiati di zaman itu Pantai Mangkiling memiliki daya tarik bagi wisatawan asing.
"Mereka yang datang adalah pencinta lingkungan, mereka datang untuk liburan dan juga melakukan penelitian di sana," ujarnya.
Wanita yang pernah menjadi kepala Desa Pantai Mangkiling (sekarang Desa Datar Ajab) periode 1982-1999 itu menerangkan wisata di sana terhenti semenjak dia purnatugas.
"Tidak ada yang melanjutkan saat itu," ujarnya pejuang lingkungan hidup itu.
Lokasinya bisa ditempuh dari Barabai ( ibu kota Hulu Sungai Tengah) menuju ke Dusun Pantai Mangkiling sekitar 38 KM. Namun sayang sekitar 5 KM menuju lokasi itu akses hanya jalan setapak yang saat ini kondisinya rusak parah.
"Harapan kita tentunya ada perbaikan untuk jalan. Selain untuk wisata tentunya juga untuk mobilitas masyarakat setempat," ujar Sumiati.