Muara Teweh (ANTARA) - Balai Arkeologi Kalimantan Selatan menemukan teknik pengerjaan logam kuno sekitar abad ke-12 sampai ke-19 di sejumlah sungai di wilayah Kecamatan Gunung Timang, Montallat, Teweh Timur dan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
"Balai Arkeologi Kalsel yang wilayah kerjanya di bidang arkeologi di daerah Kalimantan ini melakukan penelitian sejak 2017-2018 di wilayah Barito Utara," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Barito Utara Hj Annisa Cahyawati di Muara Teweh, Rabu.
Menurut dia, masyarakat di pedalaman Kabupaten Barito Utara tersebut memiliki kebudayaan yang tinggi sejak zaman dulu antara lain memiliki keahlian memproses logam mulai dari proses penambangan biji besi hingga memprosesnya menjadi salah satu produk logam.
Teknik pengerjaan membuat benda logam dari bahan baku yang didapat dari menambang batu besi menjadi bahan setengah jadi (logam mentah) melalui peleburan sampai terbentuk benda atau alat besi yang diinginkan berupa senjata yang ampuh/sakral dengan menggunakan tungku.
"Serangkaian proses aktivitas peleburan biji besi (manitik) tradisi nenek moyang kita," katanya.
Hal ini, kata dia, membuktikan bahwa sejarah dan perkembangan teknologi logam serta keahlian nenek moyang mengolah logam dapat dimaknai sebagai nilai-nilai kebudayaan yang menjadi identitas dan kebanggaan daerah, bahkan nasional.
"Dengan memahami sejarah dan asal usulnya, tradisi ini dirasa perlu kita lestarikan sebagai salah satu teknologi tradisional bagian dari Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK). Dan setidaknya sebagai pewaris atau pelaku pandai besi yang merupakan proses akhir pembuatan alat besi setelah melalui tahap hingga penempaan untuk dibentuk menjadi sebuah alat," jelas Annisa.
Dia mengatakan pemanfaatan potensi pandai besi peninggalan arkeologi di wilayah Barito Utara dapat menjadi alternatif di antaranya sebagai Wisata Budaya Minat Khusus yang diharapkan berdampak untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
"Ini menjadi salah satu fokus Dinas Budparpora Barito Utara dalam upaya pelestarian kebudayaan dan pengembangan pariwisata di daerah ini," ujar Annisa.
"Balai Arkeologi Kalsel yang wilayah kerjanya di bidang arkeologi di daerah Kalimantan ini melakukan penelitian sejak 2017-2018 di wilayah Barito Utara," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Barito Utara Hj Annisa Cahyawati di Muara Teweh, Rabu.
Menurut dia, masyarakat di pedalaman Kabupaten Barito Utara tersebut memiliki kebudayaan yang tinggi sejak zaman dulu antara lain memiliki keahlian memproses logam mulai dari proses penambangan biji besi hingga memprosesnya menjadi salah satu produk logam.
Teknik pengerjaan membuat benda logam dari bahan baku yang didapat dari menambang batu besi menjadi bahan setengah jadi (logam mentah) melalui peleburan sampai terbentuk benda atau alat besi yang diinginkan berupa senjata yang ampuh/sakral dengan menggunakan tungku.
"Serangkaian proses aktivitas peleburan biji besi (manitik) tradisi nenek moyang kita," katanya.
Hal ini, kata dia, membuktikan bahwa sejarah dan perkembangan teknologi logam serta keahlian nenek moyang mengolah logam dapat dimaknai sebagai nilai-nilai kebudayaan yang menjadi identitas dan kebanggaan daerah, bahkan nasional.
"Dengan memahami sejarah dan asal usulnya, tradisi ini dirasa perlu kita lestarikan sebagai salah satu teknologi tradisional bagian dari Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK). Dan setidaknya sebagai pewaris atau pelaku pandai besi yang merupakan proses akhir pembuatan alat besi setelah melalui tahap hingga penempaan untuk dibentuk menjadi sebuah alat," jelas Annisa.
Dia mengatakan pemanfaatan potensi pandai besi peninggalan arkeologi di wilayah Barito Utara dapat menjadi alternatif di antaranya sebagai Wisata Budaya Minat Khusus yang diharapkan berdampak untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
"Ini menjadi salah satu fokus Dinas Budparpora Barito Utara dalam upaya pelestarian kebudayaan dan pengembangan pariwisata di daerah ini," ujar Annisa.