Chicago (ANTARA) - Emas jatuh lagi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencatat penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut, tertekan penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah karena pasar menimbang kemungkinan bahwa Federal Reserve AS minggu ini boleh jadi dapat mengisyaratkan pelonggaran stimulus.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, tergelincir lagi 9,5 dolar AS atau 0,51 persen menjadi ditutup pada 1.856,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (14/6/2021), emas berjangka anjlok 13,7 dolar AS atau 0,73 persen menjadi 1,865,90 dolar AS.
Emas berjangka juga terpuruk 16,8 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.879,60 dolar AS pada Jumat (11/6/2021), setelah naik tipis 0,9 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.896,40 dolar AS pada Kamis (10/6/2021), dan menguat 1,1 dolar AS atau 0,06 persen menjadi 1.895,50 dolar AS pada Rabu (9/6/2021).
Ekspektasi pasar meningkat bahwa Federal Reserve akan mengendalikan inflasi pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dimulai pada Selasa (15/6/2021) dan akan berakhir pada Rabu (16/6/2021).
"Ada kegelisahan yang berkembang tentang kenaikan inflasi dan perasaan di pasar logam mulia adalah bahwa bank sentral akan mulai merespons sedikit lebih agresif terhadap tekanan inflasi ini," kata analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.
Meir mengatakan sementara emas bisa menghadapi kemunduran "berumur pendek" jika Fed memulai tapering atau mengurangi pembelian obligasi pada akhir 2021 atau bahkan mengisyaratkan itu pada Rabu waktu setempat, emas kemungkinan akan dibeli "saat turun" di tengah kekhawatiran atas kenaikan inflasi.
The Fed telah berulang kali mengatakan bahwa lonjakan harga-harga saat ini bersifat sementara, tetapi pertemuan dua hari yang akan berakhir pada Rabu waktu setempat dapat menampilkan diskusi awal di antara pembuat kebijakan tentang kapan dan seberapa cepat untuk mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran guna mengatasi inflasi.
Lebih lanjut mengurangi daya tarik emas, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat setelah mencapai tertinggi satu bulan dan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang dijadikan acuan naik, meningkatkan peluang kerugian emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi fisik, konsultan Metals Focus mengatakan penurunan pembelian emas batangan oleh ETF (exchange traded funds - reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek) dapat membatasi permintaan emas tahun ini.
Sementara itu, data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada Mei, sementara harga produsen naik lebih dari yang diperkirakan.
Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Selasa (15/6/2021) menunjukkan bahwa indeks harga produsen yang disesuaikan secara musiman untuk permintaan akhir meningkat 0,8 persen pada Mei. Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun 1,3 persen pada Mei.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 34,6 sen atau 1,23 persen, menjadi ditutup pada 27,693 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 16,7 dolar AS atau 1,43 persen, menjadi ditutup pada 1.148,60 dolar AS per ounce.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, tergelincir lagi 9,5 dolar AS atau 0,51 persen menjadi ditutup pada 1.856,40 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (14/6/2021), emas berjangka anjlok 13,7 dolar AS atau 0,73 persen menjadi 1,865,90 dolar AS.
Emas berjangka juga terpuruk 16,8 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.879,60 dolar AS pada Jumat (11/6/2021), setelah naik tipis 0,9 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.896,40 dolar AS pada Kamis (10/6/2021), dan menguat 1,1 dolar AS atau 0,06 persen menjadi 1.895,50 dolar AS pada Rabu (9/6/2021).
Ekspektasi pasar meningkat bahwa Federal Reserve akan mengendalikan inflasi pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dimulai pada Selasa (15/6/2021) dan akan berakhir pada Rabu (16/6/2021).
"Ada kegelisahan yang berkembang tentang kenaikan inflasi dan perasaan di pasar logam mulia adalah bahwa bank sentral akan mulai merespons sedikit lebih agresif terhadap tekanan inflasi ini," kata analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.
Meir mengatakan sementara emas bisa menghadapi kemunduran "berumur pendek" jika Fed memulai tapering atau mengurangi pembelian obligasi pada akhir 2021 atau bahkan mengisyaratkan itu pada Rabu waktu setempat, emas kemungkinan akan dibeli "saat turun" di tengah kekhawatiran atas kenaikan inflasi.
The Fed telah berulang kali mengatakan bahwa lonjakan harga-harga saat ini bersifat sementara, tetapi pertemuan dua hari yang akan berakhir pada Rabu waktu setempat dapat menampilkan diskusi awal di antara pembuat kebijakan tentang kapan dan seberapa cepat untuk mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran guna mengatasi inflasi.
Lebih lanjut mengurangi daya tarik emas, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya menguat setelah mencapai tertinggi satu bulan dan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang dijadikan acuan naik, meningkatkan peluang kerugian emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Di sisi fisik, konsultan Metals Focus mengatakan penurunan pembelian emas batangan oleh ETF (exchange traded funds - reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek) dapat membatasi permintaan emas tahun ini.
Sementara itu, data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari yang diharapkan pada Mei, sementara harga produsen naik lebih dari yang diperkirakan.
Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Selasa (15/6/2021) menunjukkan bahwa indeks harga produsen yang disesuaikan secara musiman untuk permintaan akhir meningkat 0,8 persen pada Mei. Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun 1,3 persen pada Mei.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 34,6 sen atau 1,23 persen, menjadi ditutup pada 27,693 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 16,7 dolar AS atau 1,43 persen, menjadi ditutup pada 1.148,60 dolar AS per ounce.