Palembang (ANTARA) - Kantor Wilayah BRI Palembang mengejar target penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah karena hingga kini masih melambat akibat pengaruh pandemi COVID-19.
Pimpinan Kantor Wilayah BRI Palembang Revi Rizal di Palembang, Senin, mengatakan, untuk wilayah supervisi Kanwil BRI Palembang yang meliputi Sumatera Selatan, Jambi dan Bangka Belitung tercapai Rp2,1 triliun pada April 2021.
“Sebenarnya harapan kami bisa tembus Rp2,6 triliun, tapi diakui agak sulit karena ekonomi belum benar-benar pulih,” kata dia.
Di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih ini, BRI mendapati banyak debitur yang menunda pengajuan pinjaman KUR.
Selain itu ada faktor lain seperti belum stabilnya harga komoditas andalan Sumatera selatan yakni karet dan sawit membuat pelaku UMKM mengurungkan niat mengajukan pinjaman rendah bunga ini (3 persen per tahun).
Walau demikian, Bank BRI tetap berupaya mencapai performa maksimal dengan membuat sejumlah strategi, di antaranya bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait.
Selain itu, Bank BRI juga berekspansi untuk menjajal sektor ekonomi UMKM yang masih memiliki potensi dalam masa pandemi ini.
Hanya saja, terdapat sejumlah kendala seperti adanya Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK) yang turut mempengaruhi capaian penyaluran KUR.
Dalam aturan tersebut, setiap penyalur KUR wajib melakukan pengecekan data calon debitur KUR melalui Sistem Informasi Debitur atau Sistem Layanan Informasi Keuangan.
“Ternyata banyaknya calon nasabah KUR yg tidak lolos SLIK. Selain itu, adanya pembatasan baik plafond maupun jangka waktu dalam pemberian KUR juga membuat realisasi jadi melambat,” kata dia.
Pimpinan Kantor Wilayah BRI Palembang Revi Rizal di Palembang, Senin, mengatakan, untuk wilayah supervisi Kanwil BRI Palembang yang meliputi Sumatera Selatan, Jambi dan Bangka Belitung tercapai Rp2,1 triliun pada April 2021.
“Sebenarnya harapan kami bisa tembus Rp2,6 triliun, tapi diakui agak sulit karena ekonomi belum benar-benar pulih,” kata dia.
Di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih ini, BRI mendapati banyak debitur yang menunda pengajuan pinjaman KUR.
Selain itu ada faktor lain seperti belum stabilnya harga komoditas andalan Sumatera selatan yakni karet dan sawit membuat pelaku UMKM mengurungkan niat mengajukan pinjaman rendah bunga ini (3 persen per tahun).
Walau demikian, Bank BRI tetap berupaya mencapai performa maksimal dengan membuat sejumlah strategi, di antaranya bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait.
Selain itu, Bank BRI juga berekspansi untuk menjajal sektor ekonomi UMKM yang masih memiliki potensi dalam masa pandemi ini.
Hanya saja, terdapat sejumlah kendala seperti adanya Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK) yang turut mempengaruhi capaian penyaluran KUR.
Dalam aturan tersebut, setiap penyalur KUR wajib melakukan pengecekan data calon debitur KUR melalui Sistem Informasi Debitur atau Sistem Layanan Informasi Keuangan.
“Ternyata banyaknya calon nasabah KUR yg tidak lolos SLIK. Selain itu, adanya pembatasan baik plafond maupun jangka waktu dalam pemberian KUR juga membuat realisasi jadi melambat,” kata dia.