Jakarta (ANTARA) - Perusahaan produk keamanan asal Jepang ALSOK mengembangkan bahan pemadam api berbentuk cairan dengan teknologi Jepang "E4" sebagai solusi baru pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Marketing Director PT. ALSOK BASS Indonesia Masaki Nagasaka dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu, mengatakan cairan E4 efektif memadamkan api baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dan mencegah kebakaran berulang pada lahan gambut karena memiliki laju infiltrasi yang tinggi.
"Kami berharap E4 dapat digunakan di banyak hutan dan perkebunan serta dapat berkontribusi pada perlindungan alam dan kesehatan orang-orang di Indonesia," ujarnya.
ALSOK adalah salah satu perusahaan keamanan terkemuka Jepang yang didirikan pada 1965. Saat ini grup ALSOK menyediakan layanan keamanan yang komprehensif dan juga memproduksi peralatan pemadam kebakaran.
Salah satu bahan pemadam api yang dikembangkan yakni E4 yang berbentuk cairan dan digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air, baik air sungai ataupun air dari kanal.
Nagasaka menjelaskan cairan E4 memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi, sehingga air campuran bahan tersebut dengan cepat menembus ke dalam gambut dan secara efektif dapat memadamkan api di bawah permukaan sehingga dapat mencegah kebakaran berulang yang biasa terjadi pada gambut.
Pengujian yang dilakukan di tanah gambut pada 2020, tambahnya, air campuran E4 yang diencerkan 100 kali lipat menunjukkan laju perembesan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan air kanal saja.
Menurut Nagasaka, pemanfaatan E4 untuk pemadaman juga meningkatkan efisiensi air. Kecepatan pemadaman api dan konsumsi air memang berbeda-beda tergantung situasi kebakaran.
Namun, pada uji pemadaman api yang dilakukan di lahan simulasi Manggala Agni Daops Pontianak, Desember 2020, air campuran E4 bisa mengurangi waktu pemadaman api sebesar 35 persen juga mengurangi konsumsi air sebesar 25 persen dibandingkan dengan hanya menggunakan air biasa untuk memadamkan api dengan ukuran yang sama.
Menurut dia, kemampuan E4 dalam menghemat air untuk pemadaman sangat bermanfaat dalam pengendalian karhutla di lahan mineral yang umumnya jauh dari sumber air.
"Kemampuan E4 untuk menghemat air jelas sangat berkontribusi untuk mengurangi kesulitan dan kendala dalam mengangkut air untuk pemadaman kebakaran di lahan mineral," katanya.
Nagasaka juga menyatakan cairan E4 ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Biodegradabilitas tinggi sementara komponen surfaktan yang merupakan komponen utamanya hampir terdekomposisi seluruhnya dalam waktu tiga hari setelah digunakan di lapangan sehingga tidak meninggalkan efek buruk di tanah atau vegetasinya.
Menurut dia, keuntungan lain E4 adalah mudah digunakan karena sifat fisiknya seperti air dan tidak memiliki sifat licin seperti deterjen yang mengganggu aktivitas pemadam kebakaran.
Penggunaan E4 juga tidak memerlukan peralatan khusus, karena setelah diencerkan, cairan E4 bisa digunakan dengan jenis alat penyemprot apa saja seperti pompa mesin dan jetshooter.
"Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan cairan pemadam yang dikembangkan ALSOK itu menyandang predikat Easy, Effective, Eco-friendly, Extinguisher, yang menginspirasi nama E4," kata Nagasaka.
Cairan E4 telah digunakan oleh PT. Wana Subur Lestari (WSL) dan PT. Mayangkara Tanaman Industri (MTI) yang merupakan perusahaan hutan tanaman industri (HTI) anggota Sumitomo Forestry Group di Kalimantan Barat sejak 2020.
Presiden WSL dan MTI Tsuyoshi Kato menyatakan pihaknya melaksanakan pengelolaan tinggi muka air tanah yang tepat dan juga melakukan pemantauan dengan tenaga manusia maupun teknologi pemantauan dengan real-time, tetapi kebakaran di area gambut dan area dengan sumber air yang terbatas tetap merupakan ancaman besar.
"Efektivitas E4 sudah diverifikasi. Kami akan lebih memanfaatkannya untuk penanggulangan kebakaran pada tahun ini," ujarnya.
Marketing Director PT. ALSOK BASS Indonesia Masaki Nagasaka dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu, mengatakan cairan E4 efektif memadamkan api baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dan mencegah kebakaran berulang pada lahan gambut karena memiliki laju infiltrasi yang tinggi.
"Kami berharap E4 dapat digunakan di banyak hutan dan perkebunan serta dapat berkontribusi pada perlindungan alam dan kesehatan orang-orang di Indonesia," ujarnya.
ALSOK adalah salah satu perusahaan keamanan terkemuka Jepang yang didirikan pada 1965. Saat ini grup ALSOK menyediakan layanan keamanan yang komprehensif dan juga memproduksi peralatan pemadam kebakaran.
Salah satu bahan pemadam api yang dikembangkan yakni E4 yang berbentuk cairan dan digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air, baik air sungai ataupun air dari kanal.
Nagasaka menjelaskan cairan E4 memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi, sehingga air campuran bahan tersebut dengan cepat menembus ke dalam gambut dan secara efektif dapat memadamkan api di bawah permukaan sehingga dapat mencegah kebakaran berulang yang biasa terjadi pada gambut.
Pengujian yang dilakukan di tanah gambut pada 2020, tambahnya, air campuran E4 yang diencerkan 100 kali lipat menunjukkan laju perembesan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan air kanal saja.
Menurut Nagasaka, pemanfaatan E4 untuk pemadaman juga meningkatkan efisiensi air. Kecepatan pemadaman api dan konsumsi air memang berbeda-beda tergantung situasi kebakaran.
Namun, pada uji pemadaman api yang dilakukan di lahan simulasi Manggala Agni Daops Pontianak, Desember 2020, air campuran E4 bisa mengurangi waktu pemadaman api sebesar 35 persen juga mengurangi konsumsi air sebesar 25 persen dibandingkan dengan hanya menggunakan air biasa untuk memadamkan api dengan ukuran yang sama.
Menurut dia, kemampuan E4 dalam menghemat air untuk pemadaman sangat bermanfaat dalam pengendalian karhutla di lahan mineral yang umumnya jauh dari sumber air.
"Kemampuan E4 untuk menghemat air jelas sangat berkontribusi untuk mengurangi kesulitan dan kendala dalam mengangkut air untuk pemadaman kebakaran di lahan mineral," katanya.
Nagasaka juga menyatakan cairan E4 ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Biodegradabilitas tinggi sementara komponen surfaktan yang merupakan komponen utamanya hampir terdekomposisi seluruhnya dalam waktu tiga hari setelah digunakan di lapangan sehingga tidak meninggalkan efek buruk di tanah atau vegetasinya.
Menurut dia, keuntungan lain E4 adalah mudah digunakan karena sifat fisiknya seperti air dan tidak memiliki sifat licin seperti deterjen yang mengganggu aktivitas pemadam kebakaran.
Penggunaan E4 juga tidak memerlukan peralatan khusus, karena setelah diencerkan, cairan E4 bisa digunakan dengan jenis alat penyemprot apa saja seperti pompa mesin dan jetshooter.
"Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan cairan pemadam yang dikembangkan ALSOK itu menyandang predikat Easy, Effective, Eco-friendly, Extinguisher, yang menginspirasi nama E4," kata Nagasaka.
Cairan E4 telah digunakan oleh PT. Wana Subur Lestari (WSL) dan PT. Mayangkara Tanaman Industri (MTI) yang merupakan perusahaan hutan tanaman industri (HTI) anggota Sumitomo Forestry Group di Kalimantan Barat sejak 2020.
Presiden WSL dan MTI Tsuyoshi Kato menyatakan pihaknya melaksanakan pengelolaan tinggi muka air tanah yang tepat dan juga melakukan pemantauan dengan tenaga manusia maupun teknologi pemantauan dengan real-time, tetapi kebakaran di area gambut dan area dengan sumber air yang terbatas tetap merupakan ancaman besar.
"Efektivitas E4 sudah diverifikasi. Kami akan lebih memanfaatkannya untuk penanggulangan kebakaran pada tahun ini," ujarnya.