Kualatungkal, Tanjabbar (ANTARA) - Pramono (22) memanfaatkan lahan di pinggir kanal gambut untuk menghadirkan tempat wisata di Desa Mekarjaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Di lahan seluas 30 meter kali 50 meter yang berada di pinggir kanal kawasan gambut Desa Mekarjaya, dia membangun Rumah Bonsai Tambi Trubus.
Area yang kini telah menjadi salah satu tujuan ekowisata itu berada sekitar 200 meter dari Jalan Raya Jambi-Kualatungkal. Pengunjung harus menyeberangi kanal selebar lima meter melalui jembatan yang dibuat seperti terowongan ranting kayu untuk mencapai Rumah Bonsai Tambi Trubus.
Di Rumah Bonsai yang berhias aneka bentuk hiasan kayu dari lahan gambut itu, Pramono memajang beraneka jenis bonsai di pot-pot yang tertata rapi.
"Saya senang bisa berkolaborasi dan menjadi bagian dari ekowisata Sukorejo. Hobi saya memelihara bonsai bisa tersalurkan," kata Pramono.
Guna menyemarakkan Rumah Bonsai Tambi Trubus, dia menghadirkan pertunjukan musik pada akhir pekan.
Panggung musik Rumah Bonsai dilengkapi dengan beberapa alat musik dan perlengkapan sistem suara. Pramono, yang merupakan penggemar skuter, menempatkan rangka satu Vespa klasik miliknya di panggung itu.
Pada sore atau malam akhir pekan, panggung itu menjadi tempat pertunjukan musik.
"Rata-rata ada 30 sampai 40 orang yang hadir menikmati live music, terutama di akhir pekan," kata Pramono.
"Jumlah pengunjung berkurang pada pandemi ini, tapi saya tidak akan menyerah, bersama anggota komunitas wisata di sini berusaha bangkit," ia menambahkan.
Guna meminimalkan risiko penularan virus corona, Pramono selaku pemilik dan pengelola Rumah Bonsai mengatur jarak tempat duduk pengunjung pertunjukan musik.
"Jarak tempat duduk berjauhan, kan diselingi oleh tanaman bonsai," kata Pramono, yang mengelola Rumah Bonsai dan tempat pertunjukan musiknya bersama keluarga dan pemuda penggerak pariwisata di desa.
Panggung pertunjukan musik di Rumah Bonsai Tambi Trubus di Desa Mekarjaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. (ANTARA/Syarif Abdullah)
Pramono melengkapi Rumah Bonsai dengan kafe yang menyajikan kopi liberika dan minuman jahe, saung-saung tempat nongkrong, menara, serta tempat duduk dari kayu untuk menambah daya tarik.
Rumah Bonsai juga menjual bonsai dengan harga bervariasi sesuai dengan usia dan tingkat kerumitan pembentukannya. "Usianya rata-rata di atas dua tahun," kata Pramono.
Upaya Pramono mengembangkan usaha pariwisata mendapat perhatian dari pejabat dinas pariwisata, yang mendukung pembangunan tempat-tempat wisata unggulan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olaharaga Kabupaten Tanjung Jabung Barat Otto Riyadi mengatakan bahwa Rumah Bonsai Tambi Trubus merupakan bagian dari rangkaian titik ekowisata Sukorejo.
Ia mengatakan bahwa pemerintah kabupaten mendukung upaya pemanfaatan potensi wilayah untuk menghadirkan tempat-tempat wisata baru.
"Kabupaten Tanjung Jabung Barat harus berjuang untuk dapat menghadirkan destinasi wisata. Itu sangat sulit, kita harus menggali potensi yang ada, salah satunya dengan pengembangan wisata berbasis kopi liberika di Ekowisata Sukorejo," kata Otto Riyadi.
Kawasan ekowisata Sukorejo meliputi delapan titik objek wisata, yakni Rumah Bonsai Tambi Trubus, Gerai UMKM Mekar Jaya, tempat pembibitan kopi liberika milik Murdiyanto, Omah Kopi Sido Muncul, tempat budi daya dan pengolahan kopi Paristo, tempat pengolahan kopi Sri Utomo II, Rumah Luwak Kembar, dan galeri seni Syauki Art.
Kawasan ekowisata Sukorejo bisa diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Pengunjung bisa melewati beberapa jalur untuk menuju kawasan ekowisata itu, termasuk jalur kebun kopi dan jalur kanal gambut yang berwarna kemerahan.
"Perjuangan untuk membangun destinasi wisata telah dilakukan, infrastrukturnya sudah terbangun. Sekarang tinggal upaya untuk meyakinkan pengunjung untuk datang," kata Otto Riyadi.
Para pelaku usaha pariwisata di Tanjung Jabung Barat harus bekerja giat mempromosikan tempat wisata melalui berbagai media promosi untuk menarik lebih banyak wisatawan agar bisa meraih lebih banyak manfaat dari kegiatan pariwisata.
Di lahan seluas 30 meter kali 50 meter yang berada di pinggir kanal kawasan gambut Desa Mekarjaya, dia membangun Rumah Bonsai Tambi Trubus.
Area yang kini telah menjadi salah satu tujuan ekowisata itu berada sekitar 200 meter dari Jalan Raya Jambi-Kualatungkal. Pengunjung harus menyeberangi kanal selebar lima meter melalui jembatan yang dibuat seperti terowongan ranting kayu untuk mencapai Rumah Bonsai Tambi Trubus.
Di Rumah Bonsai yang berhias aneka bentuk hiasan kayu dari lahan gambut itu, Pramono memajang beraneka jenis bonsai di pot-pot yang tertata rapi.
"Saya senang bisa berkolaborasi dan menjadi bagian dari ekowisata Sukorejo. Hobi saya memelihara bonsai bisa tersalurkan," kata Pramono.
Guna menyemarakkan Rumah Bonsai Tambi Trubus, dia menghadirkan pertunjukan musik pada akhir pekan.
Panggung musik Rumah Bonsai dilengkapi dengan beberapa alat musik dan perlengkapan sistem suara. Pramono, yang merupakan penggemar skuter, menempatkan rangka satu Vespa klasik miliknya di panggung itu.
Pada sore atau malam akhir pekan, panggung itu menjadi tempat pertunjukan musik.
"Rata-rata ada 30 sampai 40 orang yang hadir menikmati live music, terutama di akhir pekan," kata Pramono.
"Jumlah pengunjung berkurang pada pandemi ini, tapi saya tidak akan menyerah, bersama anggota komunitas wisata di sini berusaha bangkit," ia menambahkan.
Guna meminimalkan risiko penularan virus corona, Pramono selaku pemilik dan pengelola Rumah Bonsai mengatur jarak tempat duduk pengunjung pertunjukan musik.
"Jarak tempat duduk berjauhan, kan diselingi oleh tanaman bonsai," kata Pramono, yang mengelola Rumah Bonsai dan tempat pertunjukan musiknya bersama keluarga dan pemuda penggerak pariwisata di desa.
Pramono melengkapi Rumah Bonsai dengan kafe yang menyajikan kopi liberika dan minuman jahe, saung-saung tempat nongkrong, menara, serta tempat duduk dari kayu untuk menambah daya tarik.
Rumah Bonsai juga menjual bonsai dengan harga bervariasi sesuai dengan usia dan tingkat kerumitan pembentukannya. "Usianya rata-rata di atas dua tahun," kata Pramono.
Upaya Pramono mengembangkan usaha pariwisata mendapat perhatian dari pejabat dinas pariwisata, yang mendukung pembangunan tempat-tempat wisata unggulan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olaharaga Kabupaten Tanjung Jabung Barat Otto Riyadi mengatakan bahwa Rumah Bonsai Tambi Trubus merupakan bagian dari rangkaian titik ekowisata Sukorejo.
Ia mengatakan bahwa pemerintah kabupaten mendukung upaya pemanfaatan potensi wilayah untuk menghadirkan tempat-tempat wisata baru.
"Kabupaten Tanjung Jabung Barat harus berjuang untuk dapat menghadirkan destinasi wisata. Itu sangat sulit, kita harus menggali potensi yang ada, salah satunya dengan pengembangan wisata berbasis kopi liberika di Ekowisata Sukorejo," kata Otto Riyadi.
Kawasan ekowisata Sukorejo meliputi delapan titik objek wisata, yakni Rumah Bonsai Tambi Trubus, Gerai UMKM Mekar Jaya, tempat pembibitan kopi liberika milik Murdiyanto, Omah Kopi Sido Muncul, tempat budi daya dan pengolahan kopi Paristo, tempat pengolahan kopi Sri Utomo II, Rumah Luwak Kembar, dan galeri seni Syauki Art.
Kawasan ekowisata Sukorejo bisa diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Pengunjung bisa melewati beberapa jalur untuk menuju kawasan ekowisata itu, termasuk jalur kebun kopi dan jalur kanal gambut yang berwarna kemerahan.
"Perjuangan untuk membangun destinasi wisata telah dilakukan, infrastrukturnya sudah terbangun. Sekarang tinggal upaya untuk meyakinkan pengunjung untuk datang," kata Otto Riyadi.
Para pelaku usaha pariwisata di Tanjung Jabung Barat harus bekerja giat mempromosikan tempat wisata melalui berbagai media promosi untuk menarik lebih banyak wisatawan agar bisa meraih lebih banyak manfaat dari kegiatan pariwisata.