Jakarta (ANTARA) - Mendapatkan penghargaan bukanlah hal yang ada di kepala Laura Basuki ketika memerankan pebulutangkis legendaris di film "Susi Susanti - Love All".
Lewat aktingnya sebagai Susy Susanti, Laura menjadi salah satu nomine Pemeran Utama Perempuan Terbaik Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2020.
"Aku senang, pas terima film 'Susi Susanti' sama sekali enggak kepikiran penghargaan, apalagi FFI," kata Laura dalam konferensi pers daring FFI, Minggu.
Justru saat itu yang ada di pikirannya adalah bagaimana agar bisa tampil fit berakting sebagai seorang atlet. Latihan fisik dijalani Laura selama enam jam per hari dalam periode lima bulan. Dia berlari hingga bermain badminton.
"Bagaimana caranya aku enggak pingsan syuting sebagai legenda badminton," seloroh dia.
"Fokus bagaimana aku yang nilai olahraganya pas-pasan bisa survive syuting film dua bulan."
Sebelumnya, Laura pernah membawa pulau Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik 2010 lewat "3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta". Kemudian dia mendapatkan nominasi yang sama pada 2013 dan 2014 untuk film "Madre" dan "Haji Backpacker".
Ia menambahkan, nominasi yang didapatkan tahun ini bukan semata berkat hasil kerja kerasnya sendiri. Membuat film adalah kerja tim. Tanpa kekompakan tim yang punya tugas masing-masing, hasilnya takkan maksimal. Seorang aktris, sebagus apa pun aktingnya, takkan bersinar kemampuannya tanpa andil kru film lainnya yang punya peran penting.
"Berada di nominasi adalah kerjasama tim, keberuntungan, kesempatan dan izin Di Atas," katanya.
Menyikapi Festival Film Indonesia yang tetap diselenggarakan di tengah pandemi, Laura menyambut baik. Menurutnya, ini adalah suntikan semangat agar industri perfilman tetap punya harapan untuk maju dan berkembang meski sedang melewati masa sulit.
Lewat aktingnya sebagai Susy Susanti, Laura menjadi salah satu nomine Pemeran Utama Perempuan Terbaik Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 2020.
"Aku senang, pas terima film 'Susi Susanti' sama sekali enggak kepikiran penghargaan, apalagi FFI," kata Laura dalam konferensi pers daring FFI, Minggu.
Justru saat itu yang ada di pikirannya adalah bagaimana agar bisa tampil fit berakting sebagai seorang atlet. Latihan fisik dijalani Laura selama enam jam per hari dalam periode lima bulan. Dia berlari hingga bermain badminton.
"Bagaimana caranya aku enggak pingsan syuting sebagai legenda badminton," seloroh dia.
"Fokus bagaimana aku yang nilai olahraganya pas-pasan bisa survive syuting film dua bulan."
Sebelumnya, Laura pernah membawa pulau Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik 2010 lewat "3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta". Kemudian dia mendapatkan nominasi yang sama pada 2013 dan 2014 untuk film "Madre" dan "Haji Backpacker".
Ia menambahkan, nominasi yang didapatkan tahun ini bukan semata berkat hasil kerja kerasnya sendiri. Membuat film adalah kerja tim. Tanpa kekompakan tim yang punya tugas masing-masing, hasilnya takkan maksimal. Seorang aktris, sebagus apa pun aktingnya, takkan bersinar kemampuannya tanpa andil kru film lainnya yang punya peran penting.
"Berada di nominasi adalah kerjasama tim, keberuntungan, kesempatan dan izin Di Atas," katanya.
Menyikapi Festival Film Indonesia yang tetap diselenggarakan di tengah pandemi, Laura menyambut baik. Menurutnya, ini adalah suntikan semangat agar industri perfilman tetap punya harapan untuk maju dan berkembang meski sedang melewati masa sulit.