Beijing (ANTARA) - Seorang juru bicara Kantor Berita Xinhua China, dalam sebuah keterangan pada Jumat (11/9), menyatakan pihaknya mengecam dan menentang keras aksi penyergapan yang dilakukan oleh agen intelijen Australia terhadap kediaman seorang jurnalis Xinhua di Sydney.

Juru bicara itu menyebut bahwa laporan Global Times surat kabar terafiliasi Pemerintah China pada 8 September adalah benar.

Baca juga: TikTok berencana gugat kebijakan Presiden Trump

Global Times menulis bahwa agen intelijen Australia melakukan penggeledahan di kediaman beberapa jurnalis China yang berbasis di Australia, termasuk pewarta Xinhua yang berada di Sydney, pada 26 Juni, dan menyita peralatan liputan mereka.

"Aksi yang kasar, angkuh, dan keterlaluan ini jelas sangat mengerikan. Hal ini menunjukkan mentalitas Perang Dingin serta prasangka politis dari sejumlah kementerian dan pejabat Australia," kata juru bicara tersebut.

Baca juga: China larang media liput "Mulan" setelah ada kecaman tentang Xinjiang

"Apa yang mereka telah lakukan tak hanya melukai reputasi dan citra media China secara serius, namun juga mengganggu pertukaran antarwarga negara (people-to-people) antara China dan Australia," kata dia menambahkan.

Juru bicara itu menegaskan bahwa Xinhua merupakan kantor berita pemerintah China dengan para pewarta di Australia yang selalu mematuhi hukum dan regulasi di negara tersebut.

"Mengikuti prinsip objektivitas, ketidakberpihakan, kebenaran, dan akurasi dalam pelaporan berita, pewarta Xinhua memainkan peran positif dalam mempromosikan pertukaran budaya dan antarwarga negara, serta kesepahaman bersama antara masyarakat China dan Australia," kata dia.

Baca juga: Belum bisa kembali ke China, mahasiswa asal Sumsel belajar via daring

Xinhua menyerukan kepada Pemerintah Australia untuk berhenti mengintimidasi kantor Xinhua serta para jurnalisnya di Australia, justru melindungi hak dan kepentingan mereka.

Ketegangan antara China dan Australia meningkat belakangan ini, khususnya setelah Pemerintah Australia mendesak agar ada penyelidikan internasional untuk menelusuri asal usul virus corona penyebab wabah COVID-19, yang muncul pertama kali di Wuhan, China.

Media kedua negara menjadi salah satu pihak yang dilibatkan dalam ketegangan tersebut. Sebelumnya, pada pertengahan Agustus lalu otoritas China menahan Cheng Lei, warga Australia yang menjadi pembawa berita televisi di China.

Pada 7 September, Australia menarik dua orang jurnalis--masing-masing dari Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan Australian Financial Review (AFR)--koresponden di China dengan alasan keamanan, usai keduanya ditanyai secara terpisah oleh otoritas China.
Sumber: Xinhua
 

Pewarta : Suwanti
Uploader : Aang Sabarudin
Copyright © ANTARA 2024