Jakarta (ANTARA) - Asosiasi pesepak bola profesional, FIFPro, mempertanyakan mengenai manajemen kebugaran pemain di tengah kepadatan jadwal yang terjadi di berbagai kompetisi domestik yang dilanjutkan di tengah pandemi COVID-19.
Lebih jauh lagi, Sekretaris Jenderal FIFPro Jonas Baer-Hoffmann meminta ada jaring pengaman bagi para pemain untuk mencegah cedera karena kepadatan jadwal yang diakibatkan pandemi dalam tiga tahun ke depan.
"Ada tanda tanya besar tentang manajemen kebugaran pemain di tengah periode padat jadwal ini," kata Baer-Hoffmann dilansir Reuters, Senin.
"Kita tidak bisa menyerahkan semuanya pada pertimbangan individual, sebab semua orang tahu betapa besar tekanan yang dibebankan kepada para pemain dan tak seorang pun mendapat keuntungan dari tambahan cedera," ujarnya menambahkan.
Pandemi COVID-19 membuat seluruh kompetisi di Eropa tertangguhkan sejak Maret dan berlangsung tiga-empat bulan sebelum berlanjut, bahkan sebagian belahan dunia lain periode dampak berlangsung lebih panjang.
Alih-alih menyiasatinya dengan memangkas jumlah pertandingan, sebagian besar federasi dan liga memilih memepatkan jadwal laga dalam periode yang lebih singkat, membesarkan risiko kelelahan para pemain.
Hanya UEFA yang memilih memangkas format kandang-tandang untuk Liga Champions dan Liga Europa ketika merampungkan kompetisi musim 2019/20 mereka serta fase kualifikasi musim berikutnya.
"Mulai sekarang hingga tiga tahun mendatang, kalender kompetisi terlampau padat," kata Baer-Hoffmann.
"Satu-satunya solusi adalah merancang kerangka untuk mengelola kebugaran pemain dan memastikan ada periode pemulihan. Kita butuh aturan yang ramah dan berdasar standar medis," pungkasnya.
Liga Inggris dan Liga Italia menjadi dua liga top terakhir yang belum rampung di Eropa, disertai partai final Piala FA di Inggris.
Sedangkan Liga Champions dan Liga Europa rencananya dilanjutkan pertengahan Agustus dengan format terpusat di lokasi yang sudah ditentukan hingga final.
Lebih jauh lagi, Sekretaris Jenderal FIFPro Jonas Baer-Hoffmann meminta ada jaring pengaman bagi para pemain untuk mencegah cedera karena kepadatan jadwal yang diakibatkan pandemi dalam tiga tahun ke depan.
"Ada tanda tanya besar tentang manajemen kebugaran pemain di tengah periode padat jadwal ini," kata Baer-Hoffmann dilansir Reuters, Senin.
"Kita tidak bisa menyerahkan semuanya pada pertimbangan individual, sebab semua orang tahu betapa besar tekanan yang dibebankan kepada para pemain dan tak seorang pun mendapat keuntungan dari tambahan cedera," ujarnya menambahkan.
Pandemi COVID-19 membuat seluruh kompetisi di Eropa tertangguhkan sejak Maret dan berlangsung tiga-empat bulan sebelum berlanjut, bahkan sebagian belahan dunia lain periode dampak berlangsung lebih panjang.
Alih-alih menyiasatinya dengan memangkas jumlah pertandingan, sebagian besar federasi dan liga memilih memepatkan jadwal laga dalam periode yang lebih singkat, membesarkan risiko kelelahan para pemain.
Hanya UEFA yang memilih memangkas format kandang-tandang untuk Liga Champions dan Liga Europa ketika merampungkan kompetisi musim 2019/20 mereka serta fase kualifikasi musim berikutnya.
"Mulai sekarang hingga tiga tahun mendatang, kalender kompetisi terlampau padat," kata Baer-Hoffmann.
"Satu-satunya solusi adalah merancang kerangka untuk mengelola kebugaran pemain dan memastikan ada periode pemulihan. Kita butuh aturan yang ramah dan berdasar standar medis," pungkasnya.
Liga Inggris dan Liga Italia menjadi dua liga top terakhir yang belum rampung di Eropa, disertai partai final Piala FA di Inggris.
Sedangkan Liga Champions dan Liga Europa rencananya dilanjutkan pertengahan Agustus dengan format terpusat di lokasi yang sudah ditentukan hingga final.