Palembang (ANTARA) - PT Hutama Karya (Persero) menargetkan pekerjaan fisik pembangunan jalan tol Palembang-Bengkulu sepanjang 329 kilometer dimulai pada awal April 2020.
Manajer Proyek PT Hutama Karya Hasan Turcahyo di Palembang, Senin, mengatakan, saat ini sedang dilakukan pembebasan lahan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional sejak Agustus 2019.
“Alat-alat berat kami sudah siap di lokasi. Kami juga sudah memproduksi beton dan tiang, dan melakukan pembersihan lahan,” kata dia.
Ia mengatakan ruas tol Palembang-Bengkulu sepanjang 329 kilometer ini terdiri atas ruas tol Indralaya-Muara Enim 119 kilometer, ruas tol Muara Enim-Lubuklinggau 112 kilometer, dan ruas tol Lubuklinggau-Bengkulu 98 kilometer.
"Jika sudah ada tol, sepanjang 329 kilometer ini bisa ditempuh dengan waktu 3 jam," kata dia.
Namun ia tak menampik, perencanaan ini tidak semulus yang dikira karena pembangunan ruas Indralaya-Prabumulih sepanjang 65 km telah molor dari target karena hingga kini belum tersedia lahannya.
Semula pekerjaan fisik proyek ini ditargetkan mulai dikerjakan pada awal 2020, namun hingga kini pembebasan lahan belum berjalan sesuai rencana meski pencanangan proyek sudah dilakukan pada 9 April 2019.
Pada 27 Desember 2019 telah dilakukan rapat dengan instansi terkait untuk mempercepat proyek ruas Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) ini di Griya Agung, Palembang.
Dalam kesempatan itu, diungkapkan bahwa pembebasan lahan terkendala persoalan teknis, yakni ketika dilakukan pengukuran di lokasi ternyata banyak pihak yang mengaku sebagai pemilik. Lahan itu ada yang dimiliki warga, perusahaan perkebunan sawit swasta hingga perkebunan tebu milik BUMN.
Terlepas dari persoalan tersebut, HK sangat menyayangkan kondisi ini mengingat sejak pencanangan pada tujuh bulan lalu dilakukan proses lanjutan yang relatif cepat. Penetapan lokasi sudah dilakukan pada 10 Juli 2019 dan pendelegasian tugas ke Kantor Pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ogan Ilir pada 6 Agustus 2019.
“Kini, kami menunggu pembebasan lahan lanjutan yang sudah dilakukan sejak Oktober 2019. Dananya sudah tersedia di Kementerian PUPR, tinggal lagi proses di BPN,” kata dia.
Hutama Karya bakal menggarap ruas Tol Indralaya-Prabumulih sepanjang 65 kilometer. Selanjutnya, untuk ruas Prabumulih-Muara Enim bakal dikerjakan oleh Waskita Karya sehingga total panjang ruas Tol Indralaya-Muaraenim mencapai 119 km.
Pembangunan jalan Tol Indralaya-Muaraenim diperkirakan menelan dana sekitar Rp24,10 tirliun yang berasal dari ekuitas perusahaan senilai Rp16,87 triliun atau 70 persen dari total investasi dan sisanya Rp7,20 triliun dari pinjaman. Pelaksanaan konstruksi ditargetkan rampung pada 2022.
Ruas Indralaya-Muaraenim nantinya tersambung hingga Muaraenim-Bengkulu sehingga akan menyambungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Di provinsi tersebut, pengerjaan sudah dimulai ke arah Lubuk Linggau, tepatnya di STA 0 sampai 17,85 di wilayah Taba Penanjung.
Manajer Proyek PT Hutama Karya Hasan Turcahyo di Palembang, Senin, mengatakan, saat ini sedang dilakukan pembebasan lahan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional sejak Agustus 2019.
“Alat-alat berat kami sudah siap di lokasi. Kami juga sudah memproduksi beton dan tiang, dan melakukan pembersihan lahan,” kata dia.
Ia mengatakan ruas tol Palembang-Bengkulu sepanjang 329 kilometer ini terdiri atas ruas tol Indralaya-Muara Enim 119 kilometer, ruas tol Muara Enim-Lubuklinggau 112 kilometer, dan ruas tol Lubuklinggau-Bengkulu 98 kilometer.
"Jika sudah ada tol, sepanjang 329 kilometer ini bisa ditempuh dengan waktu 3 jam," kata dia.
Namun ia tak menampik, perencanaan ini tidak semulus yang dikira karena pembangunan ruas Indralaya-Prabumulih sepanjang 65 km telah molor dari target karena hingga kini belum tersedia lahannya.
Semula pekerjaan fisik proyek ini ditargetkan mulai dikerjakan pada awal 2020, namun hingga kini pembebasan lahan belum berjalan sesuai rencana meski pencanangan proyek sudah dilakukan pada 9 April 2019.
Pada 27 Desember 2019 telah dilakukan rapat dengan instansi terkait untuk mempercepat proyek ruas Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) ini di Griya Agung, Palembang.
Dalam kesempatan itu, diungkapkan bahwa pembebasan lahan terkendala persoalan teknis, yakni ketika dilakukan pengukuran di lokasi ternyata banyak pihak yang mengaku sebagai pemilik. Lahan itu ada yang dimiliki warga, perusahaan perkebunan sawit swasta hingga perkebunan tebu milik BUMN.
Terlepas dari persoalan tersebut, HK sangat menyayangkan kondisi ini mengingat sejak pencanangan pada tujuh bulan lalu dilakukan proses lanjutan yang relatif cepat. Penetapan lokasi sudah dilakukan pada 10 Juli 2019 dan pendelegasian tugas ke Kantor Pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Ogan Ilir pada 6 Agustus 2019.
“Kini, kami menunggu pembebasan lahan lanjutan yang sudah dilakukan sejak Oktober 2019. Dananya sudah tersedia di Kementerian PUPR, tinggal lagi proses di BPN,” kata dia.
Hutama Karya bakal menggarap ruas Tol Indralaya-Prabumulih sepanjang 65 kilometer. Selanjutnya, untuk ruas Prabumulih-Muara Enim bakal dikerjakan oleh Waskita Karya sehingga total panjang ruas Tol Indralaya-Muaraenim mencapai 119 km.
Pembangunan jalan Tol Indralaya-Muaraenim diperkirakan menelan dana sekitar Rp24,10 tirliun yang berasal dari ekuitas perusahaan senilai Rp16,87 triliun atau 70 persen dari total investasi dan sisanya Rp7,20 triliun dari pinjaman. Pelaksanaan konstruksi ditargetkan rampung pada 2022.
Ruas Indralaya-Muaraenim nantinya tersambung hingga Muaraenim-Bengkulu sehingga akan menyambungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Di provinsi tersebut, pengerjaan sudah dimulai ke arah Lubuk Linggau, tepatnya di STA 0 sampai 17,85 di wilayah Taba Penanjung.