Palembang (ANTARA) - Operasional Bus Rapid Trans (BRT) Transmusi trayek kampus Universitas Sriwijaya (Unsri) Bukit Palembang-Indralaya rencananya dihentikan mulai 2020 karena Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel) belum membayarkan dana subsidi sejak 2015 sebesar Rp28 Miliar.
Direktur Opersional Trans Musi Anthony Rais di Palembang, Senin, mengatakan pihaknya tidak dapat menanggung lagi beban operasional sebanyak 15 bus Transmusi yang biasa mengantarkan ribuan mahasiswa Unsri dari kampus Palembang ke Indralaya dan sebaliknya.
"Jika Pemprov tidak bisa membantu ya kami tidak bisa jalan lagi, nanti rugi perusahaan," ujar Antoni.
Menurut dia pemberian subsidi setengah tarif ongkos ke Unsri dari tarif asli Rp15.000 menjadi Rp8.000 dinilai tidak seimbang dengan besarnya biaya operasional, pihaknya akan menyurati Pemprov Sumsel melalui Dinas Perhubungan untuk membicarakan persoalan tersebut.
Setidaknya pada 2018 saja besar kerugian yang ditanggung Transmusi khusus untuk trayek kampus Unsri mencapai Rp700 juta, kata dia. Kerugian tersebut berpotensi membesar jika status Transmusi menjadi anak perusahaan PT. SP2J terealisasi pada 2020.
"Kalau jadi anak perusahaan skemanya 'buy the service' subsidi dari pusat, tapi itu untuk fider-fider dalam Kota Palembang, di luar dari situ tidak dapat, sementara subsidi dari Pemprov belum dianggarkan," jelas Antoni.
Pihaknya berharap Pemprov Sumsel dapat merealisasikan bantuan subsidi yang terhutang Rp28 Miliar tersebut, mengingat jika trayek Unsri Palembang-Indralaya dihentikan maka bisa merugikan mahasiswa.
Kendati sebetulnya sudah ada Bus Damri trayek yang sama dengan tarif Rp5.000, namun Transmusi tetap dibutuhkan mengingat jarak dari kampus Bukit ke Indralaya mencapai 40 kilometer.
Direktur Opersional Trans Musi Anthony Rais di Palembang, Senin, mengatakan pihaknya tidak dapat menanggung lagi beban operasional sebanyak 15 bus Transmusi yang biasa mengantarkan ribuan mahasiswa Unsri dari kampus Palembang ke Indralaya dan sebaliknya.
"Jika Pemprov tidak bisa membantu ya kami tidak bisa jalan lagi, nanti rugi perusahaan," ujar Antoni.
Menurut dia pemberian subsidi setengah tarif ongkos ke Unsri dari tarif asli Rp15.000 menjadi Rp8.000 dinilai tidak seimbang dengan besarnya biaya operasional, pihaknya akan menyurati Pemprov Sumsel melalui Dinas Perhubungan untuk membicarakan persoalan tersebut.
Setidaknya pada 2018 saja besar kerugian yang ditanggung Transmusi khusus untuk trayek kampus Unsri mencapai Rp700 juta, kata dia. Kerugian tersebut berpotensi membesar jika status Transmusi menjadi anak perusahaan PT. SP2J terealisasi pada 2020.
"Kalau jadi anak perusahaan skemanya 'buy the service' subsidi dari pusat, tapi itu untuk fider-fider dalam Kota Palembang, di luar dari situ tidak dapat, sementara subsidi dari Pemprov belum dianggarkan," jelas Antoni.
Pihaknya berharap Pemprov Sumsel dapat merealisasikan bantuan subsidi yang terhutang Rp28 Miliar tersebut, mengingat jika trayek Unsri Palembang-Indralaya dihentikan maka bisa merugikan mahasiswa.
Kendati sebetulnya sudah ada Bus Damri trayek yang sama dengan tarif Rp5.000, namun Transmusi tetap dibutuhkan mengingat jarak dari kampus Bukit ke Indralaya mencapai 40 kilometer.