Kota Pekanbaru (ANTARA) - Psikolog dari kantor Atmaveda Consultant Pekanbaru, Fety Nurhidayati Psi berpendapat keadaan hidup di jalanan dapat menyebabkan anak tumbuh dewasa sebelum usia semestinya, akibat lain yang ditimbulkan yakni kemungkinan besar anak anak yang hidup di jalanan akan rentan terseret kriminalitas.
"Anak-anak pada usia ini cenderung menirukan semua hal yang mereka lihat, apabila yang mereka lihat kriminal, kekerasan, maka mereka akan tumbuh tak jauh dari itu," katanya di Pekanbaru, Rabu.
Kecenderungan tersebut dinilai sebagai dampak bagi anak anak yang sering terpapar kekerasan yang kemungkinan akan tumbuh menjadi seseorang yang memiliki pandangan bahwa kekerasan adalah hal yang normal dan lumrah dilakukan sebagaimana yang sering mereka lihat.
Selain itu, menurutnya, anak-anak yang sering terpapar kekerasan tersebut kelak akan menjadi pribadi yang abusif, senang menyiksa orang lain, dan menganggap kekerasan sebagai sebuah solusi yang menjanjikan.
Seperti diakui Afrizal (7) dan Dila (6), kedua kakak beradik ini tinggal bersama neneknya yang sehari hari bekerja sebagai penjual koran dan mereka rela berpanas panasan menolong nenek mereka berjualan.
Keduanya mengaku belum mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar meskipun umur mereka sudah cukup, mereka harus merelakan masa kecilnya di jalanan untuk ikut mengurangi beban ekonomi yang melanda keluarganya.
Hidup di jalanan tentu memiliki dampak buruk bagi tumbuh kembang Afrizal dan Dila, apalagi pada segi psikologi, terlebih anak anak di usia mereka sedang gemar gemarnya menirukan perilaku orang di sekitarnya, tentu kerasnya kehidupan di jalanan bukan contoh yang baik untuk ditiru.
Persoalan anak jalanan, gelandangan dan pengemis memang sangat lekat dengan pekanbaru, seakan akan tidak ada habisnya, dinas sosial mencatat ada kenaikan pertumbuhan sebesar 50 persen dari tahun ke tahun, tahun 2018 berjumlah 28 jiwa, dan di tahun ini sebanyak 48 jiwa.
"Anak-anak pada usia ini cenderung menirukan semua hal yang mereka lihat, apabila yang mereka lihat kriminal, kekerasan, maka mereka akan tumbuh tak jauh dari itu," katanya di Pekanbaru, Rabu.
Kecenderungan tersebut dinilai sebagai dampak bagi anak anak yang sering terpapar kekerasan yang kemungkinan akan tumbuh menjadi seseorang yang memiliki pandangan bahwa kekerasan adalah hal yang normal dan lumrah dilakukan sebagaimana yang sering mereka lihat.
Selain itu, menurutnya, anak-anak yang sering terpapar kekerasan tersebut kelak akan menjadi pribadi yang abusif, senang menyiksa orang lain, dan menganggap kekerasan sebagai sebuah solusi yang menjanjikan.
Seperti diakui Afrizal (7) dan Dila (6), kedua kakak beradik ini tinggal bersama neneknya yang sehari hari bekerja sebagai penjual koran dan mereka rela berpanas panasan menolong nenek mereka berjualan.
Keduanya mengaku belum mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar meskipun umur mereka sudah cukup, mereka harus merelakan masa kecilnya di jalanan untuk ikut mengurangi beban ekonomi yang melanda keluarganya.
Hidup di jalanan tentu memiliki dampak buruk bagi tumbuh kembang Afrizal dan Dila, apalagi pada segi psikologi, terlebih anak anak di usia mereka sedang gemar gemarnya menirukan perilaku orang di sekitarnya, tentu kerasnya kehidupan di jalanan bukan contoh yang baik untuk ditiru.
Persoalan anak jalanan, gelandangan dan pengemis memang sangat lekat dengan pekanbaru, seakan akan tidak ada habisnya, dinas sosial mencatat ada kenaikan pertumbuhan sebesar 50 persen dari tahun ke tahun, tahun 2018 berjumlah 28 jiwa, dan di tahun ini sebanyak 48 jiwa.