Jakarta (ANTARA) - Sejarawan JJ Rizal mengatakan museum harus memiliki tempat foto yang menarik atau "instagramable" untuk menarik generasi muda datang ke tempat itu.
"Kalau mau tahu apa itu prestasi, pergilah ke museum. Sebab di museum disimpan artefak atau benda-benda yang merupakan puncak-puncak pencapaian peradaban dari masa lalu," ujar JJ Rizal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Berbagai peninggalan yang ada di museum, merupakan warisan luhur agar dijadikan pelajaran bagi tatanan bangsa, sehingga memiliki pedoman dan rujukan dalam perjalanan hidup ke depan.
"Sejarah bercerita melalui aneka artefak itu sehingga kita bisa belajar, menarik inspirasi sekaligus menimbang apa yang kita sudah cukup berprestasi dan apa juga telah menjadi generasi yang lebih baik dari generasi lalu," ujar dia.
Rizal menilai respons generasi muda terhadap keberadaan museum cukup bagus, tetapi tetap perlu didorong. Hal ini salah satunya karena banyak museum yang kondisinya tidak bagus, terutama terkait bagaimana membangun narasi dari artefaknya.
"Orientasinya masih jumlah pengunjung, bukan nilai yang didengungkan," kata dia.
Ia menambahkan, setiap museum harusnya jadi lokasi yang layak swafoto atau "instagramable". Sebab memiliki material, dari bangunan sampai koleksi bernilai sejarah yang bagus.
Namun harus tetap memiliki narasi yang baik.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (AMIDA TMII) Sigit Gunarjo mengatakan, sejak diresmikan 1975, TMII telah memiliki 21 museum.
"Dalam rentang 1975-1996, pembangunan 16 museum dikawal langsung oleh pendirinya Ibu Tien Soeharto," ujar Sigit.
Sigit menjelaskan, dalam membuat perencanaan pembangunan museum-museum di TMII, Ibu Tien membentuk tim khusus yang melakukan studi banding dengan museum di negara Eropa dan Amerika, yang mengkaji pengelolaan museum, arsitektur, tata pamer, sarana dan prasarana serta program edukasi museum.
Kepala Museum Maritim Indonesia Tinia Budiati mengatakan generasi milenial cenderung menyukai tempat-tempat yang menyuguhkan suasana dan pengalaman baru.
"Mereka juga menyukai destinasi yang "instagramable" atau bisa dipakai untuk narsis dan swafoto. Saya yakin, kalau ada tempat seperti itu mereka akan datang ke museum," kata Tinia.
"Kalau mau tahu apa itu prestasi, pergilah ke museum. Sebab di museum disimpan artefak atau benda-benda yang merupakan puncak-puncak pencapaian peradaban dari masa lalu," ujar JJ Rizal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
Berbagai peninggalan yang ada di museum, merupakan warisan luhur agar dijadikan pelajaran bagi tatanan bangsa, sehingga memiliki pedoman dan rujukan dalam perjalanan hidup ke depan.
"Sejarah bercerita melalui aneka artefak itu sehingga kita bisa belajar, menarik inspirasi sekaligus menimbang apa yang kita sudah cukup berprestasi dan apa juga telah menjadi generasi yang lebih baik dari generasi lalu," ujar dia.
Rizal menilai respons generasi muda terhadap keberadaan museum cukup bagus, tetapi tetap perlu didorong. Hal ini salah satunya karena banyak museum yang kondisinya tidak bagus, terutama terkait bagaimana membangun narasi dari artefaknya.
"Orientasinya masih jumlah pengunjung, bukan nilai yang didengungkan," kata dia.
Ia menambahkan, setiap museum harusnya jadi lokasi yang layak swafoto atau "instagramable". Sebab memiliki material, dari bangunan sampai koleksi bernilai sejarah yang bagus.
Namun harus tetap memiliki narasi yang baik.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (AMIDA TMII) Sigit Gunarjo mengatakan, sejak diresmikan 1975, TMII telah memiliki 21 museum.
"Dalam rentang 1975-1996, pembangunan 16 museum dikawal langsung oleh pendirinya Ibu Tien Soeharto," ujar Sigit.
Sigit menjelaskan, dalam membuat perencanaan pembangunan museum-museum di TMII, Ibu Tien membentuk tim khusus yang melakukan studi banding dengan museum di negara Eropa dan Amerika, yang mengkaji pengelolaan museum, arsitektur, tata pamer, sarana dan prasarana serta program edukasi museum.
Kepala Museum Maritim Indonesia Tinia Budiati mengatakan generasi milenial cenderung menyukai tempat-tempat yang menyuguhkan suasana dan pengalaman baru.
"Mereka juga menyukai destinasi yang "instagramable" atau bisa dipakai untuk narsis dan swafoto. Saya yakin, kalau ada tempat seperti itu mereka akan datang ke museum," kata Tinia.