Denpasar (ANTARA) - Seniman dari Bali, Singapura dan Amerika menampilkan kolaborasi wayang inovatif bertajuk "He Who Saw the Deep" atau "Dia yang Telah Melihat Paling Dalam" dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-41 tahun 2019 di Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar.
"Ini kolaborasi pertama yang dilakukan dengan orang luar Singapura. Jadi saya sangat senang memproduseri garapan ini," kata Elena Yeo, produser garapan wayang inovatif yang ditemui di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam.
Berawal dari sebuah pertunjukkan wayang di Singapura pada tahun 2017, sejak itu Elena merasa jatuh cinta terhadap uniknya kesenian wayang kulit.
Sewaktu di Singapura, Elena yang mulanya sebagai pemain teater dan kini merambah sebagai produser merasa bahwa dirinya harus berkolaborasi dengan dalang asal Bali yang ditemuinya kala itu yakni I Kadek Budi Setiawan.
Dua tahun kemudian, segala diskusi dan kontemplasi akhirnya tahun 2019 dapat terlahir sebuah garapan kolaborasi yang mengangkat cerita paling kuno yang berada di Kota Uruk (sekarang disebut Irak).
Garapan wayang inovatif "Dia yang Telah Melihat Paling Dalam" ini mengisahkan perjalanan Raja Gilgamesh yang telah menemukan pencerahan. Bagian terdalam antara ruang kehidupan dan kematian yang dikunjungi Gilgamesh mengingatkan dirinya bahwa semestinya ia lebih peduli kepada alam dan orang yang mencintainya.
Selama kurang lebih dua jam, garapan He Who Saw The Deep membawa para penonton ke dalam cerita kuno yang digarap dengan apik dalam pesta kesenian tahunan terbesar di Pulau Dewata itu.
I Kadek Budi Setiawan dan I Wayan Mardika memainkan wayang dengan apiknya, diiringi pula oleh pencerita dari Amerika yakni Shawn M. Nyanyian indah berbahasa Indonesia dan Inggris dilantunkan dengan indah oleh Ayu Sada dengan pakem kidung khas Bali.
Perpindahan latar kisah cukup berkesan yang memadukan aspek modern dengan tradisi. Keikutsertaan I Kadek Budi Setiawan dalam garapan ini sebagai bentuk upaya melestarikan seni pewayangan.
Dengan adanya sebuah inovasi dan kolaborasi lintas negara ini Budi berharap agar kesenian wayang kian diminati masyarakat di tengah era global seperti sekarang ini. "Wayang itu tidak boleh tenggelam, wayang itu tidak boleh mati, wayang itu harus selalu hidup," kata Budi berpesan.
Rencananya, seusai dipentaskan dalam PKB ke-41, garapan kolaborasi ini akan ditampilkan pula di Singapura.
"Ini kolaborasi pertama yang dilakukan dengan orang luar Singapura. Jadi saya sangat senang memproduseri garapan ini," kata Elena Yeo, produser garapan wayang inovatif yang ditemui di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam.
Berawal dari sebuah pertunjukkan wayang di Singapura pada tahun 2017, sejak itu Elena merasa jatuh cinta terhadap uniknya kesenian wayang kulit.
Sewaktu di Singapura, Elena yang mulanya sebagai pemain teater dan kini merambah sebagai produser merasa bahwa dirinya harus berkolaborasi dengan dalang asal Bali yang ditemuinya kala itu yakni I Kadek Budi Setiawan.
Dua tahun kemudian, segala diskusi dan kontemplasi akhirnya tahun 2019 dapat terlahir sebuah garapan kolaborasi yang mengangkat cerita paling kuno yang berada di Kota Uruk (sekarang disebut Irak).
Garapan wayang inovatif "Dia yang Telah Melihat Paling Dalam" ini mengisahkan perjalanan Raja Gilgamesh yang telah menemukan pencerahan. Bagian terdalam antara ruang kehidupan dan kematian yang dikunjungi Gilgamesh mengingatkan dirinya bahwa semestinya ia lebih peduli kepada alam dan orang yang mencintainya.
Selama kurang lebih dua jam, garapan He Who Saw The Deep membawa para penonton ke dalam cerita kuno yang digarap dengan apik dalam pesta kesenian tahunan terbesar di Pulau Dewata itu.
I Kadek Budi Setiawan dan I Wayan Mardika memainkan wayang dengan apiknya, diiringi pula oleh pencerita dari Amerika yakni Shawn M. Nyanyian indah berbahasa Indonesia dan Inggris dilantunkan dengan indah oleh Ayu Sada dengan pakem kidung khas Bali.
Perpindahan latar kisah cukup berkesan yang memadukan aspek modern dengan tradisi. Keikutsertaan I Kadek Budi Setiawan dalam garapan ini sebagai bentuk upaya melestarikan seni pewayangan.
Dengan adanya sebuah inovasi dan kolaborasi lintas negara ini Budi berharap agar kesenian wayang kian diminati masyarakat di tengah era global seperti sekarang ini. "Wayang itu tidak boleh tenggelam, wayang itu tidak boleh mati, wayang itu harus selalu hidup," kata Budi berpesan.
Rencananya, seusai dipentaskan dalam PKB ke-41, garapan kolaborasi ini akan ditampilkan pula di Singapura.