Makassar (ANTARA) - Sejumlah warung coto yang ada di Makassar dan sekitarnya, Minggu diserbu warga karena sudah menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Bugis Makassar, Sulawesi Selatan untuk makan Coto Makassar menyambut bulan suci Ramadhan.
"Setiap mau masuk Ramadhan, memang kami selalu menyiapkan waktu untuk makan coto bareng keluarga. Ini bukan hal wajib tapi seperti tradisi jelang Ramadhan," ungkap Supriadi di Warung Coto Paraikatte di Takalar Sulawesi Selatan, Minggu.
Menikmati kuliner khas Makassar ini memang menjadi tradisi masyarakat menyambut bulan suci Ramadhan, sebab untuk menjajakan kuliner dengan bahan baku daging sapi atau kerbau tersebut biasanya hanya bisa diperoleh pada siang hari, jarang pedagang menjual di malam hari.
Alhasil, menikmati kuliner yang satu ini sepertinya menjadi hal wajib bagi sebagian besar masyarakat Bugis Makassar, terlebih bagi warga yang berdomisili di daerah.
"Beda kalau di Makassar, ada penjual coto begadang, kalau di sini (Takalar) jarang ada. Padahal penjual coto paling enak itu banyak berasal dari kampung kami," ungkap Adi sapaannya.
Senada, ungkapan Supriadi dibenarkan penjual Coto Makassar, Daeng Bunga. Ia mengaku omzetnya meningkat beberapa hari menjelang bulan puasa.
Pelanggan yang semakin membanjiri warung cotonya mengharuskan Daeng Bunga menyiapkan stok daging tiga kali lipat dari biasanya.
"Alhamdulillah semenjak mau Ramadhan, pembeli sangat banyak, apalagi tiga hari ini, kita menjual hanya sampai sore, kadang siang jam 2 juga sudah habis," ungkap Daeng Bunga, pemilik warung Coto Paraikatte.
Oleh karena itu, Ramadhan penuh berkah ialah kalimat yang memang dianggap Daeng Bunga sangat pantas disematkan untuk bulan suci umat Islam.
Penjualan pada bulan puasa mungkin saja akan menurun karena aktivitas puasa, tetapi bulan Ramadhan dianggap membawa berkah tersendiri bagi pedagang, khususnya penjaja kuliner khas Makassar ini.
"Rencana kami akan buka jam 5 sore sampai jam 7 malam kalau bulan Ramadhan, karena biasanya ada pengunjung yang singgah buka puasa di sini. Tapi memang waktunya tidak lama karena kami juga mau tarawih," tandasnya.
Sementara seorang penikmat Coto Makassar, Nur Hidayat mengemukakan, dirinya bersama keluarga telah menyambangi penjual coto favoritnya yang ada di sudut pasar tradisional.
"Kan warungnya terbuka jika pasar saja, jadi memang wajib ke warung coto favorit keluarga kami sebelum puasa, karena pasti tidak buka saat Ramadhan," ungkapnya.
"Setiap mau masuk Ramadhan, memang kami selalu menyiapkan waktu untuk makan coto bareng keluarga. Ini bukan hal wajib tapi seperti tradisi jelang Ramadhan," ungkap Supriadi di Warung Coto Paraikatte di Takalar Sulawesi Selatan, Minggu.
Menikmati kuliner khas Makassar ini memang menjadi tradisi masyarakat menyambut bulan suci Ramadhan, sebab untuk menjajakan kuliner dengan bahan baku daging sapi atau kerbau tersebut biasanya hanya bisa diperoleh pada siang hari, jarang pedagang menjual di malam hari.
Alhasil, menikmati kuliner yang satu ini sepertinya menjadi hal wajib bagi sebagian besar masyarakat Bugis Makassar, terlebih bagi warga yang berdomisili di daerah.
"Beda kalau di Makassar, ada penjual coto begadang, kalau di sini (Takalar) jarang ada. Padahal penjual coto paling enak itu banyak berasal dari kampung kami," ungkap Adi sapaannya.
Senada, ungkapan Supriadi dibenarkan penjual Coto Makassar, Daeng Bunga. Ia mengaku omzetnya meningkat beberapa hari menjelang bulan puasa.
Pelanggan yang semakin membanjiri warung cotonya mengharuskan Daeng Bunga menyiapkan stok daging tiga kali lipat dari biasanya.
"Alhamdulillah semenjak mau Ramadhan, pembeli sangat banyak, apalagi tiga hari ini, kita menjual hanya sampai sore, kadang siang jam 2 juga sudah habis," ungkap Daeng Bunga, pemilik warung Coto Paraikatte.
Oleh karena itu, Ramadhan penuh berkah ialah kalimat yang memang dianggap Daeng Bunga sangat pantas disematkan untuk bulan suci umat Islam.
Penjualan pada bulan puasa mungkin saja akan menurun karena aktivitas puasa, tetapi bulan Ramadhan dianggap membawa berkah tersendiri bagi pedagang, khususnya penjaja kuliner khas Makassar ini.
"Rencana kami akan buka jam 5 sore sampai jam 7 malam kalau bulan Ramadhan, karena biasanya ada pengunjung yang singgah buka puasa di sini. Tapi memang waktunya tidak lama karena kami juga mau tarawih," tandasnya.
Sementara seorang penikmat Coto Makassar, Nur Hidayat mengemukakan, dirinya bersama keluarga telah menyambangi penjual coto favoritnya yang ada di sudut pasar tradisional.
"Kan warungnya terbuka jika pasar saja, jadi memang wajib ke warung coto favorit keluarga kami sebelum puasa, karena pasti tidak buka saat Ramadhan," ungkapnya.