Indonesia diperkirakan akan menjadi pendatang yang menonjol dalam pasar penerbangan terbesar di dunia, dari peringkat ke-10 pada 2017 menjadi ke-4 pada 2030 seperti dikutip laman resmi IATA yang dipantau Antara di Beijing, Minggu.
Dalam grafik 10 besar pasar penumpang pesawat udara selama periode 2017-2037 yang dilansir laman tersebut, Indonesia menunjukkan tren peningkatan.
Selama periode 2018-2019, Indonesia naik peringkat ke-9 sekaligus menggeser posisi Prancis yang turun di posisi ke-10.
Kemudian pada periode 2030-2037, Indonesia beranjak ke posisi ke-4 untuk menggeser Inggris dan Spanyol yang masing-masing akan bertengger di posisi ke-5 dan ke-6.
Dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut posisi Indonesia berada di bawah China, Amerika Serikat, dan India.
IATA dalam laporannya itu juga menyebutkan bahwa pada pertengahan 2020, China akan menggeser AS dari posisi teratas. AS harus puas di posisi ke-2.
Sementara India akan menggeser Inggris di posisi ke-3 pada 2024. Pada saat itu posisi Indonesia masih di peringkat ke-8 menggeser Italia.
IATA juga memperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penumpang pesawat secara global hingga dua kali lipat menjadi 8,2 miliar pada 2037.
"Penerbangan sedang tumbuh dan menghasilkan keuntungan bagi dunia. Peningkatan penumpang dua kali lipat dalam 20 tahun mendatang dapat menciptakan 100 juta lowongan kerja global. Ada dua hal penting dari peningkatan itu. Pertama kami melihat adanya perubahan lalu lintas udara yang lebih mengarah ke Timur. Dan kedua, kami meramalkan dampak negatif terhadap pertumbuhan penerbangan jika kebijakan proteksionisme diterapkan secara ketat dan rerstriktif," kata CEO IATA Alexandre de Juniac.
Menurut dia, kawasan Asia-Pasifik akan mengalami pertumbuhan jumlah penumpang lebih dari separuh pada 20 tahun mendatang.
Pertumbuhan pesat tersebut dilatarbelakangi oleh pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan meningkatnya pendapatan keluarga yang didukung oleh profil populasi dan demografi.