Yangon (Antara/Reuters) - Istri wartawan Reuters Wa Lone, yang dipenjara dan diancam hukuman hingga 14 tahun penjara di Myanmar karena diduga melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi masa penjajahan, melahirkan bayi perempuan pada Jumat.

Wa Lone, 32 tahun, dan rekannya Kyaw Soe Oo, 28 tahun, ditahan sejak Desember dan dituduh mendapatkan naskah rahasia negara dalam perkara secara luas dilihat sebagai ujian kebebasan pers di negara Asia Tenggara itu.

Istri Wa Lone, Pan Ei Mon, di rumah sakit di Yangon pada Jumat pagi melahirkan bayi perempuan bernama Thet Htar Angel. Ia anak pertama pasangan tersebut.

"Saya berharap Wa Lone bebas sejak sebelum saya tahu saya hamil dan sekarang, saya lebih lagi ingin dia bebas," kata Pan Ei Mon, 35, saat menggendong bayi itu.

Wa Lone ditahan dalam sebagian besar waktu istrinya hamil.

Laporan Khusus Reuters diterbitkan pada Rabu menelusuri kehidupan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang ditangkap saat meliput pembantaian 10 pria Muslim di Myanmar pada tahun lalu.

Pembunuhan itu terjadi dalam penumpasan oleh tentara, yang badan Perserikatan Bangsa-Bangsa katakan memicu sekitar 700.000 orang lari ke Bangladesh.

Pengadilan Myanmar, yang menyidangkan perkara terhadap Wa Lone dan Kyaw Soe Oo itu, akan mendengar alasan terakhir pada 20 Agustus dan hakim Ye Lwin akan mengeluarkan amar dalam beberapa pekan berikutnya.

Wartawan itu menyatakan tidak bersalah atas dakwaan tersebut dan mengatakan kepada pengadilan bagaimana mereka terperangkap oleh polisi, yang menaruh naskah itu pada mereka.

Stephen J. Adler, kepala dan pemimpin redaksi Reuters, mengucapkan selamat kepada pasangan itu atas kelahiran putri mereka.

"Sementara ini seharusnya menjadi saat sukacita besar bagi mereka, adalah menyedihkan bahwa Wa Lone tidak hadir pada saat kelahiran putrinya karena tetap dipenjara akibat tuduhan tidak berdasar," katanya.

"Kami akan terus melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung mereka dalam pemisahan sulit ini dan kami tetap berharap bahwa Wa Lone dan Kyaw Soe Oo segera dibebaskan dan bersatu kembali dengan keluarga mereka," demikian Stephen Adler.

Penerjemah: B. Soekapdjo/M. Anthoni)


 

Pewarta : -
Editor : Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024