Palembang (ANTARA News Sumsel) - Indonesia memastikan pengamanan penyelenggaraan Asian Games 2018 dan Asian Para Games yang segera menyusul kemudian, sesuai dengan standar internasional yang telah ditetapkan Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Komite Paralimpiade Asia (APC).
Semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan Asian Games 2018 harus memiliki tanda pengenal yang terakreditasi. Ini berlaku pula bagi masyarakat yang ingin menonton langsung pertandingan-pertandingan Asian Games, baik di Jakarta maupun di Palembang pada 18 Agustus-2 September mendatang yang diharuskan memiliki tanda pengenal.
Berkaitan dengan pengamanan berstandar internasional ini, Polri sangat serius dalam penyiapkan institusinya. Khusus di Palembang, sebanyak 6.000 personel disiapkan untuk menyambut kedatangan para tamu negara yakni atlet dan ofisial yang diperkirakan mencapai 10.000 orang.
Meski jumlah ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Jakarta yang menyiapkan sekitar 200.000 personel, namun jumlah 6.000 orang anggota Polri dirasa cukup karena Polda Sumsel juga dibantu 900 personel TNI. Kedua institusi juga menyiapkan personel cadangan dengan total 3.000 orang.
Sejumlah anggota Polri melakukan simulasi pengamanan Asian Games pada peringatan HUT Bhayangkara ke 72 di Mako Brimob Polda Sumsel . (ANTARA News Sumsel/Feny Selly)
Untuk sarana dan prasarana, Mabes Polri sudah menyerahkan 185 kendaraan patroli roda dua untuk memudahkan gerak ribuan personel ini dalam pamantauan dan berkoordinasi. Sedangkan sarana dan prasarana lain juga sangat memadai terutama kendaraan-kendaraan reaksi cepat.
Belum lagi, adanya sarana infrastruktur pendukung lainnya seperti 250 kamera pemantau atau CCTV yang tersebar di sejumlah titik kota Palembang dan adanya Pusat Kontrol Reaksi Cepat "Lawang Jabo" di Balai Kota Palembang.
Selama penyelenggaraan olahraga multicabang dari 45 negara ini, sistem pengamanan yang diterapkan pun berbeda dibandingkan pengamanan umum yang biasa dilakukan Polri dan TNI.
Ribuan personel ini akan menerapkan sistem pengamanan berlapis di venue atau arena olahraga, tempat-tempat keramaian, mal, pasar, dan destinasi wisata. Dalam pola pengamanan berlapis ini, ring 1 akan mencakup tempat pertandingan, tribun penonton dan pintu masuk areal, ring 2 sekitar venue, dan ring 3 seperti areal luar venue.
Sasaran operasi akan dibagi menjadi empat tahap yaitu orang, benda, lokasi dan kegiatan. Petugas kepolisian akan menjaga lokasi pertandingan, akses keluar masuk venue, bahkan penjagaan venue 1 x 24 jam.
Untuk memberikan rasa aman, Polda Sumsel juga menyiapkan CCTV yang akan dipasang di semua venue dengan total 78 titik.
Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Zulkarnain Adinegara memastikan personelnya siap menjalankan tugas karena sejak Sumsel dipercaya menjadi tuan rumah telah dilakukan sejumlah simulasi. Baik simulasi antiteror maupun simulasi pengamanan tamu negara VIP dan VVIP.
"Ada namanya simulasi deteksi dini, dan itu sudah dilatih di Palembang beberapa bulan lalu di Stadion Akuatik Jakabaring Sport City, demikian juga simulasi pengamanan di hotel tempat tamu VIP dan VVIP sudah dilakukan di Hotel Grand Inna Daira," kata Kapolda di Palembang, Selasa (17/7).
Menurutnya, kunci keberhasilan pengamanan suatu kegiatan itu terletak pada dua hal yakni kecepatan dan ketepatan dalam bertindak. Untuk itu, pengamanan berlapis sangat ampuh untuk mengantisipasi segala macam kemungkinan.
Terkait ancaman aksi terorisme, Polda Sumsel telah memetakan beberapa daerah yang rawan untuk deteksi dini. "Terorisme ini menjadi ancaman di seluruh daerah, tak terkecuali di Palembang. Saat ini, `source` (sumber daya) yang ada sudah kami sebar untuk memastikan semuanya dalam keadaan aman," kata Kapolda.
Khusus di Palembang, fokus Polri bukan hanya tertuju pada aksi terorisme tapi juga kejahatan konvensional atau kejahatan jalanan seperti perampokan, penondongan, dan penjambretan. Maklum saja, angka `street crime` di Palembang terbilang tinggi dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.
"Kami tidak akan mengenal kompromi ke pelaku-pelaku begal, selain tembak di tempat," kata Zulkarnain.
Wakapolri Komjen Syafruddin saat kunjungannya ke Kompleks Olahraga Jakabaring Sport City Palembang beberapa waktu lalu menyatakan, kepolisian menyiapkan personel dengan jumlah sangat besar untuk mengamankan Asian Games 2018 dengan total 900.000 orang yang tersebar di empat kota.
Sejumlah pelaku preman dan pengamen diamankan di markas Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumatera Selatan di Palembang.(ANTARA News Sumsel/Feny Selly)
Syafruddin menyatakan, pengamanan baik secara tertutup maupun terbuka akan dioptimalkan termasuk di dalamnya adalah intelijen, investigasi, maupun penerjunan personel langsung ke lapangan. "Back up intelijen dan investigasi, kami tingkatkan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi," kata dia.
Super Ketat
Pengamanan Wisma Atlet di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, yang menjadi tempat atlet dan ofisial menginap bakal super ketat. Ini untuk memastikan tidak dapat disusupi pihak yang tidak berkepentingan.
Ketua Panitia Daerah Penyelenggaran Asian Games 2018 Provinsi Sumatera Selatan Muddai Madang mengatakan, panitia daerah hanya akan membuka satu akses pintu masuk sesuai dengan permintaan Dewan Olimpiade Asia (OCA).
"Di pintu utama itu, akan ada alat pemindai sehingga siapa saja yang masuk ke Wisma Atlet sudah dipastikan `clear`," kata Muddai yang menjabat sebagai Wakil Ketua KOI ini.
Untuk memastikan keamanan atlet dan ofisial, wisma atlet ini meliputi Wisma Atlet yang lama, Rusunawa dan Dinning Hall akan dianggap sebagai satu kawasan terintegrasi dengan tingkat keamanan tertinggi.
Panitia akan menutup akses jalan yang berada di kawasan tersebut sehingga tidak ada pintu lain selain pintu utama. Selain itu, pemberlakuan penggunaan kartu identitas yang sudah terakreditasi juga akan berlangsung ketat.
"Jangankan atlet dan ofisial, panitia daerah juga tidak sembarangan yang boleh masuk, meski ia seseorang yang berprofesi sebagai polisi. Hanya yang memiliki logo khusus yang boleh masuk ke kawasan wisma atlet," ujar Muddai.
Sebelumnya, OCA meminta Indonesia selaku tuan rumah Asian Games menerapkan standar keamanan yang biasa dilakukan ajang multi event setaraf olimpiade dan Asian Games. Hal ini terkait dengan adanya serentetan aksi teror beberapa waktu lalu di Surabaya dan Pekan Baru.
Meski tidak terjadi di Palembang dan Jakarta sebagai penyelenggara pertandingan Asian Games, OCA tetap menginginkan standar keamanan diperketat saat Asian Games dihelat 18 Agustus-2 September 2018.
Sejatinya bukan hanya OCA yang mengingatkan.
Menarik untuk menyimak surat pembaca yang dilayangkan seorang warga Kota Palembang ke Kapolda Sumatera Selatan melalui salah satu media online lokal arus utama, belum lama ini.
Di surat tersebut, warga meminta Kapolda Sumsel dan jajarannya untuk tidak menganggap remeh kejadian teror yang melanda sejumlah kota di Tanah Air karena Palembang akan menggelar Asian Games XVIII bersama Kota Jakarta.
Sebenarnya hal ini pula yang menjadi harapan bangsa Indonesia, yakni bagaimana caranya agar perhelatan akbar multicabang olahraga negara-negara se-Asia dapat terselenggara dengan baik, aman dan terkendali.
Acara bertaraf internasional seperti Asian Games memang berpotensi menjadi incaran teroris, sehingga langkah antisipasi, kewaspadaan dan sinergi berbagai pihak perlu dilakukan.
Asian Games di Indonesia diharapkan zero attack, zero accident seperti yang pernah dilakukan Korea Selatan saat mengadakan Asian Games 2014 di Incheon dan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang.
Indonesia juga harus termotivasi dengan keberhasilan Rusia dalam menyelenggarakan Piala Dunia 2018 karena negara ini sudah lama diancam oleh kelompok militan, terutama ISIS, namun dapat menyelenggarakan ajang akbar tersebut dengan sukses.
Semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan Asian Games 2018 harus memiliki tanda pengenal yang terakreditasi. Ini berlaku pula bagi masyarakat yang ingin menonton langsung pertandingan-pertandingan Asian Games, baik di Jakarta maupun di Palembang pada 18 Agustus-2 September mendatang yang diharuskan memiliki tanda pengenal.
Berkaitan dengan pengamanan berstandar internasional ini, Polri sangat serius dalam penyiapkan institusinya. Khusus di Palembang, sebanyak 6.000 personel disiapkan untuk menyambut kedatangan para tamu negara yakni atlet dan ofisial yang diperkirakan mencapai 10.000 orang.
Meski jumlah ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan Jakarta yang menyiapkan sekitar 200.000 personel, namun jumlah 6.000 orang anggota Polri dirasa cukup karena Polda Sumsel juga dibantu 900 personel TNI. Kedua institusi juga menyiapkan personel cadangan dengan total 3.000 orang.
Untuk sarana dan prasarana, Mabes Polri sudah menyerahkan 185 kendaraan patroli roda dua untuk memudahkan gerak ribuan personel ini dalam pamantauan dan berkoordinasi. Sedangkan sarana dan prasarana lain juga sangat memadai terutama kendaraan-kendaraan reaksi cepat.
Belum lagi, adanya sarana infrastruktur pendukung lainnya seperti 250 kamera pemantau atau CCTV yang tersebar di sejumlah titik kota Palembang dan adanya Pusat Kontrol Reaksi Cepat "Lawang Jabo" di Balai Kota Palembang.
Selama penyelenggaraan olahraga multicabang dari 45 negara ini, sistem pengamanan yang diterapkan pun berbeda dibandingkan pengamanan umum yang biasa dilakukan Polri dan TNI.
Ribuan personel ini akan menerapkan sistem pengamanan berlapis di venue atau arena olahraga, tempat-tempat keramaian, mal, pasar, dan destinasi wisata. Dalam pola pengamanan berlapis ini, ring 1 akan mencakup tempat pertandingan, tribun penonton dan pintu masuk areal, ring 2 sekitar venue, dan ring 3 seperti areal luar venue.
Sasaran operasi akan dibagi menjadi empat tahap yaitu orang, benda, lokasi dan kegiatan. Petugas kepolisian akan menjaga lokasi pertandingan, akses keluar masuk venue, bahkan penjagaan venue 1 x 24 jam.
Untuk memberikan rasa aman, Polda Sumsel juga menyiapkan CCTV yang akan dipasang di semua venue dengan total 78 titik.
Kapolda Sumatera Selatan Irjen Pol Zulkarnain Adinegara memastikan personelnya siap menjalankan tugas karena sejak Sumsel dipercaya menjadi tuan rumah telah dilakukan sejumlah simulasi. Baik simulasi antiteror maupun simulasi pengamanan tamu negara VIP dan VVIP.
"Ada namanya simulasi deteksi dini, dan itu sudah dilatih di Palembang beberapa bulan lalu di Stadion Akuatik Jakabaring Sport City, demikian juga simulasi pengamanan di hotel tempat tamu VIP dan VVIP sudah dilakukan di Hotel Grand Inna Daira," kata Kapolda di Palembang, Selasa (17/7).
Menurutnya, kunci keberhasilan pengamanan suatu kegiatan itu terletak pada dua hal yakni kecepatan dan ketepatan dalam bertindak. Untuk itu, pengamanan berlapis sangat ampuh untuk mengantisipasi segala macam kemungkinan.
Terkait ancaman aksi terorisme, Polda Sumsel telah memetakan beberapa daerah yang rawan untuk deteksi dini. "Terorisme ini menjadi ancaman di seluruh daerah, tak terkecuali di Palembang. Saat ini, `source` (sumber daya) yang ada sudah kami sebar untuk memastikan semuanya dalam keadaan aman," kata Kapolda.
Khusus di Palembang, fokus Polri bukan hanya tertuju pada aksi terorisme tapi juga kejahatan konvensional atau kejahatan jalanan seperti perampokan, penondongan, dan penjambretan. Maklum saja, angka `street crime` di Palembang terbilang tinggi dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia.
"Kami tidak akan mengenal kompromi ke pelaku-pelaku begal, selain tembak di tempat," kata Zulkarnain.
Wakapolri Komjen Syafruddin saat kunjungannya ke Kompleks Olahraga Jakabaring Sport City Palembang beberapa waktu lalu menyatakan, kepolisian menyiapkan personel dengan jumlah sangat besar untuk mengamankan Asian Games 2018 dengan total 900.000 orang yang tersebar di empat kota.
Syafruddin menyatakan, pengamanan baik secara tertutup maupun terbuka akan dioptimalkan termasuk di dalamnya adalah intelijen, investigasi, maupun penerjunan personel langsung ke lapangan. "Back up intelijen dan investigasi, kami tingkatkan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi," kata dia.
Super Ketat
Pengamanan Wisma Atlet di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, yang menjadi tempat atlet dan ofisial menginap bakal super ketat. Ini untuk memastikan tidak dapat disusupi pihak yang tidak berkepentingan.
Ketua Panitia Daerah Penyelenggaran Asian Games 2018 Provinsi Sumatera Selatan Muddai Madang mengatakan, panitia daerah hanya akan membuka satu akses pintu masuk sesuai dengan permintaan Dewan Olimpiade Asia (OCA).
"Di pintu utama itu, akan ada alat pemindai sehingga siapa saja yang masuk ke Wisma Atlet sudah dipastikan `clear`," kata Muddai yang menjabat sebagai Wakil Ketua KOI ini.
Untuk memastikan keamanan atlet dan ofisial, wisma atlet ini meliputi Wisma Atlet yang lama, Rusunawa dan Dinning Hall akan dianggap sebagai satu kawasan terintegrasi dengan tingkat keamanan tertinggi.
Panitia akan menutup akses jalan yang berada di kawasan tersebut sehingga tidak ada pintu lain selain pintu utama. Selain itu, pemberlakuan penggunaan kartu identitas yang sudah terakreditasi juga akan berlangsung ketat.
"Jangankan atlet dan ofisial, panitia daerah juga tidak sembarangan yang boleh masuk, meski ia seseorang yang berprofesi sebagai polisi. Hanya yang memiliki logo khusus yang boleh masuk ke kawasan wisma atlet," ujar Muddai.
Sebelumnya, OCA meminta Indonesia selaku tuan rumah Asian Games menerapkan standar keamanan yang biasa dilakukan ajang multi event setaraf olimpiade dan Asian Games. Hal ini terkait dengan adanya serentetan aksi teror beberapa waktu lalu di Surabaya dan Pekan Baru.
Meski tidak terjadi di Palembang dan Jakarta sebagai penyelenggara pertandingan Asian Games, OCA tetap menginginkan standar keamanan diperketat saat Asian Games dihelat 18 Agustus-2 September 2018.
Sejatinya bukan hanya OCA yang mengingatkan.
Menarik untuk menyimak surat pembaca yang dilayangkan seorang warga Kota Palembang ke Kapolda Sumatera Selatan melalui salah satu media online lokal arus utama, belum lama ini.
Di surat tersebut, warga meminta Kapolda Sumsel dan jajarannya untuk tidak menganggap remeh kejadian teror yang melanda sejumlah kota di Tanah Air karena Palembang akan menggelar Asian Games XVIII bersama Kota Jakarta.
Sebenarnya hal ini pula yang menjadi harapan bangsa Indonesia, yakni bagaimana caranya agar perhelatan akbar multicabang olahraga negara-negara se-Asia dapat terselenggara dengan baik, aman dan terkendali.
Acara bertaraf internasional seperti Asian Games memang berpotensi menjadi incaran teroris, sehingga langkah antisipasi, kewaspadaan dan sinergi berbagai pihak perlu dilakukan.
Asian Games di Indonesia diharapkan zero attack, zero accident seperti yang pernah dilakukan Korea Selatan saat mengadakan Asian Games 2014 di Incheon dan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang.
Indonesia juga harus termotivasi dengan keberhasilan Rusia dalam menyelenggarakan Piala Dunia 2018 karena negara ini sudah lama diancam oleh kelompok militan, terutama ISIS, namun dapat menyelenggarakan ajang akbar tersebut dengan sukses.