Padang (ANTARA News Sumsel) - Tak lengkap rasanya jika mudik ke Sumatera Barat tanpa menikmati sajian kuliner lezat yang tersedia di sepanjang jalur utama Padang menuju Bukittinggi.
Sebagai jalur padat saat mudik Lebaran, beragam pilihan makanan tersedia lengkap mulai dari sarapan, kudapan hingga makanan berat tak lupa minuman khas seperti teh telur.
Meski pengemudi harus menembus kemacetan untuk menempuh jalur yang berjarak 100 kilometer tersebut , namun kelelahan dapat terobati dengan menyantap beragam hidangan.
Perjalanan dimulai dari Padang pemudik dapat membeli buah yang menjadi ikon kota Padang yaitu bengkuang tepatnya kawasan Duku yang terletak di batas kota.
Belasan penjaja buah berwarna putih hadir di sepanjang jalan selepas Pasar Lubuk Buaya, para pedagang menyusun bengkuang dalam untaian dengan menarik.
Belilah agak serenjeng (untai) sebagai buah tangan dari Kota Padang untuk dihadiahkan kepada sanak famili di kampung.
Harganya pun tidak mahal mulai dari Rp20 ribu hingga Rp40 ribu dan rasanya manis.
Sekitar 20 menit meninggal batas kota Padang atau berjarak 20 kilometer terdapat persinggahan kuliner pertama yang bisa dinikmati yaitu beragam kue dan camilan tradisional yang ditawarkan para ibu-ibu di Pasar Lubuk Alung.
Para ibu tersebut menggunakan baki yang diselimuti plastik menawarkan pisang rebus, telur asin, gorengan khas Pariaman yaitu "sala lauak" dan penganan lainnya.
Begitu pengendara berhenti mereka akan setengah berlari menghampiri dan menawarkan dagangan.
"Balilah pak, buk, pisang abuih, talua asin," (belilah pak ibu pisang rebus, telur asin), ucap mereka menawarkan dagangannya.
Di sini tersedia pisang kepok rebus yang masih panas dengan aroma harum dan rasanya yang manis sebagai pengganjal perut. Tak lupa telur asin sebagai penambah tenaga.
Namun sebelum Pasar Lubuk Alung bagi yang memang belum sempat makan maka bisa bersantap di rumah makan yang berada di tempat tersebut juga yang lokasinya sebelum perlintasan rel kereta api dengan menu spesifik ikan bakar.
Jangan khawatir soal tempat parkir karena rumah makan ini memiliki halaman yang luas serta daya tampung yang memadai.
Beragam menu khas Minang bisa dinikmati di sini dan salah satu yang spesifik adalah jus pinang.
Selepas dari Pasar Lubuk Alung menempuh perjalanan sejauh 10 kilometer pengendara akan tiba di Kiambang.
Di kawasan ini juga hadir beberapa rumah makan dengan menu khas ikan bakar yang langsung ditangkap dari kolam.
Daerah ini memang dikenal sebagai tempat budidaya ikan air tawar dan selepas puncak kiambang pada sisi kiri akan terlihat puluhan kolam ikan.
Terus menuju ke Kayu Tanam yang hanya berjarak 11 kilometer dari Puncak Kiambang pengendara akan tiba di Pasar Kayu Tanam.
Beragam camilan tradisional juga bisa dijumpai di sini sebagaimana di Pasar Lubuk Alung.
Namun yang istimewa di Kayu Tanam adalah si raja buah durian yang dikenal lezat dan harum. Jika sedang musim akan terpajang di sisi kiri dan kanan jalan.
Durian Kayu Tanam dikenal besar dan harum, rasanya pun lezat apalagi jika pembeli pintar memilih buah yang berkualitas.
Hanya delapan kilometer dari Pasar Kayu Tanam pemudik akan memasuki kawasan Cagar Alam Lembah Anai yang sejuk dan kaya udara segar.
Pepohonan rindang di perbukitan dan hutan yang masih asri merupakan daya tarik kawasan ini plus keberadaan air terjun Lembah Anai yang berada di sisi kiri jalan Padang-Bukittinggi.
Sebelum memasuki Lembah Anai terdapat pangkalan penjual perkedel jagung atau paragede hangat yang gurih dan terasa jagungnya.
"Paragede jaguang angek, paragede jaguang angek," (perkedel jagung hangat), teriak penjaja kepada penumpang mobil yang berhenti di pangkalan Makanan tersebut dikemas sedemikian rupa oleh para pedagangnya perkedel jagung masih hangat akan mengundang selera dan ditambah hawa dingin di kawasan itu menjadi kian nikmat merasakan paduan jagung muda manis bercampur gurih.
Jika beberapa tahun silam penjaja perkedel berjualan dengan mengasong dari satu bus ke bus lain yang melintas di sepanjang jalur Lembah Anai hingga ke Koto Baru, kini mereka sudah punya pangkalan khusus sehingga tak susah mencarinya.
Selepas Lembah Anai dengan medan yang penuh tanjakan dan turunan setelah menempuh jarak sekitar tujuh kilometer akan tiba di kawasan Silaing yang terkenal dengan sate.
Dua lokasi sate ternama di kawasan ini adalah Sate Mak Syukur dan Sate Saiyo dengan kuah khas berwarna kuning kecoklatan.
Sate Mak Syukur merupakan kuliner legendaris di jalur Padang - Bukitinggi karena menjadi incaran pengemudi untuk bersantap sembari melepas penat.
Tak heran hingga rombongan pejabat negara mulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden Jokowi pernah menikmati kelezatan sate yang diracik dari daging sapi asal Padang Panjang yang dikenal enak dan berkualitas.
Sepiring sate panas beralaskan daun pisang dengan puluhan tusuk sate tersaji di atasnya, namun belum disiram kuah. Kuahnya disajikan di piring lain, bersama ketupat untuk masing-masing orang.
Setiap orang bisa mengambil sate sepuasnya, ada yang berupa potongan daging ada pula yang pakai lemak. Tidak dipungkiri rasanya memang nikmat ditambah potongan daging sapi besar-besar dan rasa asap sisa pembakaran.
Dengan kuah sate tak terlalu pedas, dan melimpah di tiap piring tak heran jika tempat ini selalu ramai apalagi saat Lebaran karena menjadi incaran perantau.
Bagi yang ingin melanjutkan perjalan ke Bukittinggi dari Silaing ke arah Koto Baru juga terdapat rumah makan yang juga cukup populer yaitu RM Aia Badarun yang berlokasi di Koto Tuo Panyalaian.
Menu khas di tempat ini adalah samba lado cangkuak, asam padeh tarang-tarang. Di sini pengunjung bisa memilih duduk di kursi atau ingin lesehan.
Deretan aneka lauk dihidangkan dalam piring-piring kecil akan membuat pengunjung bingung mana yang akan disantap saking banyaknya pilihan.
Aneka santapan ikan, mulai dari teri, ikan mas, patin, tak hanya itu belut goreng cabai hijau beragam sayuran, urap, gado-gado juga nikmat.
Jangan lupa makan di sini ditutup dengan sepiring bubur kampiun atau kolak candil yang juga lezat.
Selepas RM Aia Badarun masih ada satu camilan khas di Koto Baru yaitu bika si Mariana yang pas disantap selagi panas.
Sejuknya udara di kaki Gunung Marapi yang ada di kawasan itu menjadi saat tepat menyantap bika manis dan hangat.
Terbuat dari adonan sederhana yang terdiri atas tepung beras, kelapa parut dan gula bika dimasak dengan tungku menggunakan kayu bakar.
Menikmati bika nan harum ditemani segelas kopi atau teh hangat sembaru menyaksikan proses pembuatan bika membuat suasana dingin di kaki Gunung Marapi menjadi hangat.
Kenikmatan itu kian sempurna dengan menyaksikan keindahan alam di kaki gunung Marapi yang ada di depannya.
Dari Koto Baru dengan menempuh 20 menit perjalanan atau 12 kilometer pemudik sudah tiba di Kota Bukittinggi yang juga kaya akan beragam kuliner.
Jika masih sanggup mari bergerilya menyantap nasi kapau di Los Lambuang, itiak lado mudo (itik cabai hijau) di Ngarai Sianok. ampiang dadiah, pisang kapik dan lainnya.
Berwisata dari Padang ke Bukittinggi tak perlu khwatir berangkat dengan kondisi lapar karena sepanjang jalan tersaji penganan dengan dua citarasa yaitu yang enak dan enak sekali.
Sebagai jalur padat saat mudik Lebaran, beragam pilihan makanan tersedia lengkap mulai dari sarapan, kudapan hingga makanan berat tak lupa minuman khas seperti teh telur.
Meski pengemudi harus menembus kemacetan untuk menempuh jalur yang berjarak 100 kilometer tersebut , namun kelelahan dapat terobati dengan menyantap beragam hidangan.
Perjalanan dimulai dari Padang pemudik dapat membeli buah yang menjadi ikon kota Padang yaitu bengkuang tepatnya kawasan Duku yang terletak di batas kota.
Belasan penjaja buah berwarna putih hadir di sepanjang jalan selepas Pasar Lubuk Buaya, para pedagang menyusun bengkuang dalam untaian dengan menarik.
Belilah agak serenjeng (untai) sebagai buah tangan dari Kota Padang untuk dihadiahkan kepada sanak famili di kampung.
Harganya pun tidak mahal mulai dari Rp20 ribu hingga Rp40 ribu dan rasanya manis.
Sekitar 20 menit meninggal batas kota Padang atau berjarak 20 kilometer terdapat persinggahan kuliner pertama yang bisa dinikmati yaitu beragam kue dan camilan tradisional yang ditawarkan para ibu-ibu di Pasar Lubuk Alung.
Para ibu tersebut menggunakan baki yang diselimuti plastik menawarkan pisang rebus, telur asin, gorengan khas Pariaman yaitu "sala lauak" dan penganan lainnya.
Begitu pengendara berhenti mereka akan setengah berlari menghampiri dan menawarkan dagangan.
"Balilah pak, buk, pisang abuih, talua asin," (belilah pak ibu pisang rebus, telur asin), ucap mereka menawarkan dagangannya.
Di sini tersedia pisang kepok rebus yang masih panas dengan aroma harum dan rasanya yang manis sebagai pengganjal perut. Tak lupa telur asin sebagai penambah tenaga.
Namun sebelum Pasar Lubuk Alung bagi yang memang belum sempat makan maka bisa bersantap di rumah makan yang berada di tempat tersebut juga yang lokasinya sebelum perlintasan rel kereta api dengan menu spesifik ikan bakar.
Jangan khawatir soal tempat parkir karena rumah makan ini memiliki halaman yang luas serta daya tampung yang memadai.
Beragam menu khas Minang bisa dinikmati di sini dan salah satu yang spesifik adalah jus pinang.
Selepas dari Pasar Lubuk Alung menempuh perjalanan sejauh 10 kilometer pengendara akan tiba di Kiambang.
Di kawasan ini juga hadir beberapa rumah makan dengan menu khas ikan bakar yang langsung ditangkap dari kolam.
Daerah ini memang dikenal sebagai tempat budidaya ikan air tawar dan selepas puncak kiambang pada sisi kiri akan terlihat puluhan kolam ikan.
Terus menuju ke Kayu Tanam yang hanya berjarak 11 kilometer dari Puncak Kiambang pengendara akan tiba di Pasar Kayu Tanam.
Beragam camilan tradisional juga bisa dijumpai di sini sebagaimana di Pasar Lubuk Alung.
Namun yang istimewa di Kayu Tanam adalah si raja buah durian yang dikenal lezat dan harum. Jika sedang musim akan terpajang di sisi kiri dan kanan jalan.
Durian Kayu Tanam dikenal besar dan harum, rasanya pun lezat apalagi jika pembeli pintar memilih buah yang berkualitas.
Hanya delapan kilometer dari Pasar Kayu Tanam pemudik akan memasuki kawasan Cagar Alam Lembah Anai yang sejuk dan kaya udara segar.
Pepohonan rindang di perbukitan dan hutan yang masih asri merupakan daya tarik kawasan ini plus keberadaan air terjun Lembah Anai yang berada di sisi kiri jalan Padang-Bukittinggi.
Sebelum memasuki Lembah Anai terdapat pangkalan penjual perkedel jagung atau paragede hangat yang gurih dan terasa jagungnya.
"Paragede jaguang angek, paragede jaguang angek," (perkedel jagung hangat), teriak penjaja kepada penumpang mobil yang berhenti di pangkalan Makanan tersebut dikemas sedemikian rupa oleh para pedagangnya perkedel jagung masih hangat akan mengundang selera dan ditambah hawa dingin di kawasan itu menjadi kian nikmat merasakan paduan jagung muda manis bercampur gurih.
Jika beberapa tahun silam penjaja perkedel berjualan dengan mengasong dari satu bus ke bus lain yang melintas di sepanjang jalur Lembah Anai hingga ke Koto Baru, kini mereka sudah punya pangkalan khusus sehingga tak susah mencarinya.
Selepas Lembah Anai dengan medan yang penuh tanjakan dan turunan setelah menempuh jarak sekitar tujuh kilometer akan tiba di kawasan Silaing yang terkenal dengan sate.
Dua lokasi sate ternama di kawasan ini adalah Sate Mak Syukur dan Sate Saiyo dengan kuah khas berwarna kuning kecoklatan.
Sate Mak Syukur merupakan kuliner legendaris di jalur Padang - Bukitinggi karena menjadi incaran pengemudi untuk bersantap sembari melepas penat.
Tak heran hingga rombongan pejabat negara mulai dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden Jokowi pernah menikmati kelezatan sate yang diracik dari daging sapi asal Padang Panjang yang dikenal enak dan berkualitas.
Sepiring sate panas beralaskan daun pisang dengan puluhan tusuk sate tersaji di atasnya, namun belum disiram kuah. Kuahnya disajikan di piring lain, bersama ketupat untuk masing-masing orang.
Setiap orang bisa mengambil sate sepuasnya, ada yang berupa potongan daging ada pula yang pakai lemak. Tidak dipungkiri rasanya memang nikmat ditambah potongan daging sapi besar-besar dan rasa asap sisa pembakaran.
Dengan kuah sate tak terlalu pedas, dan melimpah di tiap piring tak heran jika tempat ini selalu ramai apalagi saat Lebaran karena menjadi incaran perantau.
Bagi yang ingin melanjutkan perjalan ke Bukittinggi dari Silaing ke arah Koto Baru juga terdapat rumah makan yang juga cukup populer yaitu RM Aia Badarun yang berlokasi di Koto Tuo Panyalaian.
Menu khas di tempat ini adalah samba lado cangkuak, asam padeh tarang-tarang. Di sini pengunjung bisa memilih duduk di kursi atau ingin lesehan.
Deretan aneka lauk dihidangkan dalam piring-piring kecil akan membuat pengunjung bingung mana yang akan disantap saking banyaknya pilihan.
Aneka santapan ikan, mulai dari teri, ikan mas, patin, tak hanya itu belut goreng cabai hijau beragam sayuran, urap, gado-gado juga nikmat.
Jangan lupa makan di sini ditutup dengan sepiring bubur kampiun atau kolak candil yang juga lezat.
Selepas RM Aia Badarun masih ada satu camilan khas di Koto Baru yaitu bika si Mariana yang pas disantap selagi panas.
Sejuknya udara di kaki Gunung Marapi yang ada di kawasan itu menjadi saat tepat menyantap bika manis dan hangat.
Terbuat dari adonan sederhana yang terdiri atas tepung beras, kelapa parut dan gula bika dimasak dengan tungku menggunakan kayu bakar.
Menikmati bika nan harum ditemani segelas kopi atau teh hangat sembaru menyaksikan proses pembuatan bika membuat suasana dingin di kaki Gunung Marapi menjadi hangat.
Kenikmatan itu kian sempurna dengan menyaksikan keindahan alam di kaki gunung Marapi yang ada di depannya.
Dari Koto Baru dengan menempuh 20 menit perjalanan atau 12 kilometer pemudik sudah tiba di Kota Bukittinggi yang juga kaya akan beragam kuliner.
Jika masih sanggup mari bergerilya menyantap nasi kapau di Los Lambuang, itiak lado mudo (itik cabai hijau) di Ngarai Sianok. ampiang dadiah, pisang kapik dan lainnya.
Berwisata dari Padang ke Bukittinggi tak perlu khwatir berangkat dengan kondisi lapar karena sepanjang jalan tersaji penganan dengan dua citarasa yaitu yang enak dan enak sekali.