Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Republik Indonesia perlu bersiap-siap dalam menghadapi potensi terjadinya perang siber atau konflik dunia maya karena pada masa ini pertikaian antarbangsa dinilai tidak lagi hanya menggunakan senjata fisik seperti nuklir.
"Kita memasuki fase tidak lagi berperang dengan musuh dari luar yang terlihat wujudnya," kata Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Menurut Bambang Soesatyo, saat ini kerap terjadi operasi psikologis dengan berbagai strategi dan menggunakan beragam media sebagai salah satu senjatanya.
Selain itu, ujar dia, perang juga tidak lagi melibatkan negara sebagai aktor utama tetapi juga menggunakan lintas aktor dengan spektrum yang lebih luas.
Politisi Partai Golkar itu mengingatkan, maraknya informasi hoaks, pengaburan fakta, ujaran kebencian, hingga pencurian data pribadi merupakan beberapa bentuk konkret perang di masa kini.
"Perang digital seperti ini tidak mengenal batas wilayah, umur ataupun waktu," jelasnya.
Ia menyatakan, penyebaran kabar bohong dan berita palsu harus diantisipasi sedini mungkin agar anak bangsa tidak terkoyak karena gerakan adu domba.
Dalam sejumlah kesempatan lain, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo juga mengatakan, pengusaha muda harus mampu menguasai teknologi serta informasi untuk menghindari ketertinggalan dan mampu bersaing serta bertahan atau "survive" di era Revolusi Industri 4.0.
"Tanpa penguasaan teknologi dan informasi, pengusaha Indonesia akan tertinggal jauh dalam perekonomian dunia. Revolusi Industri 4.0 akan merombak pergerakan perekonomian dunia," katanya.
Ia mengemukakan, era Revolusi Industri ke empat diwarnai oleh kecerdasan buatan, super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global.
Karena itu, ujar dia, Revolusi Industri 4.0 ini dinilai bakal memberikan manfaat besar bagi sektor swasta.
Mantan pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini menyebutkan, Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0.
Hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah "road map" dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.
"DPR meyakini bahwa penyusunan road map ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pengusaha muda, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan lembaga pendidikan," tuturnya.
"Kita memasuki fase tidak lagi berperang dengan musuh dari luar yang terlihat wujudnya," kata Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dalam rilis di Jakarta, Kamis.
Menurut Bambang Soesatyo, saat ini kerap terjadi operasi psikologis dengan berbagai strategi dan menggunakan beragam media sebagai salah satu senjatanya.
Selain itu, ujar dia, perang juga tidak lagi melibatkan negara sebagai aktor utama tetapi juga menggunakan lintas aktor dengan spektrum yang lebih luas.
Politisi Partai Golkar itu mengingatkan, maraknya informasi hoaks, pengaburan fakta, ujaran kebencian, hingga pencurian data pribadi merupakan beberapa bentuk konkret perang di masa kini.
"Perang digital seperti ini tidak mengenal batas wilayah, umur ataupun waktu," jelasnya.
Ia menyatakan, penyebaran kabar bohong dan berita palsu harus diantisipasi sedini mungkin agar anak bangsa tidak terkoyak karena gerakan adu domba.
Dalam sejumlah kesempatan lain, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo juga mengatakan, pengusaha muda harus mampu menguasai teknologi serta informasi untuk menghindari ketertinggalan dan mampu bersaing serta bertahan atau "survive" di era Revolusi Industri 4.0.
"Tanpa penguasaan teknologi dan informasi, pengusaha Indonesia akan tertinggal jauh dalam perekonomian dunia. Revolusi Industri 4.0 akan merombak pergerakan perekonomian dunia," katanya.
Ia mengemukakan, era Revolusi Industri ke empat diwarnai oleh kecerdasan buatan, super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, inovasi, dan perubahan yang terjadi dalam kecepatan eksponensial. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global.
Karena itu, ujar dia, Revolusi Industri 4.0 ini dinilai bakal memberikan manfaat besar bagi sektor swasta.
Mantan pimpinan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini menyebutkan, Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0.
Hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah "road map" dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.
"DPR meyakini bahwa penyusunan road map ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pengusaha muda, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan lembaga pendidikan," tuturnya.