Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Laba bersih PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) pada 2017 sebesar Rp1,2 triliun atau turun 30 persen dibanding tahun sebelumnya karena proses transformasi digital dan restrukturisasi perseroan yang dilakukan selama tahun tersebut.
"Inovasi dan transformasi digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitibilitas jangka pendek. Tanpa dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh enam persen menjadi Rp2,4 triliun," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Jerry menjelaskan, sepanjang 2017 inovasi digital platform BTPN Wow! dan Jenius terus berlanjut. Pada saat yang sama BTPN juga melakukan transformasi digital pada bisnis inti lainnya mencakup antara lain integrasi cabang, otomatisasi proses, transformasi infrastruktur IT dan pelatihan karyawan yang akan dilanjutkan hingga akhir 2018.
Ia menyebutkan, biaya restrukturisasi perusahaan dan operasionalisasi kantor cabang mencapai Rp736 miliar. "Biaya tersebut sudah termasuk dana yang kami alokasikan bagi karyawan yang mengikuti Program Pengalihan Kerja Sukarela (PKPS) yang sudah selesai," katanya.
Sedangkan untuk mengembangkan layanan digital, BTPN telah menginvestasikan Rp832 miliar atau meningkat 36 persen dibandingkan dengan investasi pada 2016 yang sebesar Rp611 miliar.
Jerry juga menjelaskan bahwa penyaluran kredit BTPN pada 2017 tumbuh tiga persen dari Rp63,2 triliun menjadi Rp65,3 trilun, di mana kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah sebesar 0,9 persen.
Dijelaskan, pertumbuhan kredit itu ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah yang sebesar Rp11,6 triliun atau tumbuh 25 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp9,3 triliun. Sementara pembiayaan melalui BTPN Syariah tumbuh 21 persen dari Rp5 triliun menjadi Rp6 triliun pada akhir Desember 2017.
Sedangkan total pendanaan meningkat empat persen dari Rp73,3 trilun menjadi Rp76,5 triliun pada akhir Desember 2017. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh tiga persen dari Rp66,2 triliun menjadi Rp67,9 triliun. Sementara aset perseroan tercatat naik lima persen dari Rp91,4 triliun menjadi Rp95,5 triliun dan rasio kecukupan modal (CAR) terjaga di 24,6 persen.
(T.A023/B. Situmorang)
"Inovasi dan transformasi digital adalah investasi strategis yang berdampak pada profitibilitas jangka pendek. Tanpa dampak biaya dari investasi strategis ini, laba kami dari bisnis inti masih tumbuh enam persen menjadi Rp2,4 triliun," kata Direktur Utama BTPN Jerry Ng kepada wartawan di Jakarta, Rabu.
Jerry menjelaskan, sepanjang 2017 inovasi digital platform BTPN Wow! dan Jenius terus berlanjut. Pada saat yang sama BTPN juga melakukan transformasi digital pada bisnis inti lainnya mencakup antara lain integrasi cabang, otomatisasi proses, transformasi infrastruktur IT dan pelatihan karyawan yang akan dilanjutkan hingga akhir 2018.
Ia menyebutkan, biaya restrukturisasi perusahaan dan operasionalisasi kantor cabang mencapai Rp736 miliar. "Biaya tersebut sudah termasuk dana yang kami alokasikan bagi karyawan yang mengikuti Program Pengalihan Kerja Sukarela (PKPS) yang sudah selesai," katanya.
Sedangkan untuk mengembangkan layanan digital, BTPN telah menginvestasikan Rp832 miliar atau meningkat 36 persen dibandingkan dengan investasi pada 2016 yang sebesar Rp611 miliar.
Jerry juga menjelaskan bahwa penyaluran kredit BTPN pada 2017 tumbuh tiga persen dari Rp63,2 triliun menjadi Rp65,3 trilun, di mana kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah sebesar 0,9 persen.
Dijelaskan, pertumbuhan kredit itu ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah yang sebesar Rp11,6 triliun atau tumbuh 25 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp9,3 triliun. Sementara pembiayaan melalui BTPN Syariah tumbuh 21 persen dari Rp5 triliun menjadi Rp6 triliun pada akhir Desember 2017.
Sedangkan total pendanaan meningkat empat persen dari Rp73,3 trilun menjadi Rp76,5 triliun pada akhir Desember 2017. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh tiga persen dari Rp66,2 triliun menjadi Rp67,9 triliun. Sementara aset perseroan tercatat naik lima persen dari Rp91,4 triliun menjadi Rp95,5 triliun dan rasio kecukupan modal (CAR) terjaga di 24,6 persen.
(T.A023/B. Situmorang)