Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Prof Asep Saefuddin mengatakan mahasiswa harus terbiasa menggunakan "big data" dalam pembelajaran di bangku perkuliahan.
"Sekarang sudah eranya "big data", yang berarti data yang besar, cepat, dan bermacam-macam sumbernya. Sehingga data tidak terstruktur seperti umumnya data dalam statistik," ujar Asep di Jakarta, Rabu.
Untuk itu mahasiswa harus mampu mengubah data yang tidak terstruktur menjadi data yang terstruktur sehingga bisa dianalisa.
"Dalam pembelajaran, mahasiswa harus mampu mempelajari tipe dan sumber data itu, termasuk data dari media sosial dan sumber-sumber lainnya."
Dalam ilmu statistika, kata Rektor Universitas Al Azhar Indonesia itu, ada teknologi yang berkaitan dengan pengumpulan data sehingga data yang ada bisa dianalisa.
"Saat ini, penggunaan data itu bukan hanya untuk mahasiswa statistika saja tetapi semua bidang ilmu harus memahaminya."
Melalui hal itu, dapat menganalisa banyak hal contohnya kecenderungan pendapat terhadap suatu isu berbasis wilayah, gender, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
Di sejumlah kampus di Tanah Air, sudah mulai melakukan pembelajaran berbasis "big data".
"Mahasiswa harus dibiasakan berhadapan dengan data yang mentah bukan data yang sudah siap dianalisa dan berhadapan dengan masalah-masalah yang riil."
Pengalaman yang berhadapan dengan masalah yang riil, kata Asep, akan melatih kreatifitas mahasiswa. Selain itu mahasiswa dilatih cara melaukan ekstraksi data berbasis internet dan sumber data lainnya.
"Mahasiswa di bangku perkuliahan juga harus dilatih bagaimana mengeksplorasi data dan kemampuan bercerita berbasiskan data," papar Asep.
(T.I025/B. Situmorang
"Sekarang sudah eranya "big data", yang berarti data yang besar, cepat, dan bermacam-macam sumbernya. Sehingga data tidak terstruktur seperti umumnya data dalam statistik," ujar Asep di Jakarta, Rabu.
Untuk itu mahasiswa harus mampu mengubah data yang tidak terstruktur menjadi data yang terstruktur sehingga bisa dianalisa.
"Dalam pembelajaran, mahasiswa harus mampu mempelajari tipe dan sumber data itu, termasuk data dari media sosial dan sumber-sumber lainnya."
Dalam ilmu statistika, kata Rektor Universitas Al Azhar Indonesia itu, ada teknologi yang berkaitan dengan pengumpulan data sehingga data yang ada bisa dianalisa.
"Saat ini, penggunaan data itu bukan hanya untuk mahasiswa statistika saja tetapi semua bidang ilmu harus memahaminya."
Melalui hal itu, dapat menganalisa banyak hal contohnya kecenderungan pendapat terhadap suatu isu berbasis wilayah, gender, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
Di sejumlah kampus di Tanah Air, sudah mulai melakukan pembelajaran berbasis "big data".
"Mahasiswa harus dibiasakan berhadapan dengan data yang mentah bukan data yang sudah siap dianalisa dan berhadapan dengan masalah-masalah yang riil."
Pengalaman yang berhadapan dengan masalah yang riil, kata Asep, akan melatih kreatifitas mahasiswa. Selain itu mahasiswa dilatih cara melaukan ekstraksi data berbasis internet dan sumber data lainnya.
"Mahasiswa di bangku perkuliahan juga harus dilatih bagaimana mengeksplorasi data dan kemampuan bercerita berbasiskan data," papar Asep.
(T.I025/B. Situmorang