Palembang (Antaranews Sumsel) - Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan dapat tumbuh di atas rata-rata nasional sepanjang 2017 karena dipengaruhi kinerja positif ekspor dan investasi.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Rudy Hairudin dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia di Palembang, Kamis, mengatakan, adanya pemulihan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor karet dan batu bara, sementara untuk investasi diketahui seiring dengan peran menjadi tuan rumah Asian Games 2018 sehingga membuat arus modal masuk ke Sumsel.
"Sepanjang 2017 Sumsel cukup bagus karena saat ini masih proses konsolidasi perekonomian nasional dan pemulihan ekonomi global. Kinerja baik ini tak lain karena tren positif ekspor impor dan investasi, seperti diketahui porsinya mencapai 30 persen dan 7,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Rudy.
Tetap tumbuhnya dua sektor ini, menurut Rudy, setidaknya menutupi masih lemahnya daya beli masyarakat sepanjang tahun ini yang sebenarnya tren sudah berlangsung sejak tahun 2012. Konsumsi rumah tangga ini memiliki persentase 63 persen dari PDB.
Berdasarkan data terakhir diketahui kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir tertahan pada level 2,7 persen, lebih rendah dari rata-rata 2011-2014 yang mencapai 2,9 persen.
Bahkan di Provinsi Sumatera Selatan, sumbangan konsumsi RT yang awalnya masih menunjukkan perbaikan, mulai menurun dari yang awalnya sebesar 2,09 persen di triwulan IV 2016 menjadi sebesar 1,25 persen di triwulan-III 2017.
"Ke depan, dengan dorongan kebijakan diharapkan daya beli masyarakat ini dapat meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi daerah semakin baik lagi. Semisal mencanangkan program bantuan langsung," kata dia.
Berdasarkan data BPS diketahui pada triwulan I, II dan III 2017 pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 5,14 persen, 5,26 persen dan 5,56 persen (yoy). Secara umum, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan tahun 2017 masih sesuai perkiraan yakni dalam kisaran 5,1 persen-5,5 persen.
Terkait inflasi, Sumsel juga menunjukkan kinerja yang baik secara kumulatif sejak awal tahun hingga November 2017.
Inflasi IHK Sumatera Selatan tercatat masih terjaga di level yang cukup rendah yakni sebesar 2,32 persen (ytd), atau masih di bawah tingkat inflasi nasional sebesar 2,87 persen (ytd) sehingga diperkirakan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi tahun 2017 sebesar 4?1 persen, dengan kecenderungan mendekati batas bawah.
Pada 2018, menurut Rudy, terdapat berbagai isu dan potensi menjadi faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat tumbuhnya perekonomian daerah. Pembangunan infrastruktur, pelaksanaan Asian Games, penyelenggaraan Pilkada serentak, dan peningkatan tren harga komoditas unggulan Sumatera Selatan akan menjadi upside potential bagi perekonomian daerah.
Namun demikian, Pilkada yang berlangsung tahun 2018 juga memiliki downside risk di antaranya risiko ketidakstabilan keamanan dan ketertiban menjelang dan pasca Pilkada di samping investor yang cenderung bersikap wait and see.
Kesimpulannya mengenai outlook 2018, secara keseluruhan, ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2018 diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan dengan kisaran 5,3 persen - 5,6 persen dengan kecenderungan mendekati batas bawah.
Sedangkan, inflasi IHK Sumatera Selatan diperkirakan cukup terkendali dalam rentang 3,5 persen ? 1 persen di tahun 2018 apabila kebijakan pangan tetap kuat dan tidak terdapat isu kenaikan administered prices.
(D019/I016)
Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Rudy Hairudin dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia di Palembang, Kamis, mengatakan, adanya pemulihan ekonomi global telah berdampak pada kinerja ekspor karet dan batu bara, sementara untuk investasi diketahui seiring dengan peran menjadi tuan rumah Asian Games 2018 sehingga membuat arus modal masuk ke Sumsel.
"Sepanjang 2017 Sumsel cukup bagus karena saat ini masih proses konsolidasi perekonomian nasional dan pemulihan ekonomi global. Kinerja baik ini tak lain karena tren positif ekspor impor dan investasi, seperti diketahui porsinya mencapai 30 persen dan 7,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Rudy.
Tetap tumbuhnya dua sektor ini, menurut Rudy, setidaknya menutupi masih lemahnya daya beli masyarakat sepanjang tahun ini yang sebenarnya tren sudah berlangsung sejak tahun 2012. Konsumsi rumah tangga ini memiliki persentase 63 persen dari PDB.
Berdasarkan data terakhir diketahui kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir tertahan pada level 2,7 persen, lebih rendah dari rata-rata 2011-2014 yang mencapai 2,9 persen.
Bahkan di Provinsi Sumatera Selatan, sumbangan konsumsi RT yang awalnya masih menunjukkan perbaikan, mulai menurun dari yang awalnya sebesar 2,09 persen di triwulan IV 2016 menjadi sebesar 1,25 persen di triwulan-III 2017.
"Ke depan, dengan dorongan kebijakan diharapkan daya beli masyarakat ini dapat meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi daerah semakin baik lagi. Semisal mencanangkan program bantuan langsung," kata dia.
Berdasarkan data BPS diketahui pada triwulan I, II dan III 2017 pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 5,14 persen, 5,26 persen dan 5,56 persen (yoy). Secara umum, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan tahun 2017 masih sesuai perkiraan yakni dalam kisaran 5,1 persen-5,5 persen.
Terkait inflasi, Sumsel juga menunjukkan kinerja yang baik secara kumulatif sejak awal tahun hingga November 2017.
Inflasi IHK Sumatera Selatan tercatat masih terjaga di level yang cukup rendah yakni sebesar 2,32 persen (ytd), atau masih di bawah tingkat inflasi nasional sebesar 2,87 persen (ytd) sehingga diperkirakan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi tahun 2017 sebesar 4?1 persen, dengan kecenderungan mendekati batas bawah.
Pada 2018, menurut Rudy, terdapat berbagai isu dan potensi menjadi faktor yang dapat meningkatkan atau menghambat tumbuhnya perekonomian daerah. Pembangunan infrastruktur, pelaksanaan Asian Games, penyelenggaraan Pilkada serentak, dan peningkatan tren harga komoditas unggulan Sumatera Selatan akan menjadi upside potential bagi perekonomian daerah.
Namun demikian, Pilkada yang berlangsung tahun 2018 juga memiliki downside risk di antaranya risiko ketidakstabilan keamanan dan ketertiban menjelang dan pasca Pilkada di samping investor yang cenderung bersikap wait and see.
Kesimpulannya mengenai outlook 2018, secara keseluruhan, ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2018 diperkirakan tetap mengalami pertumbuhan dengan kisaran 5,3 persen - 5,6 persen dengan kecenderungan mendekati batas bawah.
Sedangkan, inflasi IHK Sumatera Selatan diperkirakan cukup terkendali dalam rentang 3,5 persen ? 1 persen di tahun 2018 apabila kebijakan pangan tetap kuat dan tidak terdapat isu kenaikan administered prices.
(D019/I016)