Pekanbaru (ANTARA Sumsel) - sebanyak 2.020 penari membawakan tarian zapin secara kolosal pada pembukaan Festival Budaya Melayu, di Kota Pekanbaru, Riau, Minggu.
Bertempat di halaman Gedung Daerah Riau di Jl. Diponegoro, para penari yang mayoritas pelajar mengenakan pakaian adat Melayu seperti baju kurung dan teluk belanga berwarna-warni. Selain itu ada juga tiga penari dari warga adat Sakai mengenakan pakaian khas yang terbuat dari kulit kayu.
Gerak gemulai rentak zapin memukau para pejabat yang hadir. Bahkan, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman terlihat tidak tahan duduk menonton saja, dan langsung menghampiri kerumunan penari untuk berjoget bersama.
Dalam pidatonya, Arsyadjuliandi Rachman menjelaskan Festival Budaya Melayu digelar mulai tanggal 25 hingga 30 November 2017. Kegiatan itu diharapkan bisa memperkukuh budaya melayu untuk memperkaya khasanah budaya Indonesia.
"Acara ini 'Maju Melayu Maju' sebagai sikap optimis, percaya diri dengan kegemilangan budaya melayu sebagai modal besar untuk dapatkan kesuksesan," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Riau, Jose Rizal mengatakan jumlah penari zapin kolosal dengan 2.020 penari melambangkan visi Riau, yang menargetkan menjadi pusat budaya Melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020.
Festival Budaya Melayu diharapkan bisa berkelanjutan dengan kolaborasi pendanaan dari APBD Riau dan APBN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peserta pada festival itu tidak hanya berasal dari 12 kabupaten/kota di Riau. Peserta lainnya berasal dari enam provinsi, yakni DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat.
"Selain itu, dari Singapura dan Malaysia juga hadir untuk membawakan tarian zapin khasnya masing-masing," ujarnya.
Rangkaian festival akan diisi dengan seminar budaya, pentas budaya seperti tarian zapin, randai kuantan, dan menumbai.
"Kita harapkan ini jadi wadah pembinaan untuk memajukan warisan budaya tidak benda," kata Jose.
Bertempat di halaman Gedung Daerah Riau di Jl. Diponegoro, para penari yang mayoritas pelajar mengenakan pakaian adat Melayu seperti baju kurung dan teluk belanga berwarna-warni. Selain itu ada juga tiga penari dari warga adat Sakai mengenakan pakaian khas yang terbuat dari kulit kayu.
Gerak gemulai rentak zapin memukau para pejabat yang hadir. Bahkan, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman terlihat tidak tahan duduk menonton saja, dan langsung menghampiri kerumunan penari untuk berjoget bersama.
Dalam pidatonya, Arsyadjuliandi Rachman menjelaskan Festival Budaya Melayu digelar mulai tanggal 25 hingga 30 November 2017. Kegiatan itu diharapkan bisa memperkukuh budaya melayu untuk memperkaya khasanah budaya Indonesia.
"Acara ini 'Maju Melayu Maju' sebagai sikap optimis, percaya diri dengan kegemilangan budaya melayu sebagai modal besar untuk dapatkan kesuksesan," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Riau, Jose Rizal mengatakan jumlah penari zapin kolosal dengan 2.020 penari melambangkan visi Riau, yang menargetkan menjadi pusat budaya Melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020.
Festival Budaya Melayu diharapkan bisa berkelanjutan dengan kolaborasi pendanaan dari APBD Riau dan APBN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peserta pada festival itu tidak hanya berasal dari 12 kabupaten/kota di Riau. Peserta lainnya berasal dari enam provinsi, yakni DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat.
"Selain itu, dari Singapura dan Malaysia juga hadir untuk membawakan tarian zapin khasnya masing-masing," ujarnya.
Rangkaian festival akan diisi dengan seminar budaya, pentas budaya seperti tarian zapin, randai kuantan, dan menumbai.
"Kita harapkan ini jadi wadah pembinaan untuk memajukan warisan budaya tidak benda," kata Jose.