Pangkalpinang (ANTARA Sumsel) - Kain cual khas Bangka Belitung diminati hingga luar negeri, seperti Malaysia, Kanada dan Belanda.
"Kain cual khas Bangka Belitung sudah semakin populer, tidak hanya di Babel saja tapi diminati juga hingga di luar negeri," kata Pemilik Ishadi Gallery & Handicraft Centre, Isnawati Hadi, di Pangkalpinang, Sabtu.
Selain galeri, Isnawati juga sudah mendirikan museum cual dan pengunjungnya banyak dari luar negeri.
"Banyak warga negara asing yang datang ke museum dan tertarik dengan indahnya kain cual sehingga mereka membeli dengan jumlah yang banyak untuk dijadikan oleh-oleh dan dipakai sendiri,"katanya.
Isnawati menjelaskan, kain cual sekilas mirip dengan songket Palembang, namun terdapat perbedaan, terutama dari motif tenunannya serta pada benang emasnya.
"Kain cual menggunakan benang emas dalam jumlah lebih sedikit dibanding kain songket. Motif kain cual lebih pada corak flora dan fauna," kata Isnawati.
Ia menambahkan, motif kain cual antara lain burung hang, bebek, kembang gajah, bunga cina, kupu-kupu, daun lada, naga dan banyak lagi motif lainnya.
"Sementara bahan kain cual terdiri dari benang sutra dan benang emas yang diimpor dari India dan Cina," katanya.
Harga kain cual ini bervariasi, antara Rp3 juta hingga Rp18 juta per lembar, tergantung kualitas bahan, sambung Isnawati.
"Kain berkualitas halus menenunnya tentu lebih susah sehingga harganya juga lebih mahal," ujarnya.
Ia menyebutkan, usaha kain cualnya sudah ditekuni sejak lama bersama almarhum suaminya dan kini sudah banyak di kenal oleh masyarakat luas.
Kain cual telah ada sejak beberapa abad yang lalu dan biasa digunakan oleh kalangan bangsawan di Muntok, namun kerajinan tradisional itu sempat hampir punah.
Ia mengaku beberapa koleksi kain cual yang dimilikinya sudah berumur berabad-abad, milik nenek moyang mereka.
"Dengan bantuan pemerintah daerah kami mengembangkan kain cual yang merupakan peninggalan nenek moyang ini," tutur Isnawati.
"Kain cual khas Bangka Belitung sudah semakin populer, tidak hanya di Babel saja tapi diminati juga hingga di luar negeri," kata Pemilik Ishadi Gallery & Handicraft Centre, Isnawati Hadi, di Pangkalpinang, Sabtu.
Selain galeri, Isnawati juga sudah mendirikan museum cual dan pengunjungnya banyak dari luar negeri.
"Banyak warga negara asing yang datang ke museum dan tertarik dengan indahnya kain cual sehingga mereka membeli dengan jumlah yang banyak untuk dijadikan oleh-oleh dan dipakai sendiri,"katanya.
Isnawati menjelaskan, kain cual sekilas mirip dengan songket Palembang, namun terdapat perbedaan, terutama dari motif tenunannya serta pada benang emasnya.
"Kain cual menggunakan benang emas dalam jumlah lebih sedikit dibanding kain songket. Motif kain cual lebih pada corak flora dan fauna," kata Isnawati.
Ia menambahkan, motif kain cual antara lain burung hang, bebek, kembang gajah, bunga cina, kupu-kupu, daun lada, naga dan banyak lagi motif lainnya.
"Sementara bahan kain cual terdiri dari benang sutra dan benang emas yang diimpor dari India dan Cina," katanya.
Harga kain cual ini bervariasi, antara Rp3 juta hingga Rp18 juta per lembar, tergantung kualitas bahan, sambung Isnawati.
"Kain berkualitas halus menenunnya tentu lebih susah sehingga harganya juga lebih mahal," ujarnya.
Ia menyebutkan, usaha kain cualnya sudah ditekuni sejak lama bersama almarhum suaminya dan kini sudah banyak di kenal oleh masyarakat luas.
Kain cual telah ada sejak beberapa abad yang lalu dan biasa digunakan oleh kalangan bangsawan di Muntok, namun kerajinan tradisional itu sempat hampir punah.
Ia mengaku beberapa koleksi kain cual yang dimilikinya sudah berumur berabad-abad, milik nenek moyang mereka.
"Dengan bantuan pemerintah daerah kami mengembangkan kain cual yang merupakan peninggalan nenek moyang ini," tutur Isnawati.